Aku hanya tersenyum tipis sambil mengeluarkan buku dari dalam tas setelah dosen masuk dan memulai proses belajar mengajar pagi ini. sedangkan Rufi juga sudah kembali ke ruangan nya. Tapi sepertinya othor lupa kalau para readersnya yang manis-manis kaya gulali udah tau apa jawabanku tadi. hehe
Siang ini kami berniat kembali ke kantin untuk mengisi perut yang mulai keroncongan setelah menerima materi pelajaran selama 3 jam lebih dari dosen terkiler se antero kampusku itu, dia adalah pak Maruf, dosen mata kuliah Statistik. Sungguh menguras energi. Tapi, sebelum aku dan Lita menuju kantin kami terlebih dahulu menghampiri Rufi yang juga baru saja keluar dari ruangan bermaksud menemuiku dan juga Lita. Seperti ada hal yang akan dia sampaikan namun tidak disini, Rufi mengajak kami ke kantin untuk mengisi perut sambil mengobrol.
Di kantin
"Sha, ayo dong kasi tau gimana jawaban kamu ke kak Muza tadi?" tanya Rufi gak sabaran soal aku dan kak Muza
"Iya Sha, gak usah ngulur ngulur waktu kamu ya." omel Lita.
"haha" aku tertawa melihat wajah penasaran mereka.
"Okeehhhh..aku ceritain nih sekarang. Sabar dong." kataku
Aku mulai menceritakan semuanya kepada dua sahabat aku itu Rufi dan Lita. Mereka mendengarkan sambil manggut-manggut, setelah itu mereka kompak tersenyum menggoda, terutama Lita. Rufi tersenyum menenangkan karena dia tau aku sedikit terbebani namun aku tetap mencoba untuk menjalaninya.
"Aaahhh kak Muza pasti seneng banget ya Sha." Lita
"iyalah Ta masa harus sedih." Rufi
"Oh ya Fi, ada apa kayanya ada yang ingin kamu bicarakan sedari tadi senyum-senyum gitu kaya orang kasmaran aja?" tanyaku pada Rufi karena sedari tadi aku perhatiin dia sepertinya senyum-senyum sendiri sambil liatin handphone miliknya.
"Iya Fi, jangan-jangan kamu punya gebetan baru ya?". Lita menyipitkan mata sesaat kemudian melotot kaget sendiri dengan pertanyaan nya. haha
"Sembarangan. Jangan suka suudzon, dengerin dulu makanya aku mau kasi liat sesuatu nih." Rufi memukul pelan bahu Lita.
"Kalian udah pada tau gak yang namanya Indri itu?" Sambungnya.
Aku dan Lita saling pandang dan kompak menggelengkan kepala. Bagaimana bisa kami tau yang mana Indri itu. Sementara kami bersama sejak pagi tadi tak pernah ada bertemu dengan orang lain selain kak Muza dan kak Arsen.
"Emang kenapa sih Fi?" Lita bertanya tak sabaran
"Aku di kirimin fotonya sama kak Reni tadi pas lagi kuliah." Jawab Rufi antusias
"Kamu minta di kirimin fotonya dari kak Reni ya?" Aku melotot tak percaya kepada Rufi. bisa-bisanya dia kepo sampai segitunya
"hehe" Rufi hanya menunjukkan cengiran kudanya
"Yang mana Fi coba liat..siniin handphone kamu" Ucap Lita tak sabaran, dia merebut handphone Rufi cepat saat Rufi hendak memperlihatkannya padaku
"Ya Allah Ta..sabar dong." Rufi memukul pelan lengan Lita yang kini sedang mengotak atik handphone miliknya.
"Aku penasaran banget dengan si Indri itu kaya gimana sih orangnya." Kepo Lita sambil mengotak atik handphone milik Rufi
"kalau aku liatnya sih biasa aja, cantikan kamu Sha. ini menurut aku ya, gak tau menurut orang lain. Kalau menurut kamu gimana Fi?" Lita
"Aku juga liat nya sih gitu tapi itu menurut kita ya.." Rufi
"Enggak usah membanding bandingkan gitu, aku gak mau di bandingkan sama mantan pacarnya kak Muza. Aku kurang setuju kalau kalian membandingkan aku dengan orang lain apalagi mantan pacar nya kak Muza" Aku menanggapi celoteh mereka dengan sabar
"Katanya sih aku denger dia blum bisa move on dari kak Muza, gimana dong Sha." Rufi
"Soal itu gak ada urusannya dengan aku kan Fi? mau itu dia belum move on ataupun sudah move on, itu urusan dia. Yang jelas aku gak merebut kak Muza dari dia." Ucapku tegas
"Iya bener banget Sha, aku setuju." Lita
...****************...
