Aku melajukan motorku menuju rumah dengan perasaan lega karena sudah mengungkapkan perasaan yang selama ini ku pendam. Walaupun belum tau jawabannya akan di terima atau di tolak. Paling tidak aku sudah mengatakannya kepada Felisha. Berharap dia menerima ku.
Setibanya di rumah, aku segera masuk ke kamar dan melirik jam tanganku ternyata masih pukul 10 malam. Masih terlalu pagi jika harus bertemu bantal. Aku tak biasa tidur di jam begini.
Di rumah ini aku hanya tinggal berdua dengan sepupu aku yang juga bekerja di salah satu universitas swasta karena orang tua dan keluarga kami yang lainnya berada dan tinggal di luar kota. Sekarang dia sedang lembur karena belum tampak di rumah.
Ku raih handphone milik ku untuk mengirim pesan kepada Felisha ingin menanyakan apa yang sedang di lakukannya tapi ku urungkan karena mungkin saja Felisha sudah tertidur di jam begini. Aku menoleh kearah laptop dan berdiri untuk mengambilnya. Lebih baik aku melanjutkan pekerjaan ku yang tertunda.
Disaat aku sedang fokus dengan pekerjaanku tiba-tiba terdengar handphone milikku bergetar. Sengaja aku men silent nada deringnya hanya menyisakan getaran saja.
Ku lihat layar ponsel ku di sana menampilkan nama Pak Maruf. Aku melirik jam yang ada di ponsel menunjukkan pukul 11.30 malam, aku mengernyit heran ada apa pak Maruf menghubungi ku di jam begini. Segera ku angkat telponnya, mungkin saja penting.
"Halo, Assalamualaikum pak."
"..........."
"Oh iya pak, baik."
"..........."
"Boleh juga, besok saja pak."
"..…......"
"Ok, Assalamualaikum." Aku segera menekan tombol merah untuk mengakhiri obrolan dengan pak Maruf.
Aku memejamkan mata menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar. Ku pikir sepertinya aku tak bisa menunggu jawaban Felisha sampai lima hari ke depan. Besok aku harus menemuinya.
***
Keesokan harinya aku menemui Felisha di kantin, dia sedang duduk bersama dua sahabatnya sambil menunggu pesanan mereka. Aku mendekati mereka yang sedang serius mengobrol, entah apa yang mereka bahas sampai tidak menyadari kehadiran ku. Aku segera duduk di kursi kosong di samping Felisha.
Ku tatap wajah Felisha lekat, ku rasakan detak jantung ku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Ku lihat Felisha seperti salah tingkah dan wajahnya memerah saat ku tatap. Aahh menggemaskan.
Setelah makan, Felisha dan ke dua sahabatnya akan pamit pergi dari kantin tapi aku dengan cepat menggenggam tangan Felisha untuk mencegahnya pergi agar tetap berada disana. Dan ke dua sahabat Felisha pun mengerti, Felisha akhirnya membiarkan mereka pergi.
Felisha duduk kembali ke tempat duduknya tadi setelah Rufi dan Lita tak terlihat lagi.
"Ada apa kak?" tanyanya setelah duduk dan menoleh padaku yang pura-pura sibuk dengan ponselku. Aahh sebenarnya aku merasa gugup jika harus meminta jawaban Felisha lagi sebelum waktu yang dia tentukan. Tapi aku juga tak bisa jika harus keluar kota dengan belum adanya kepastian darinya.
Sebenarnya bisa saja dia memberikan jawabannya lewat telepon tapi itu tak akan membuatku puas.
Aku mendongak dan menoleh kearah Felisha yang menatapku. Ku masukkan ponselku ke saku celana bahan yang ku pakai.
Aku sudah bilang, aku tak pandai basa basi. Langsung ku beri tahu dia jika aku akan keluar kota dalam waktu tiga minggu, lumayan lama dari biasanya. Selama ini jika bepergian paling lama seminggu. Ku tatap Felisha yang sepertinya belum mengerti tujuanku mengatakan itu padanya.
"Aku akan keluar kota dalam waktu yang cukup lama." Jawabku.
"Aku mau jawaban kamu malam ini." Kataku lagi tak ingin di bantah.
