"Tentu saja benal." Balas Dio mengikuti nada suara Zeline.
"Om danteng baik sekali ini..." gumam Zeline.
Daniel membelai lembut rambut Zeline mendengar ucapan Zeline. "Ayo kita duduk dulu." Ucapnya lalu berjalan ke arah sofa yang masih kosong.
Marvel dan Dio pun kembali duduk di atas sofa.
"Dimana Naina?" Tanya Marvel saat menyadari tidak adanya kehadiran Naina di sana.
"Naina sedang bekerja di perusahaan." Balas Daniel.
"Apa dia masih tetap bekerja di posisi yang sama?" Tanya Dio.
Daniel mengangguk membenarkan. "Naina menolak tawaranku untuk menjdi sekretaris keduaku." Terang Daniel.
"Jelas saja dia menolak. Karena jika dia menerimanya dia sudah membayangkan akan dikerjai habis-habisan olehmu di rumah dan di perusahaan." Seloroh Dio. Tak lama Dio pun meringis karena Marvel menepuk lengannya cukup kuat.
"Apa kau tidak bisa menjaga ucapanmu? Kau tidak lihat di sini ada Zeline?" Tegur Marvel.
Dio tertawa kecil. "Aku tidak lupa. Kau dengar bukan jika ucapanku tidak vulgar?" Sangkal Dio.
"Papah, Zel mau duduk sendili saja ini." Ucap Zeline yang merasa tidak betah duduk di pangkuan Daniel.
Daniel pun segera menurunkan putrinya dan mendudukkannya di sampingnya. Pandangan Daniel tiba-tiba jatuh pada Kevin yang nampak berbeda hari ini.
"Ada apa denganmu?" Tanya Daniel tanpa menyebutkan nama. Namun tatapannya tertuju pada Kevin.
Kevin menatap pada Daniel yang kini tengah menatapnya. "Apa kau berbicara denganku?" Tanyanya.
Daniel mengangguk membenarkan. "Ada apa denganmu? Kau seperti sedang memikirkan sesuatu."
"Aku tidak apa-apa." Balas Kevin lalu mengarahkan pandangan ke arah lain. Entah mengapa ia sangat sulit untuk berbohong jika berada di depan ketiga sahabatnya yang seolah sudah mengetahui masalahnya.
"Apa kau yakin?" Tanya Daniel dengan tatapan menyelidik.
Kevin mengangguk tanpa menatap Daniel. Melihat itu Daniel pun tidak lagi melanjutkan pertanyaannya mengingat ada putrinya di antara mereka saat ini. Namun Daniel percaya jika sahabat baiknya itu sedang tidak baik-baik saja.
Marvel dan Dio pun menatap pada Daniel seolah memberitahukan sesuatu lewat tatapan mereka masing-masing. Setelah mendapat anggukan dari Daniel, Dio pun mengalihkan topik pembicaraan mereka tentang pembangunan Cafe barunya yang sudah hampir siap.
"Papah, kita mau main apa ini?" Tanya Zeline yang sejak tadi hanya diam. Gadis kecil itu nampak bosan mendengarkan percakapan serius empat orang di depannya saat ini.
"Bagaimana kalau kita bermainan ayunan di taman saja?" Tawar Daniel.
Zeline menggelengkan kepalanya dengan bibir mengkerut. "Zel mau main di lual saja ini." Ungkapnya.
"Di luar rumah?" Tanya Daniel.
Zeline pun mengangguk. "Mau main tempat Mamah boleh?" Tanya Zeline dengan takut. Karena sejak satu minggu yang lalu ia selalu meminta ikut ke perusahaan Daniel untuk melihat Mamanya bekerja namun Naina selalu menolaknya.
Daniel terdiam beberapa saat sambil berpikir. Jika ia membawa Zeline ke perusahaannya pastilah akan mencuri perhatian para karyawannya.
"Inda boleh ya?" Zeline menunduk sedih. "Zel mau lihat Mamah." Ungkapnya lagi dengan lirih.
"Daniel..." Marvel yang merasa tidak tega melihat ekspresi sedih Zeline pun bersuara.
Daniel mengalihkan tatapannya sesaat pada Marvel lalu kembali pada Zeline.
"Baiklah. Papa akan membawa Zel bermain ke perusahaan untuk melihat Mama sedang bekerja." Putus Daniel.
"Benalkah?" Tanya Zeline dengan mata berbinar.
Daniel mengangguk membenarkan.
"Asik... main tempat Mamah ini..." seru Zeline lalu turun dari sofa dan melompat-lompat.
Daniel tersenyum. Mungkin sudah saatnya aku memperlihatkan putri kecilku pada karyawanku. Batin Daniel.
***
Lanjut? berikan votenya dulu yuk☺️
Jangan lupa follow IG SHy ya : @shy1210_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Nailott
iya deh princes papa boleh deh main ketempat kerja mama naina"
2023-08-21
1
Eva Rubani
lanjut
2023-01-19
1
Rafel
asikkkk zel ke kantor mama nih
2022-08-02
5