Bermain bersama Om danteng

Pekerjaan Naina terhenti. Ibu satu anak itu mengalihkan pandangannya pada Zeline yang kini tengah berdiri di ambang pintu. "Zeline..." gumam Naina. Wajahnya nampak terkejut melihat keberadaan putrinya di sana. Naina segera bangkit dari duduknya lalu menghampiri putrinya.

Tak berbeda jauh dengan Naina, Sasa, Dimas dan Thoriq pun dibuat terkejut melihat kedatangan Zeline secara tiba-tiba.

"Zeline... sedang apa kau di sini?" Naina meraih tubuh putrinya lalu menggendongnya.

"Main tempat Mamah ini." Balas Zeline seraya mengelus wajah Naina.

"Dengan siapa Zel datang ke sini hem?" Tanya Naina. Wajahnya nampak cemas menatap putrinya.

"Zeline datang bersamaku." Suara Daniel yang terdengar dekat dengannya membuat perhatian Naina teralihkan ke sumber suara.

"Daniel..." lirih Naina.

Daniel tersenyum lalu berjalan semakin dekat dengan Naina. "Tidak perlu cemas begitu..." Ucap Daniel merasa gemas melihat raut cemas Naina.

"Kenapa kau membawa Zel kemari?" Tanya Naina. Bukankah Daniel pernah berkata belum bisa membawa putrinya bermain ke perusahaan karena tidak ingin putrinya menjadi pusat perhatian nantinya dan akan membuat Zeline takut karenanya. Pikir Naina.

"Napa Mamah beltanya sepelti itu? Apa Zel inda boleh main sini?" Timpal Zeline. Wajahnya yang ceria tiba-tiba sendu mendengar pertanyaan Naina.

"Bukan begitu sayang." Naina mengelus rambut putrinya lalu memberikan ciuman di keningnya. "Mama hanya terkejut Papa membawamu kemari tanpa memberitahu Mama lebih dulu." Terang Naina.

"Maaf, aku tidak sempat memberitahumu." Balas Daniel.

Naina mengangguk paham. Pandangannya pun beralih pada ketiga sahabat Daniel yang kini tengah menatapnya seraya tersenyum.

"Kau juga membawa mereka kemari?" Tanya Naina setelah membalas senyuman mereka.

"Ya. Mereka ingin menemani Zel bermain di perusahaan ini." Terang Daniel.

"Bermain apa yang kau maksud?" Tanya Naina dengan kening mengkerut.

"Apa saja. Hari ini Zel boleh bermain kemana saja yang ia mau ditemani Dio, Marvel dan Kevin." Balas Daniel tanpa memperdulilkan wajah Dio dan Marvel yang kini sangat ceria setelah mendengar ucapannya.

"Daniel benar. Hari ini kami akan mengajak Zel berkeliling di perusahaan ini. Mengunjungi setiap devisi yang ada wanita-wanita cantik di dalamnya." Timpal Dio dengan tersenyum menyeringai.

"Jangan mengajari putriku yang tidak-tidak!" Daniel memukul lengan Dio.

"Kau tenang saja. Aku tidak mungkin mengajari Zel yang tidak-tidak. Aku pasti mengajarinya yang iya-iya." Seloroh Dio.

Plak

Satu pukulan lagi yang lebih keras mendarat kembali di lengan Dio membuat Dio meringis. "Kenapa kau ikut memukulku!" Sembur Dio pada Marvel.

"Itu karena kau sembarangan bicara!" Cetus Marvel.

"Aku tidak sembarangan bicara. Lagi pula kau juga sepemikiran denganku bukan?" Balas Dio.

"Tentu saja!" Ucap Marvel keceplosan. Marvel segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya saat mendapat tatapan tajam dari Daniel.

"Om danteng... tapi Zel nda mahu lihat tante cantik..." ucap Zeline yang sejak tadi mendengarkan percakapan ketiga pria di depannya.

"Kenapa tidak mau?" Balas Dio dengan wajah memelas.

"Kalna Zel hanya ingin melihat Om-om danteng saja..." balas Zeline malu-malu. "Apa di sana nanti banak Om danteng juga?" Tanya Zeline kemudian.

Dio hampir saja tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan Zeline. Oh astaga... aku melupakan jika ada gadis kecil yang lebih genit dariku. Ucap Dio dalam hati.