"Daniel menyingkirlah..." Naina mendorong dada bidang Daniel yang masih berada di atas tubuhnya dengan sisa tenaganya.
Daniel segera menyingkir dari atas tubuh Naina dan menjatuhkan tubuhnya di samping Naina. "Sayang.. kita harus pindah ke kamar Zel sekarang." Ucap Daniel seraya mengelap pelipis Naina yang basah oleh keringat.
"Rasanya aku sudah tidak sanggup untuk berjalan. Tubuhku benar-benar remuk." Keluh Naina.
Daniel tersenyum kaku. "Maafkan aku. Aku tidak berniat membuatmu seperti ini." Sesal Daniel.
"Bagaimana jika kau saja yang menemani Zel tidur di kamarnya dan aku tidur di sini saja." Pinta Naina.
Daniel sontak menggelengkan kepalanya. "Aku akan membawamu tidur di kamar Zeline." Pungkas Daniel.
"Tapi tubuhku lemas sekali..." lirih Naina.
"Aku akan menggendongmu." Balas Daniel.
"Tapi—" ucapan Naina terputus saat Daniel tiba-tiba mengangkat tubuhnya.
"Aku akan memandikanmu lebih dulu sebelum ke kamar putri kita." Ucap Daniel sambil berjalan ke arah kamar mandi.
"Daniel jangan lagi. Tubuhku benar-benar remuk." Naina memasang wajah memelas berharap Daniel tidak lagi mengulang percintaan panas mereka di kamar mandi seperti tadi.
"Tidak akan sayang. Aku janji hanya sekedar mandi." Ucapnya dengan yakin.
*
Ucapan Daniel pun terbukti adanya karena aktivitas mereka di dalam kamar mandi hanya sekedar mandi tanpa ada kegiatan lainnya. Daniel dengan hati-hati membaringkan tubuh Naina di atas ranjang di samping putrinya.
"Kau akan tidur dimana?" Tanya Naina karena posisi tidur Zeline menghabiskan banyak ruang kasur.
"Aku akan tidur di sofa." Jawab Daniel seraya tersenyum.
Naina menahan tangan Daniel saat Daniel hendak berjalan ke arah sofa. "Tapi akan tidak nyaman jika kau tidur di sana."
"Siapa bilang? Sofa itu cukup empuk untuk ditidurkan dan tidak akan membuat tubuhku pegal-pegal." Jelas Daniel.
"Apa kau yakin?" Naina meragu.
Daniel tersenyum lalu mengangguk. Perlahan Daniel menurunkan tangan Naina yang masing memegang tangannya. "Tidurlah dan jangan memikirkanku." Tutur Daniel. Menarik selimut hingga menutupi dada Naina lalu memberikan ciuman singkat di kening Naina.
Naina tersenyum. "Terimakasih. Jika kau tidak nyaman katakan saja." Ucapnya.
Daniel mengangguk lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke arah sofa.
*
Keesokan harinya.
Zeline terlihat bangun lebih dulu lalu menatap bergantian Naina dan Daniel yang tidak tidur bersama di atas ranjangnya.
"Papah napa itu inda sama bobo di kasul Zel?" Tanyanya entah pada siapa. Zeline pun mengusap-usap wajah Naina berharap dapat membangunkan Naina namun tidak kunjung mendapatkan respon apa pun.
"Bangun Papa ja deh." Ucapnya lalu berusaha turun dari ranjang. "Papah... bangun... Zel dah bangun ini..." berbeda dengan membangunkan Naina, Zeline justru menarik bulu kaki Daniel yang menarik perhatiannya. "Lucu ini bulu Papah. Panjang gini!" Serunya.
Merasa sakit akibat tarikan Zeline, Daniel pun akhirnya terbangun. "Zeline... anak Papa sudah bangun?" Daniel dengan perlahan bangkit dari pembaringan. Zeline pun sontak menjauhkan tubuhnya dari Daniel.
"Dah. Papah lama ini bangunnya! Mamah juga itu!" Rungutnya sambil berkacak pinggang.
Daniel mengarahkan pandangannya ke arah Naina yang masih terlihat nyaman dalam tidurnya.
"Napa Papah bobo sini? Inda bobo atas kasul ja sama Zel." Tanyanya kemudian.
Daniel tersenyum. Lalu membawa tubuh Zeline ke pangkuannya. "Kasurnya tidak muat untuk kita bertiga karena Zel tidur tidak teratur tadi malam." Jelas Daniel.
"Nda tlatul?" Kening Zeline mengkerut. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah ranjang yang memperlihatkan ruang kosong di samping Naina begitu luas setelah ia tidak berada di sana.
***
Lanjut? Ayuk berikan vote, like, gift dan komennya dulu ya🌹
Jangan lupa follow IG SHy ya : @shy1210_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Rina Yulianti
aduh saking capenya naina sampai pulas banget tidurnya
2024-02-09
0
Nailott
aduh "daniel !!!"sampai segitunya naina sampek remuk gitu apa karena terongnya lama ngangur hi hi.!,,.
2023-08-21
1
Rafel
seneng kalau ada zel
2022-08-02
2