Muza Pov
Setelah aku mengungkapkan perasaan ku kepada Felisha, aku kini bisa bernafas lega karena tinggal menunggu jawaban nya, tiga hari ku beri dia waktu untuk berpikir. Sengaja ku berikan waktu untuk Felisha tanpa harus bertemu dulu selama tiga hari ke depan. Semoga saja jawabannya membahagiakan.
Kupikir dalam tiga hari tak melihat dan bertemu dengan Felisha akan mudah bagiku tapi ternyata aku salah, aku tak bisa jika tak melihatnya walau hanya dari jauh. Sungguh menyiksa.
Tiga hari kemudian
Aku melihat Felisha. berjalan bersama dengan dua sahabatnya, sepertinya mereka baru saja dari kantin dan menuju gazebo depan ruang kelasnya. Langsung saja ku temui Felisha di sana dan meminta untuk berbicara berdua saja dengan memintanya agar mengikutiku, diapun menurut.
Kami duduk di bawah pohon yang tak jauh dari gazebo tadi, dan akupun tanpa basa-basi langsung saja menanyakan jawabannya.
"Gimana, udah bisa kasih aku jawabanmu sekarang?" tanyaku pada Felisha
Hening
"Aku akan mencoba, walau aku belum ada rasa apa-apa sama kak Muza, gak papa kan?" Jawabnya.
Deg. Aku seperti jatuh dari ketinggian tapi sesaat aku sadar bahwa emang apa yang aku harapkan, Felisha baru mengenalku tidak mungkin lebih dari itu. Sepertinya aku terlalu berharap kalau Felisha juga akan mempunyai perasaan yang sama denganku. Terlalu tinggi khayalan mu Muza. batinku. dan aku terdiam.
"Jujur aku belum mengenal kak Muza dan bertemu baru empat kali kan. Kita ketemunya terhitung 5 kali dengan sekarang tapi kita baru mengobrol waktu kak Muza datang ke kosan dan sekarang." Lanjutnya lagi. dan aku semakin tau diri kalau aku harus berusaha lebih keras lagi untuk meluluhkan hatinya.
"Baiklah, Aku akan berusaha buat kamu nyaman dulu sama aku, Setelah itu barulah aku akan membuatmu menyukai ku." Kataku
Dia hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Membuatku semakin gugup saja berada di dekatnya. Ingin ku genggam tangannya dan mengatakan aku cinta kamu Felisha tapi itu terlalu memalukan rasanya dan aku takut Felisha malah jijik padaku. haha.
"Baiklah, aku ke ruangan dulu, sebentar lagi dosen akan masuk." Dia berdiri sembari melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sepertinya dia masih canggung berlama-lama dengan ku. Aaahhh aku gemas pengen cubit pipinya.
Aku hanya bisa mengangguk dengan senyuman manisku. "Makasih ya Sha udah kasi aku kesempatan untuk dekat dengan kamu". Ucapku akhirnya dan hanya di jawabnya dengan senyuman. Aaahhhh manis sekali dia. Aku hampir pingsan di kasi senyuman manis olehnya.
Kami kembali ke gazebo, dia segera mengambil buku yang di tinggalkannya disana tadi dan mengajak dua sahabatnya itu Rufi dan Lita pamit pada Arsen untuk masuk ke ruangan lebih dulu.
"Kak kami masuk ke kelas duluan." Pamitnya pada Arsen sambil menunjuk ruangannya.
"Oh ya silahkan." hanya itu jawaban Arsen sambil melirik ku.
Ketika Felisha dan dua sahabatnya tak terlihat lagi, Arsen menatap ku dengan penuh selidik.
"Gimana?" tanyanya
"Gimana apanya?" sengaja ku tanya balik biar dia semakin penasaran.
"ck. Kau pura-pura tidak tau maksud ku." Arsen mendelik kesal padaku
"kita ke kantin yuk." ku ajak Arsen ke kantin dan mengobrol disana sambil mengisi perut karena sedari tadi kami belum sarapan karena menunggu Felisha selesai sarapan bersama dengan dua sahabatnya.
"Ayo." Arsen
Tiba di kantin, kami memesan makanan sesuai dengan selera masing-masing. dan tak lama kemudian pesanan kami datang. Aku memulai obrolan dengan menceritakan apa yang sudah aku dan Felisha bicarakan tadi.
"Kamu yakin bisa buat Felisha jatuh cinta sama kamu?" tanya Arsen
Aku menghela nafas panjang. "Aku kurang yakin sih. Tapi setidaknya aku usaha dulu kan." Jawabku pesimis
"kok kayak yang gak percaya diri gitu." ucap sahabatku itu.
"Harus yakin dong. Semangat." Ucapnya lagi menyemangati ku sambil menepuk pundak ku.
"Semoga saja." kataku
"Hahaha." kami tertawa bersama.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
semoga mantan Muza tak buat hal nanti
2022-11-14
0
Shinichi x Kaito
semangat kak
2022-09-12
1
Lusi
lanjut lagi kk
2022-08-08
2