BAB 20. FOTO DI LIONTIN

"Maaf--aku"

Secepatnya lengan Jonathan meraih tubuh Jilena yang hampir jatuh saat hendak berdiri.

“Kurasa aku sudah cukup menumpahkan isi hatiku padamu hari ini,” katanya, mencoba—meredakan hatinya. "Bagaimana denganmu? Apa yang kamu lihat di masa depan?" tanya Jilena.

"Yah ... aku tidak ingin mengatakan apa-apa ..." Jonathan melihat sekeliling mencari-cari tempat yang lebih romantis tapi ia berpura-pura dia sedang mencari jika ada seseorang yang mungkin mendengarkan. "Aku melihat masa depan bersamamu." Membuat wajah jilena merona merah mendengar kalimat itu.

'Apa Jonathan benar-benar menggodaku? Bagaimana dia bisa mengatakan itu tanpa keraguan sedikitpun? pertanyaan-pertanyaan memenuhi kepalanya.

“Aku tidak ingin membawa sial, tapi aku sudah melamar posisi Detektif. aku sudah mendapatkan penilaian, dan tinjauan dewan akan dilakukan besok. Semoga aku beruntung. Beruntung jika bisa memilikimu”

Jelas sekali kenaikan jabatan itu sangat berarti baginya. Senyum gembira terpancar diwajahnya. "Aku senang mendengarnya. Aku doakan yang terbaik untukmu."

Jilena merasa senang, berharap Jonathan akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Sepertinya pria itu telah terluka hatinya sejak mereka masih SMA. Jonathan menyukainya sejak itu, namun tidak pernah mendapatkan cinta Jilena. Mungkin kali ini ia berharap bisa memiliki gadis itu.

Jilena tidak ingin mengambil keuntungan dari Jonathan, tetapi dia tidak bisa membohongi dirinya—memiliki detektif polisi sebagai teman baik atau mungkin sebagai kekasih, mungkin berguna baginya sebagai reporter. Mungkin dia akan lebih terbuka daripada detektif wira.

"Jil, apa kamu mendengarku?

"Ehmmm....ya aku mendengar."

"Bagaimana?? Apa menurutmu aku bisa jadi pria yang beruntung?"

"Ya, kamu bisa." setelah mengucapkan kalimat itu, dia tersadar karena baru saja menerima permintaan Jonathan.

...**...

Sisa hari itu berjalan lancar. Jilena menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah tante dewi, bermalas-malasan di sekitar kolam renang, berenang dan membaca, tidak bisa berhenti memikirkan Jonathan dan Noah.

Tante Dewi telah mengurus semua persiapan akhir untuk pemakaman dan makan siang setelah pemakaman selesai. Para wanita di gereja telah menawarkan untuk menyajikan prasmanan untuk semua teman dan keluarga setelah kebaktian, yang diterima dengan senang hati oleh Tante Dewi. Setelah makan malam dengan tante dewi kakak perempuannya, dan Ramira, Jilena menerima telepon dari sepupu Rangga. Dia tidak akan mau nemberitahu namanya, tetapi dia mengkonfirmasi perkiraan tinggi dan usia korban, melaporkan bahwa wanita itu berkulit putih dan telah melahirkan setidaknya satu anak.

Salah satu anggota lab sedang mencoba merekonstruksi wajah dari tanah liat pada kerangka, untuk mendapatkan ide yang lebih baik seperti apa rupa wanita itu. Dia berjanji untuk mengirim foto ke Jilena ketika rekonstruksi selesai, jika dia bisa merahasiakan. 

Jikena bertanya tentang kalung itu, apakah kalung itu dan sisa-sisa kerangka yang mereka temukan sudah berada di laboratorium. Wanita itu membenarkan bahwa ada rantai dan liontin di sana.

"Apakah ada foto di dalam liontin itu?" Jilena bertanya, dia tahu biasanya ada.

