Sampai melupakannya

"Astaga, ini sudah lewat setengah jam dari waktu kita menjemputnya." Daniel segera bangkit dari pembaringannya. Ia pun turun begitu saja dari ranjang dengan keadaan yang masih polos.

"Da-daniel, kenapa kau berjalan telan-jang?" Ucap Naina tergagap saat Daniel sudah berada di sampingnya.

"Jangan malu begitu, sayang..." Daniel mengelus lembut rambut Naina. Lalu tanpa aba-aba mengangkat tubuh Naina ke dalam gendongannya.

"Daniel, apa yang kau lakukan?" Ucap Naina sedikit berteriak.

"Kita harus segera membersihkan tubuh lalu menjemput Princess sayang." Jelas Daniel lalu berjalan ke kamar mandi.

"Tapi aku bisa mandi sendiri, Daniel. Ayo turunkan aku." Naina berusaha memberontak di gendongan Daniel.

"Aku tidak yakin kau bisa melakukannya setelah apa yang kita lakukan tadi." Ucap Daniel.

Naina yang merasa malu pun membenamkan wajahnya ke wajah Daniel. Sungguh ia merasa sangat malu dengan kondisi tubuh mereka yang seperti saat ini.

Satu setengah jam berlalu, akhirnya Daniel dan Naina pun sudah berada di dalam mobil untuk menjemput Zeline. Jangan tanyakan kenapa mereka begitu lama menjemput Zeline. Tentu saja karena Daniel yang kembali meminta haknya kepada Naina saat berada di dalam kamar mandi. Naina pun tidak bisa menolak lagi keinginan suaminya itu melihat betapa Daniel sangat berat menahan has-ratnya yang sudah memuncak.

"Daniel, bagaimana kalau Zeline menangis karena kita terlambat menjemputnya?" Tanya Naina dengan raut wajah sangat cemas. Sungguh sejak tadi perasaannya dibuat tidak tenang memikirkan nasib putri kecilnya itu.

"Tenanglah. Aku sudah mengirimkan pesan pada Ibu jika kita sedang dalam perjalanan menjemput Zel. Ibu pasti sudah memberitahukannya pada Zel." Daniel mengelus lembut punggung tangan Naina.

Naina hanya diam dengan wajah yang masih cemas. Daniel pun mulai menambah kecepatan mobilnya untuk memangkas waktu perjalanan menuju rumah orang tua Naina.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mobil pun sampai di depan perkaranan rumah orang tua Naina. Naina dengan terburu-buru turun dari dalam mobil dan berjalan ke arah rumahnya tanpa memperdulikan pusat tubuhnya yang masih sakit. Melihat sikap istrinya membuat Daniel mengambil langkah lebar untuk mengikutinya dari belakang.

"Naina, Daniel, kalian sudah datang?" Wajah Ibu nampak tersenyum melihat kedatangan Naina dan Daniel.

Naina mengangguk seraya tersenyum kaku. "Ibu, dimana Zeline?" Tanyanya cepat.

"Zel ada di dalam kamar. Saat ini dia tengah tidur. Untung saja sejak perjalanan pulang dari rumah teman Ayah Zel tertidur sampai saat ini. Hingga Ibu tidak kesulitan menjawab pertanyaannya jika menanyakan keberadaan kalian." Tutur Ibu.

"Syukurlah..." Nain mengelus dadanya. Tidak dapat ia bayangkan bagaimana ekspresi putrinya itu jika merajuk kepadanya dan Daniel karena terlambat menjemputnya.

Pandangan Ibu pun tiba-tiba tertuju pada leher Naina yang masih tertinggal jejak-jejak percintaannya dan Daniel. Ibu seketika tersenyum. Kini ia sudah paham apa yang membuat Naina dan Daniel terlambat menjemput cucu kesayangannya.

"Ibu, kenapa Ibu tersenyum seperti itu?" Tanya Naina merasa bingung.

Ibu menggeleng sambil menahan senyumannya. "Tidak ada. Ayo masuk dulu. Ibu ingin ke dapur sebentar." Ucap Ibu pada Daniel dan Naina.

Daniel dan Naina mengangguk lalu masuk ke dalam rumah. Naina pun dengan terburu-buru melangkah masuk ke dalam kamarnya. Naina dan Daniel menghembuskan nafas lega saat melihat putri mereka masih nyaman tertidur dengan memeluk boneka kelincinya.