Bukit itu tampak begitu hijau dipenuhi begitu banyak macam pepohonan di kanan kiri jalanan setapak yang ada terdapat bebatuan pipih ditata rapi.
Sayup angin seolah membawa aroma segar mint dan menerbangkan dedaunan kering yang berjatuhan dari atas pohon.
Terlepas dari ujung-ujung ranting lalu tertiup angin yang berhembus pelan, yang akhirnya jatuh ke tanah dan juga jalanan di mana kini Ali tengah lewati.
Matahari di langit bersinar cukup cerah, bahkan sinarnya terasa begitu hangat saat menyentuh kulit lengan Ali dan juga wajah Ali.
Ali terus menyusuri jalanan setapak dan menanjak itu. Jauh di sana tampak titik kecil seperti sebuah puri.
Ya...
Sebuah puri berwarna seperti permata biru yang berkilauan di puncaknya.
Biru kehijauan, laksana warna permata Jamrud yang indah.
"Anakku yang malang
ke mana kau sayang
ibu merindu memikirkanmu
musim semi telah tiba
ibu masih sama terkurung di sini
tak mampu mencari
tak mampu menemui
anakku yang malang
anakku yang malang
ke mana kamu...
ke mana kamu..."
Ali berjalan pelan seraya mendengarkan senandung suara perempuan yang entah ada di mana.
Suaranya lirih terbawa sepoi angin beraroma mint yang begitu segar.
Angin yang berlarian turun dari atas bukit, membawa aroma mint dan juga...
Ali menghentikan langkahnya sejenak.
Matanya menatap titik kecil bangunan seperti puri yang bak permata berwarna biru kehijauan.
Apa mungkin suara itu dari sana?
Suara siapa yang ada di sana?
Siapa yang kini berada di sana?
Ali menajamkan pendengarnya, mencoba mencerna suara yang ia dengar apakah mungkin suara seseorang yang ia kenal.
Tapi...
Tidak.
Sepertinya Ali tak mendengarnya lagi.
Meski sayup angin beraroma mint kembali bertiup, tapi ia tak lagi bisa mendengar suara perempuan yang bersenandung tentang anaknya lagi.
Perempuan siapa yang kehilangan anaknya hingga ia bersenandung sesedih itu. Batin Ali.
Ali akan melanjutkan langkahnya lagi, saat tiba-tiba...
Tok tok tok...
Terdengar sayup suara lain, seperti ketukan pintu atau semacamnya.
Ali mengerjapkan matanya, dan begitu terbuka pelahan, kini yang ia lihat hanyalah plafon ruangan tempat ia tinggal di Jepang.
Ah...
Ali terbangun, sejenak ia duduk seraya mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Tok tok tok...
"Tuan muda Ali, makanan telah disiapkan."
Suara kepala pelayan terdengar di luar pintu ruangan Ali tinggal.
Ali sejenak menatap pintu ruangan itu, lalu kemudian menyahut,
"Ya, aku akan keluar sebentar lagi."
"Nona Zizi telah menunggu di ruang makan bersama suaminya, apa anda masih lama?"
Tanya kepala pelayan memastikan, tampaknya ia harus jelas saat menyampaikannya pada Zizi nanti.
"Tidak apa jika kak Zizi harus makan dulu, aku akan berendam air hangat."
Kata Ali.
Kepala pelayan tak bersuara lagi, ia pasti di luar ruangan mengangguk lalu pergi.
Ali melepas kaos kakinya.
Ia akan pergi mandi saja agar tubuhnya lebih segar.
**----------**
"Dia tidak makan?"
Tanya Zizi pada kepala pelayan yang datang menyampaikan pada Zizi bahwa Ali akan pergi mandi dan mungkin butuh waktu banyak untuk berendam juga.
"Mungkin tetap akan makan, hanya saja Tuan Muda ingin berendam lebih dulu."
Kata Kepala pelayan.
"Baiklah."
Sahut Zizi akhirnya.
Shane, suami Zizi tersenyum, saat ini Shane sedang mulai belajar makan daging, hanya daging, itupun dipanggang setengah matang tanpa bumbu apapun.
Ia hanya baru bisa makan itu, tak ada makanan apapun yang bisa masuk ke mulutnya apalagi perutnya.
Sebagai manusia setengah monster, tentu Shane sebetulnya sangat kesulitan berusaha hidup normal seperti manusia kebanyakan.
Ia berusaha tak menyerah dengan kondisinya yang sejauh ini makin mengalami banyak kemajuan.