“Iya betul, ada— foto seorang gadis kecil berambut hitam sebahu, mungkin berusia tiga atau empat tahun. Mungkin anak kecil itu adalah anak perempuan dari wanita itu."

"Apakah mungkin bagimu untuk mengirimiku fotonya?"tanya Jilena. Dia bersemangat, ada sedikit titik terang dari liontin yang ditemukannya di TKP.

“Kurasa tidak ada salahnya. Saya akan mengambil gambar dengan ponsel saya saat yang lain keluar untuk makan siang besok, dan saya akan mengirimkannya kepada Anda melalui email. Apakah itu cukup? ”

"Tentu." Jilena memberi wanita itu alamat emailnya dan berterima kasih padanya atas bantuannya.

“Aku tahu aku sedikit melibatkan diriku terlalu dalam, tapi aku ingin pastikan, pembunuh wanita itu ditemukan. Terlalu banyak wanita yang menghilang begitu saja dan tidak pernah terdengar kabar lagi, dan sepertinya tidak ada yang peduli.” kata wanita itu.

“Saya sangat setuju,” kata Jilena. "Kamu telah melakukan hal yang heroik."

"Saya tidak tahu tentang itu," jawab wanita itu. “Tetapi jika wanita ini memiliki seorang anak, mungkin yang ada di liontin itu, gadis kecil itu berhak tahu bahwa ibunya tidak pernah meninggalkannya.”

Kata-katanya terdengar seperti tertuju pada jilena, menghunjam dadanya. Mengingatkannya, dia telah melakukan itu.

Apakah wanita ini? berbicara dari pengalaman pribadi?

"Kau benar sekali," Jilena setuju. “Oh, ngomong-ngomong, sebelum aku membiarkanmu pergi, ada objek lain yang saya lihat di dekat tubuh wanita itu, ketika saya berada di TKP. Itu tampak seperti kancing atau anting-anting atau semacamnya—mungkin persegi dengan desain di atasnya.”

"Saya tidak tahu apa-apa tentang itu, tetapi saya akan memberi tahu Anda jika saya mendengar sesuatu." jawab wanita itu sebelum mengakhiri pembicaraan.

...***...

Keesokan harinya, Jilena menghabiskan paginya dengan berjalan-jalan di sekitar rumah, berkenalan kembali dengan tetangga rumah lamanya. Dia mengisi mangkuk dengan sereal berserat tinggi—bukan pilihannya, tapi itulah yang ditinggalkan ayahnya di lemari. Setelah menuangkan susu pada sereal, dia memakan suapan pertama, rasa susu itu tak enak, jelas sudah disimpan terlalu lama di lemari es. Dia membuang isi mangkuk dan pergi ke lemari es untuk melihat apakah ada susu lain.

Berdiri di depan lemari es yang terbuka, dia tidak menemukannya dan memutuskan untuk—lebih baik segera pergi ke supermarket. Dia tidak punya uang banyak didompetnya, hanya sekotak susu dan pisang yang dia butuhkan.

Semua akan berubah lebih baik, sampai dia mendapat gaji pertamanya, dia harus puas dengan apa yang ada di rumah, bersyukur masih bisa sarapan di The Upper Spot dan makan malam di rumah Tante Dewi. Dia melihat roti di konter menarik perhatiannya. Melihat ada toaster, dia senang bisa makan roti panggang dengan selai stroberi.

Saat roti panggangnya sudah kecokelatan, dia bersandar ke konter dan memikirkan Jonathan, mengingat makan siang mereka bersama dan bertanya-tanya bagaimana hasilnya, dia bilang akan tahu hasilnya pagi ini.

Dia lupa bertanya pada Jonathan apakah dia tahu seseorang yang bisa membuka laci yang terkunci di meja kerja ayahnya. Jilena tergoda untuk meneleponnya saat itu, tetapi tidak, dia harus membiarkannya sendirian di hari yang penting ini.