Felisha pun tak bisa membantah, mungkin dia lelah jika harus berdebat lagi soal itu. Ia bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kantin. Aku seperti tak ingin melepasnya, ingin ku bawa dia ke dalam pelukan ku tapi itu tak mungkin aku lakukan saat ini.
Aku menghembuskan nafas kasar, aku sadar jika aku sedikit egois. Mungkin karena aku terlalu menginginkan Felisha sehingga terkadang hilang akal sehatku. Terkadang aku berpikir mungkin lebih baik jika aku langsung melamar dan menikahi Felisha agar aku bebas mengungkungnya setiap saat. Tapi apakah Felisha mau. Apalagi dia masih kuliah dan wisudanya juga masih lama, harus menunggu beberapa tahun lagi. Haiiiissshh pikiranku mesum sekali.
Malam pun tiba, aku akhirnya ke tempat Felisha dan seperti biasa aku tanpa basa basi langsung menanyakan Jawabannya setelah dua sahabatnya itu, Rufi dan Lita pergi. Felisha masih enggan memberikan jawabannya.
Ku tanyakan bagaimana perasaan nya kepadaku agar sedikit memudahkannya dalam mengambil keputusan. Ku yakin dia juga menaruh hati padaku. PD kan aku..Harus dong asal jangan over aja hehe. Felisha menggeleng dan itu sukses membuat hatiku mencelos seperti jatuh dari ketinggian. Aku tak langsung menjawab, aku menunggu.
Cukup lama Felisha terdiam membuat ku menunggu dengan perasaan was-was. Jantungku berdegup kencang melihatnya diam, takut jika dia menolakku.
...
...
"Baiklah kak." Itu kata yang keluar dari bibirnya, dan itu membuat ku tak puas. Sebenarnya aku mengerti maksud dari jawabannya itu tapi aku ingin menggodanya.
"Baiklah apa Sha?" Godaku
Felisha bukannya menjawab pertanyaan ku malah diam-diam menatap ku lekat dan akupun menatapnya. Kami terdiri dan sama-sama bertanya
"apa?
"apa?
Kami mengucapkan kata "apa" bersamaan yang membuat kami tertawa. Aaahh menggemaskan sekali dia jika malu-malu seperti itu karena selama ini aku lebih sering melihatnya berekspresi datar.
Satu lagi yang membuat Felisha selalu terlihat menggemaskan, ketika aku memanggilnya dengan kata sayang. Pipinya akan langsung terlihat merona jika ku goda dengan memanggilnya sayang membuat ku bersemangat untuk menggodanya.
Setelah kami mengobrol sedikit lebih intens, aku segera pamit pulang karena besok akan berangkat keluar kota dan belum menyiapkan apapun. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya. Ku tarik Felisha dan memeluknya yang tak siap dengan rengkuhan ku. Ku benamkan tubuh mungilnya di dadaku dan ku ci*m puncak kepalanya yang tertutup hijab rumahannya.
Awalnya Felisha tak merespon pelukanku namun aku memeluknya cukup lama dan mengucapkan terimakasih. Barulah ku rasakan tangannya terangkat untuk memelukku dan itu cukup membuat ku hampir tak bisa mengendalikan diri. Perasaanku membuncah saat merasakan pelukannya. Kini yang ada di pikiran ku, Ingin ku l***t dalam-dalam bib**nya yang seksi itu, bib*r yang tidak tebal tapi juga tidak tipis. sungguh menggemaskan. Namun aku segera mengendalikan diri, aku mendongak dan segera melepaskan diri dari pelukan kami.
Ku tatap wajah Felisha yang juga menatap ku dengan sedikit mendongak.
"I Love you" Ku ucapkan dengan tak bersuara
Felisha hanya menjawabnya dengan senyuman paling manis yang belum pernah aku lihat wajah nya selama ini.
Lagi-lagi ku tatap bib**nya yang selalu ingin ku sentuh dengan bib**ku, dan kurasakan sesuatu di baw*h mengeras entah apa yang di lakukannya. Selalu saja seperti ini jika bertemu dengan Felisha. Sungguh menyiksa.
...****************...
Jangan lupa like dan komennya yaaa 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
keep it that
2022-11-14
1
Lusi
Selalu semangat ya thor
2022-08-08
2
Viv 💐
semangat berkarya
2022-05-27
4