"Terus terang aku selalu khawatir dengan keadaan Ali jika ia berada di rumah ini. Tapi sepertinya ia memang sangat menyukai Hokkaido, ia juga sangat menyukai rumah ini."
Kata Zizi.
"Tidak akan ada apa-apa, jangan cemas berlebihan pada sesuatu yang belum tentu terjadi."
Kata Shane pada Zizi.
Zizi menghela nafas, lalu menganggukkan kepalanya,
Aunty Maria, hantu none Belanda yang cantik seperti barbie melayang menembus dinding ruangan.
Ia lantas bergabung dengan Zizi dan suaminya yang hendak bersantap malam.
"Dari mana Aunty?"
Tanya Zizi.
"Aku duduk di atas pohon Sakura dekat tempat Ali tinggal. Dari sana aku bisa melihat bulan sabit menggantung indah di langit Jepang."
Kata Aunty Maria.
Zizi meminum air dari gelas,
"Ah Zi."
Aunty Maria tampak pasang wajah serius,
"Aku tadi menghirup aroma rumput mint dari dalam bangunan tempat tinggal Ali. Aku merasa pernah mencium aroma itu, tapi aku lupa di mana."
"Aroma rumput mint?"
Tanya Zizi mengerutkan kening, ditatapnya Aunty Maria yang kini mengangguk-angguk.
Zizi berpandangan dengan Shane sejenak, lalu kembali menatap Aunty Maria.
"Apa ada sesuatu yang mencurigakan di tempat tinggal Ali? Sesuatu yang berbahaya? Sesuatu yang bisa mencelakai Ali seperti tempo hari ia harus berhadapan dengan Shilba Dolores?"
Tanya Zizi.
Aunty Maria menggeleng tak mampu memastikan,
"Entahlah Zi, aku tidak bisa menjawab dengan pasti karena aku tidak merasakan energi apapun, aku hanya merasa mencium aroma mint, seperti aroma rumput yang tertiup angin lalu mengeluarkan aroma mint yang segar."
Zizi akan berdiri karena penasaran dan ingin membuktikan, manakala tangan Shane cepat menjangkau Zizi dan menahan Zizi agar tidak usah pergi.
"Belum ada apapun yang terjadi, jangan berlebihan."
Kata Shane.
Zizi menggeleng,
"Tentu ini bukan berlebihan Kak, kita hanya beberapa hari di Jepang, kita tidak bisa memastikan Ali akan aman terus di sini, jika ada sesuatu yang mencurigakan bisa aku temui sekarang, lebih baik aku pastikan selama aku masih ada di sini."
"Tapi Ali belum tentu mau kamu melakukannya Zizi."
"Kenapa tidak? Aku sepupunya, aku juga orang yang paling memahami apapun yang ia alami dan ia pikirkan."
"Aku rasa shane benar Zi, sejauh ini Ali baik-baik saja, jika sikapmu berlebihan, malah aman membuat Ali tidak nyaman."
Ujar Aunty Maria.
Shane mengangguk setuju, ia sependapat dengan Aunty Maria.
Zizi menghela nafas, menatap kedua mahluk yang kini berada di ruangan yang sama dengannya itu.
Zizi baru akan mengambil sendok makannya lagi untuk menyendok sup, saat tiba-tiba ia merasakan mual lagi.
Perempuan muda itu segera berdiri dan berlari menjauh dari ruangan.
"Sudah berapa hari dia begitu?"
Tanya Maria pada Shane yang juga berdiri dan akan menyusul isterinya.
"Sejak akan ke Kuala lumpur tempo hari."
Jawab Shane.
"Bawa ke dokter saja Shane, atau panggilkan dokter pribadi saja, bahaya dia kalau sampai sakit."
Kata Aunty Maria.
Shane mengangguk, tepat saat itu pintu ruangan digeser terbuka dari luar, Ali muncul dengan penampilan santai namun sudah tampak segar.
"Kak Zizi, ke mana dia?"
Tanya Ali yang tak mendapatkan Zizi ada di sana.
"Dia sedang tak enak badan, nanti kami kembali."
Jawab Shane.
Ali duduk di atas bantal yang mengitari meja makan pendek khas Jepang, ia menoleh pada Aunty Maria.
"Aroma mint itu, apa itu parfumu?"
Tanya Aunty Maria pada Ali,
"Mint?"
**-------------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉
Wahhhh Zizi... bakal ada yg otw launching ini
2023-02-05
1
Azaidane Azaidane
baby Pandawaon.. datang y dr Jepang
2022-10-16
0
Alexandra Juliana
Baby Pandawa akan launching nih
2022-09-29
0