Mungkin dia akan menelepon Jonathan malam ini dan bertanya bagaimana hasil reviewnya. Stelah itu ia akan bertanya mengenai seseorang yang bisa membuka laci terkunci. Dia memakan roti panggangnya dan memulai proses pencarian panjang di laci dapur, serta meja rias dan lemari di kamar tidur utama.

Dia mulai melihat-lihat lemari ayahnya terlebih dahulu. Sepatu mengkilap milik ayahnya ditempatkan di rak cedar bagian bawah, dan sweaternya dilipat rapi dan ditumpuk di bagian atas. Aroma aftershave nya masih menempel disana, dan setelan bisnisnya.

Jilena menarik salah satu sweaternya dari rak dan mendekatlan ke wajahnya. Dia menghirup aromanya, dan air mata kehilangan ayahnya menjadi nyata. Tak bisa mengontrol dirinya, tubuhnya merosot di bangku empuk di tengah lemari dan menangis. Mungkin dia harus menunda untuk mengurus ini sampai kakak perempuannya dan Ramira bisa datang dan membantunya.

...**...

Sekitar tengah hari, Jilena melakukan perjalanan singkat ke pasar pojok—petualangan yang menarik. Beberapa orang di toko mengenalinya dan menawarkan belasungkawa mereka sebelum melontarkan pertanyaan tentang mengapa dia pergi begitu lama dan apa yang dia lakukan di ibukota.

“Gadis cantik, apa yang akan kamu lakukan sekarang setelah kamu kembali kekota ini?” tanya wanita tua pegawai toko itu. Jilena mengenal wanita itu sejak mereka pindah ke kota lembayung, bertahun-tahun yang lalu. Dia mengangkat bahu dan terus menatap barang belanjaannya.

"Apakah kamu memiliki seorang pemuda yang menunggumu kembali di ibukota?" tanyanya sambil mengantongi susu dan pisang. Tidak nyaman dengan semua pertanyaan menyelidik, Jilena membayar belanjaannya dan pergi dengan tergesa-gesa. “Terima kasih, Marni.” Dia melambaikan tangan di udara saat dia berlari keluar pintu.

Saat dia meletakkan kotak susu di lemari es, terdengar nada di laptopnya 'ping' bahwa ada email baru. Seperti yang dijanjikan sepupu Rangga, dia mengirim email gambar liontin itu, sangat tajam dan jelas, diletakkan terbuka di atas meja, mengekspos foto gadis muda berambut hitam sebahu di dalamnya. Anak itu tampak bahagia, dengan seringai lebar menyebar di wajahnya, dan mata tersenyum cerah.

Akankah Tante Dewi bisa mengenali anak itu? Tante Dewi sudah tinggal di kota Lembayung selama sekitar tiga puluh tahun, jadi besar kemungkinan dia akan mengenali gadis di foto itu. Jilena sangat berharap, bisa tahu identitas gadis kecil itu dan dapat menjelaskan siapa wanita yang meninggal itu.

Jilena berencana untuk pergi ke rumah tantenya nanti sore untuk membantu memilih beberapa foto ayahnya untuk dipajang di serambi gereja sebelum pemakaman. Saat dia melirik foto berbingkai yang diatur di dinding lorong utama rumahnya, dia mengambil beberapa yang bagus.

Kemudian, ketika dia berhenti di jalan masuk rumah tantenya yang panjang, dia melihat mobil Toyotanya, masih terparkir di sana, di mana dia meninggalkannya beberapa hari sebelumnya. Mengejutkan karena tantenya tidak memintanya untuk membuangnya.

Jilena membuka koper dan—mengambil kotak foto, dan laptopnya. Dia melangkah dan masuk ke dalam rumah.

Setelah menyapa Tante Dewi, berjalan melewati ruang makan, jilena meletakkan laptopnya dan menyalakannya. Dia menunjukkan pada tantenya foto anak perempuan yang saat itu memenuhi layar laptopnya. Mata Tante Dewi membesar dan tangannya menyentuh dadanya. “Mengapa? Apa itu Ramira!"

