...14 😇...
Semilir angin malam yang menusuk tulang, berhembus menyapa tubuh Aelin, yang terlihat begitu letih menyusuri jalanan panjang.
Beberapa embun peluh, menetes mengalir dengan mulus di kening hingga ke pipi nya.
Penampilan nya bahkan kini terlihat cukup berantakan dengan gaun yang semakin kotor karna bersentuhan dengan debu dan tanah.
"Huh... Ck sampai kapan aku harus berjalan.. Di mana rumah pria munafik itu.. Lihat saja aku tidak akan pernah memaafkan semua ini. Aku akan mengata kan pada malaikat maut jika dia menyiksa ku seperti ini. " Keluh Aelin lalu duduk di pinggir jalan.
Kaki nya rasa nya patah, karna sejak tadi terus berjalan tanpa henti.
Belum lagi ia memakai gaun sialan ini. Jika tidak pasti ia bisa berlari dan sampai di tujuan dengan cepat.
Tapi seperti nya hidup nya memang tak semudah itu.
Aelin menatap langit dengan beberapa awan yang bergerak sesuai dengan keinginan nya.
Lagi- lagi ke dua mata indah nya berembun, ia sangat kasihan dengan nasib nya.
Dengan semudah membalik kan telapak tangan, pria munafik itu menghancur kan hidup nya.
Kenapa?
Kenapa ia harus bertemu dengan pria se brengsek itu.?
Kenapa tuhan menciptakan pria tak berhati seperti Davin.?
"Momy, pasti melihat Aelin kan... Momy Aelin selama ini selalu menjadi putri yang baik sesuai dengan pesan momy. Tapi kenapa tuhan menulis takdir kejam untuk Aelin.. Momy jika boleh Aelin minta. Tolong sampai kan pada tuhan untuk mengubah jalan hidup Aelin. Setidak nya kata kan pada nya untuk mempertemukan Aelin dengan Momy..." Bibir Aelin bergetar, semilir angin dingin seakan membelai diri nya untuk menumpah kan kepedihan di hati nya.
Tapi tidak.
Ia sudah berjanji dan bertekad untuk tidak menangis lagi.
Ia tidak ingin meratapi nasib buruk nya dengan menangis.
Ia tidak ingin Davin bahagia dan tertawa melihat tangisan ini.
Ia tidak ingin menunjukkan sisi lemah nya.
Ia harus kuat.
Aelin bangkit dari duduk nya. Menatap jalanan yang akan ia susuri lagi.
Dengan tekad yang kuat, Aelin mengangkat gaun pengantin nya. Lalu berjalan kembali, meski kaki nya terasa ingin lepas dari tubuh nya.
Tapi ia akan membukti kan pada Davin, meski sekali pun ia berjalan kaki, ia akan sampai di tempat tujuan.
...----------------...
Darren menghentikan mobil mewah Davin tepat di sebuah villa mewah nan megah.
Villa dengan gaya klasik bercampur dengan budaya barat, sungguh menampil kan perpaduan yang memanjakan mata.
Lampu- lampu tergantung dengan sinar kemilau nya, yang semakin menambah ke estetikan villa tersebut.
Villa yang terletak di puncak, dengan udara yang begitu bersih sangat jauh dari kotoran kota.
Darren memutar kepala nya ke arah belakang.
Terlihat Davin yang tengah memejam kan mata, alias tidur.
Apa ini kantor yang di kata kan Davin saat menyuruh Aelin turun dari mobil nya?
Tentu saja tidak.
Darren kembali memutar kepala nya menghadap ke depan.
Ia tidak cukup mempunyai keberanian untuk membangun kan majikan nya.
Ia sangat mengerti jika tuan nya pasti sangat lelah, karna harus melakoni drama pernikahan yang begitu panjang dan menyita banyak energi.
Namun entah mengapa saat ini, pikiran nya melayang pada sosok wanita malang yang di turun kan di tepi jalan. Siapa lagi kalau bukan Aelin.
Entah mengapa rasa iba dan kasihan menyeruak masuk ke dalam hati dingin Darren.
Gadis remaja yang masih haus akan bermain dan bergaul bersama teman nya, harus di rusak dan di nodai.
Bahkan ia tidak menampik jika apa yang di lakukan majikan nya begitu kejam.
Tapi ia juga tidak bisa menyalah kan siapa pun. Bagaimana pun majikan nya melakukan hal itu karna Aelin yang sudah berani mengusik nya.