Terpopuler

Comments

beby

beby

mama ramira?

2023-03-18

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 JILENA MARGARETHA
2 BAB 2 MASALAH BERUNTUN
3 BAB 3. DIUSIR DARI APARTEMEN
4 BAB 4. KABAR DUKA
5 BAB 5. TANTE DEWI
6 BAB 6. KEMBALI KE KOTA LEMBAYUNG
7 BAB 7. BERTEMU NOAH ARSYANENDRA
8 BAB 8. RUMAH TUA
9 BAB 9. MELAMAR KERJA
10 BAB 10. WASIAT
11 BAB 11. PENEMUAN MAYAT
12 BAB 12. DANAU HIJAU
13 BAB 13. KISAH MASA LALU
14 BAB 14. MENELUSURI TKP
15 BAB 15. MENCARI KEBENARAN
16 BAB 16. MAKAN MALAM KELUARGA
17 BAB 17. BERTEMU NOAH LAGI
18 BAB 18. MAKAN SIANG BERDUA
19 BAB 19. TAMAN BANGAU
20 BAB 20. FOTO DI LIONTIN
21 BAB 21. IDENTITAS MAYAT TERUNGKAP
22 BAB 22. ACARA PEMAKAMAN
23 BAB 23. MENCARI BUKTI
24 BAB 24. PERSELINGKUHAN ARSYANENDRA
25 BAB 25. RAHASIA KELUARGA ARSYANENDRA
26 BAB 26. MAKAN MALAM DENGAN NOAH
27 BAB 27. BERDAMAI DENGAN MASA LALU
28 BAB 28. JONATHAN CEMBURU
29 BAB 29. BERSAMA JONATHAN
30 BAB 30. DUA DUDA KEREN
31 BAB 31. JONATHAN DAN VINO
32 BAB 32. ARLINA ARSYANENDRA
33 BAB 33. KECURIGAAN
34 BAB 34. BUKTI REKENING BANK
35 BAB 35. MENYELIDIKI BUKTI TRANSFER
36 BAB 36. BERTEMU RATIH ARSYANENDRA
37 BAB 37. PENGAKUAN RATIH
38 BAB 38. NOAH DAN RAMIRA
39 BAB 39. ANCAMAN TUAN ARSYANENDRA
40 BAB 40. ANCAMAN BALIK DARI JILENA
41 BAB 41. MENGAMBIL SAMPEL DNA
42 BAB 42. MENYERAHKAN BUKTI
43 BAB 43. SENTUHAN JONATHAN
44 BAB 44. PEMBAGIAN WARISAN
45 BAB 45. DI TAMAN KOTA
46 BAB 46. SIAPA AYAH KANDUNG RAMIRA?
47 BAB 47. NOAH ARSYANENDRA DITANGKAP
48 BAB 48. MENGUNJUNGI NOAH
49 BAB 49. NOAH MINTA MAAF
50 BAB 50. PENGGELEDAHAN
51 BAB 51. BUKTI DARAH
52 BAB 52. KEMARAHAN SARAH
53 BAB 53. PERSIDANGAN NOAH
54 BAB 54. MEREKAM PERCAKAPAN
55 BAB 55. BUKTI BARU
56 BAB 56. BUKTI KANCING
57 BAB 57. APAKAH PAPA TERLIBAT?
58 BAB 58. MENEMUKAN PACAR MARIANA
59 BAB 59. VINO
60 BAB 60. THE UPPER SPOT CAFE
61 BAB 61. HENDRA BASKORO
62 BAB 62. KETERANGAN HENDRA
63 BAB 63. MENCARI BUKTI LAIN
64 BAB 64. REKAMAN DVD
65 BAB 65. REKAMAN DVD 2
66 BAB 66. PROSES INTEROGASI
67 BAB 67. INTEROGASI 2
68 BAB 68. KEBENARAN TERUNGKAP
69 BAB 69. MERAYAKAN KEMENANGAN
70 BAB 70. MEMAAFKAN
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1 JILENA MARGARETHA
2
BAB 2 MASALAH BERUNTUN
3
BAB 3. DIUSIR DARI APARTEMEN
4
BAB 4. KABAR DUKA
5
BAB 5. TANTE DEWI
6
BAB 6. KEMBALI KE KOTA LEMBAYUNG
7
BAB 7. BERTEMU NOAH ARSYANENDRA
8
BAB 8. RUMAH TUA
9
BAB 9. MELAMAR KERJA
10
BAB 10. WASIAT
11
BAB 11. PENEMUAN MAYAT
12
BAB 12. DANAU HIJAU
13
BAB 13. KISAH MASA LALU
14
BAB 14. MENELUSURI TKP
15
BAB 15. MENCARI KEBENARAN
16
BAB 16. MAKAN MALAM KELUARGA
17
BAB 17. BERTEMU NOAH LAGI
18
BAB 18. MAKAN SIANG BERDUA
19
BAB 19. TAMAN BANGAU
20
BAB 20. FOTO DI LIONTIN
21
BAB 21. IDENTITAS MAYAT TERUNGKAP
22
BAB 22. ACARA PEMAKAMAN
23
BAB 23. MENCARI BUKTI
24
BAB 24. PERSELINGKUHAN ARSYANENDRA
25
BAB 25. RAHASIA KELUARGA ARSYANENDRA
26
BAB 26. MAKAN MALAM DENGAN NOAH
27
BAB 27. BERDAMAI DENGAN MASA LALU
28
BAB 28. JONATHAN CEMBURU
29
BAB 29. BERSAMA JONATHAN
30
BAB 30. DUA DUDA KEREN
31
BAB 31. JONATHAN DAN VINO
32
BAB 32. ARLINA ARSYANENDRA
33
BAB 33. KECURIGAAN
34
BAB 34. BUKTI REKENING BANK
35
BAB 35. MENYELIDIKI BUKTI TRANSFER
36
BAB 36. BERTEMU RATIH ARSYANENDRA
37
BAB 37. PENGAKUAN RATIH
38
BAB 38. NOAH DAN RAMIRA
39
BAB 39. ANCAMAN TUAN ARSYANENDRA
40
BAB 40. ANCAMAN BALIK DARI JILENA
41
BAB 41. MENGAMBIL SAMPEL DNA
42
BAB 42. MENYERAHKAN BUKTI
43
BAB 43. SENTUHAN JONATHAN
44
BAB 44. PEMBAGIAN WARISAN
45
BAB 45. DI TAMAN KOTA
46
BAB 46. SIAPA AYAH KANDUNG RAMIRA?
47
BAB 47. NOAH ARSYANENDRA DITANGKAP
48
BAB 48. MENGUNJUNGI NOAH
49
BAB 49. NOAH MINTA MAAF
50
BAB 50. PENGGELEDAHAN
51
BAB 51. BUKTI DARAH
52
BAB 52. KEMARAHAN SARAH
53
BAB 53. PERSIDANGAN NOAH
54
BAB 54. MEREKAM PERCAKAPAN
55
BAB 55. BUKTI BARU
56
BAB 56. BUKTI KANCING
57
BAB 57. APAKAH PAPA TERLIBAT?
58
BAB 58. MENEMUKAN PACAR MARIANA
59
BAB 59. VINO
60
BAB 60. THE UPPER SPOT CAFE
61
BAB 61. HENDRA BASKORO
62
BAB 62. KETERANGAN HENDRA
63
BAB 63. MENCARI BUKTI LAIN
64
BAB 64. REKAMAN DVD
65
BAB 65. REKAMAN DVD 2
66
BAB 66. PROSES INTEROGASI
67
BAB 67. INTEROGASI 2
68
BAB 68. KEBENARAN TERUNGKAP
69
BAB 69. MERAYAKAN KEMENANGAN
70
BAB 70. MEMAAFKAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!