Hal yang paling mengeri kan adalah membangun kan singa yang sedang tidur.
Lebih baik menjauh dari pada mencoba menjadi sosok yang pemberani.
Brak..
Suara pintu mobil yang di tutup , menyadar kan lamunan Darren.
Ia mengedar kan pandangan nya, dan melihat Davin yang sudah bangun dan turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam Villa mewah milik nya.
Darren menghirup nafas dalam, lalu menghembus kan nya kasar.
Karna melamun ia sampai lalai dalam tugas nya untuk membukakan pintu untuk Davin.
Untung saja mood majikan nya saat ini sedang bagus. Jika tidak kepala nya pasti sudah menggelinding sejajar dengan ke dua kaki nya.
...----------------...
Beberapa pelayan dengan seragam khas nya, keluar dari rumah besar yang di pandangi Aelin.
Takjub.
Ya, Aelin begitu takjub melihat rumah sebesar dan semegah ini.
Rumah yang bahkan dua kali lipat, tidak, tiga kali lipat lebih besar dari rumah nya.
Rumah yang di hias dengan ornamen- ornamen mahal dan berkelas.
Belum lagi halaman depan yang membentang luas dengan genangan air mancur indah mencuat di tengah- tengah nya.
Namun sedetik kemudian, keindahan itu berubah menjadi tempat kubus dengan jeruji besi dalam pandangan Aelin.
Meski ia di tempat kan di rumah besar dan megah layak nya sebuah istana, tapi kenyataan nya tempat itu hanya penjara untuk nya.
Penjara yang tak akan pernah membiar kan diri nya keluar.
Penjara yang akan senang hati melihat kesengsaraan hidup nya.
Penjara mewah yang di beri kan pria brengsek dan munafik itu untuk menyiksa diri nya.
"Selamat datang nona..." Seru salah satu pelayan wanita yang cukup muda, namun dengan seragam yang berbeda.
Dapat Aelin tebak wanita itu adalah kepala pelayan di rumah megah ini, ralat maksud nya penjara ini.
Setelah wanita itu memberi hormat pada Aelin, beberapa pelayan di belakang nya pun memberi hormat kepada diri nya, dengan menunduk kan tubuh nya hingga tepat 190°.
"Bawa nona masuk..!" Titah wanita kepala pelayan itu lagi.
Yang langsung membuat beberapa pelayan, menghampiri Aelin dan memapah tubuh yang sudah hampir hancur itu masuk ke dalam rumah besar tersebut.
Aelin hanya diam, menerima setiap tindakan dari pelayan- pelayan yang sedang menuntun nya untuk masuk ke dalam kamar milik nya.
Aelin akui, jika desain interior penjara ini begitu indah dan detail, bahkan membuat jiwa seni nya bangkit dan kagum.
Namun kekaguman itu pun langsung menghilang , saat Aelin mengingat jika rumah ini adalah milik Davin dan sekarang menjadi penjara seumur hidup bagi nya.
"Ini kamar anda nona.. Silah kan...!!" Papar salah satu pelayan yang berada di depan Aelin, sembari tangan nya membuka pintu kamar di depan nya.
Tidak hanya majikan mereka saja yang memiliki wajah datar dan dingin , bahkan para pelayan ini pun memiliki aura yang sama.
Aura bermusuhan yang di tujukan pada diri nya.
Seperti nya ia harus bisa beradaptasi di dunia makhluk astral ini. Pikir Aelin yang melangkah kan kaki nya masuk ke dalam kamar.
"Nona.. Jika nona membutuh kan sesuatu, silah kan menekan bel di sebelah meja nakas, maka para pelayan akan segera datang ke kamar nona..." Pesan sang pelayan lagi dengan datar, lalu berjalan pergi di ikuti oleh pelayan lain nya. Menyisakan Aelin sendirian di depan kamar mewah dan juga luas.
...----------------...
...****************...
Hayyyo... yang baca jangan lupa koment donk... Karya othor yang satu ini belum ada yang ngomenin😭 jadi sedih kan othor😭
yok jangan malas2 tangan nya buat beri komenan mendidik buat othor.. Biar rajin up untuk kalian semua😚
Hehe... Welcome back di karya yang ke tiga...
Jangan Lupa like.
Koment
Vote
Gift.
Rak Favorit
Budayakan beberapa hal yang di atas.
Supaya othor makin semangat😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments