Dua minggu kemudian,
Felisha dan Muza menjalani hari-hari mereka dengan saling mengenal satu sama lain. Muza yang sedang berusaha membuat Felisha nyaman dengan kedekatan mereka, sedangkan Felisha yang berusaha menerima adanya Muza di dekatnya.
Namun sudah dua minggu ini mereka melakukan pendekatan tetapi Felisha belum juga memiliki perasaan lebih dari sekedar menganggap Muza sebagai teman. Baginya Muza adalah sosok teman yang tidak bisa membuatnya jatuh cinta selayaknya laki-laki dan perempuan yang saling pendekatan. Felisha masih mencoba untuk meraba perasaannya terhadap Muza.
Sore ini kelas Felisha ada jadwal praktek di laboratorium Kimia Dasar di kampus. Dimana laboratorium itu berada dekat dengan ruang kelas Muza dan Indri. Ketika Felisha dan Lita berjalan menuju ruang laboratorium seketika ruang kelas Muza riuh, ada yang bersiul panjang, ada juga yang menyapa ber basa basi berharap di balas sapaannya.
Muza melihat keluar jendela yang menghadap ke lapangan badminton, penasaran dengan apa yang di lihat oleh teman-temannya, seketika matanya membulat sempurna karena saking tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Muza melihat Felisha dan Lita berjalan menyusuri koridor kampus menuju laboratorium itu berada yang melewati ruang kelas Muza dan Arsen. Keduanya memakai baju praktek atau jubah lab. Felisha terlihat semakin cantik ketika memakainya. Mata Muza tak mau berpaling dari Felisha Sampai ia tersadar dan langsung keluar dari ruangan untuk menyusul Felisha dan Lita.
"Sha, Felisha." Panggil Muza
Felisha dan Lita seketika menoleh ke belakang dan mendapati Muza berjalan sambil berlari kecil menuju ke arah mereka. Dan suara riuhpun makin terdengar, kali ini bukan hanya terdengar dari ruangan Muza tapi juga dari ruangan di sebelah nya yang tak lain adalah ruang kelasnya Indri.
Felisha melirik ke arah ruangan Indri, dia sempat melihat Indri yang menatapnya sinis. Untung saja tadi dia melihat foto di handphone Rufi yang dikirimkan oleh kak Reni itu. Jadi sudah tau yang mana Indri itu.
Muza tersenyum manis menatap Felisha. "Kalian mau ke laboratorium ya?" tanya Muza.
"Iya." Felisha
"masuknya jam berapa?" Muza
"sebentar lagi." Jawab Felisha sambil melirik jam tangannya
"oh kalau gitu cepat gih nanti telat. aku juga mau kembali ke ruangan" ucap Muza sambil menunjuk ruangannya.
Felisha dan Lita mengangguk. "Iya."
Muza kembali ke ruangan nya. seketika teman-teman lelakinya bergerombol mendatanginya dan menanyakan apakah dia mengenal gadis cantik yang tadi mereka lihat.
Tentu saja dengan senang hati Muza menjawab ya atas pertanyaan mereka. Seketika Muza merasa akan banyak saingan untuk mendekati Felisha. Hatinya tidak rela jika banyak lelaki yang menatap Felisha dengan tatapan memuja seperti yang teman-temannya lakukan. Jiwa posesifnya tiba-tiba saja muncul. Dia tidak mau sampai ada yang ingin mengambil Felisha darinya. Tidak, itu tidak akan dia biarkan.
...****************...
Satu bulan kemudian,
Felisha dan Muza masih mencoba untuk saling mengenal lebih dekat, lebih tepatnya Muza yang sedang berusaha membuat Felisha jatuh cinta padanya. Makin hari Muza semakin posesif kepada Felisha, karena banyak lelaki yang ingin mendekati Felisha namun Felisha mengabaikan mereka. Itu membuat para lelaki itu semakin penasaran di buatnya. Walaupun mereka tau bahwa Muza sedang menjalin hubungan dengan Felisha. Itu tidak mengurangi rasa penasaran mereka kepada Felisha. Kata mereka selama janur kuning belum melengkung maka kesempatan mereka masih tetap ada. hhh
Posesifnya Muza makin menjadi ketika ada seseorang yang dengan terang-terangan mengatakan ketertarikannya pada Felisha. Itu membuat hati Muza memanas dan tak ingin Felisha lepas dari pantauannya. Setiap harinya Muza menempel kepada Felisha, kemanapun Felisha pergi Muza selalu mengikutinya. Dan itu membuat Felisha menjadi risih. Awalnya Felisha memakluminya, namun lama-kelamaan dia tak sanggup jika harus di buntuti terus menerus di setiap pergerakannya.
"Fi, Ta , sepertinya aku gak sanggup lagi terus-terusan di tempelin kak Muza setiap hari. Aku risih." keluh Felisha kepada dua sahabatnya Rufi dan Lita.
"Iya ya Sha, kok kak Muza jadi posesif banget kayak gitu ya." Ucap Lita sambil mengerutkan keningnya merasa heran dengan kelakuan Muza akhir-akhir ini.
"Itu tandanya kak Muza cinta banget sama kamu Sha, takut kehilangan dianya tu. hehe." kata Rufi cengengesan.
"Cinta sih cinta tapi gak gitu juga kali. Aku sampai gak bisa gerak dia ngikutin terus kayak gitu. Huft.." Felisha membuang nafas kasar
"Mana akunya belum ada rasa lagi sama dia tuh. makin risih aja ku rasa." sambungnya lagi.
Rufi dan Lita saling pandang dan mencoba menenangkan hati sahabat mereka yang sedang gundah gulana itu. Lita mengusap punggung Felisha dan Rufi beranjak untuk merebahkan diri di kasur Felisha. Ya, sekarang mereka sedang berada di kamar Felisha. Mereka sedang mengerjakan tugas kuliah.
"Aku mau putus aja dari kak Muza." ucap Felisha tiba-tiba yang membuat dua sahabatnya terbelalak kaget.
Rufi langsung terbangun dari baringnya dan turun dari kasur menatap ke arah Felisha dengan wajah yang panik. begitu pula dengan Lita yang langsung menoleh ke arah Felisha dengan wajah yang sama paniknya.
"Kalian kenapa?" tanya Felisha yang tak di jawab oleh ke dua sahabatnya.
"Kamu yakin Sha?" tanya Lita
"Kak Muza baik lho Sha." Kata Rufi
"Kamu bicarakan dulu baik-baik dengan kak Muza Sha." Lita
"Iya Sha, coba tanya ke dia kenapa dia sampai posesif banget kayak gitu. Ungkapin aja perasaan kamu ke dia. Sampaikan uneg-uneg kamu selama ini." Rufi
"Nanti dulu, aku gak tega juga kalau udah liat wajahnya kak Muza. hehe" Felisha
"Iya aku gak tega liat kak Muza nanti, aku liat dia udah cinta banget tuh sama kamu." Lita
"Tapi kamu selesain baik-baik ya Sha biar kita masih bisa temenan sama kak Muza." Rufi
"Iya iya." Felisha
......................
Felisha POV
Hari ini aku mengirimkan pesan singkat kepada kak Muza untuk janji ketemuan, diapun langsung menyetujuinya. Dan disinilah kami, di taman belakang yang berada tidak jauh dari kantin kampus.
"Kak, boleh bertanya sesuatu? Tanyaku pada kak Muza. Mengawali obrolan.
"Boleh, tanya apa aja boleh kok." Jawab kak Muza sambil tersenyum manis padaku. Duuhhh aku jadi gak tega nih.
"Kalau boleh tau kenapa akhir-akhir ini tuh aku rasa kak Muza jadi posesif banget?"
Kak Muza menghela nafas panjang setelah terdiam, sesaat kemudian ia berkata "aku cuman takut kehilangan kamu Sha, aku gak bermaksud membuatmu kurang nyaman." Sesalnya
"maksud kak Muza?"
"Ya, aku takut kamu di ambil orang sebelum aku berhasil membuatmu benar-benar jatuh hati padaku." Jawabnya
"Kak, aku mau bilang sesuatu tapi aku harap kak Muza gak membenciku." Ku tatap wajah kak Muza yang berubah jadi terlihat sedikit panik dan hanya diam menunggu apa yang akan aku katakan selanjutnya.
"Maafkan aku kak, kita udah sebulan mencoba menjalin hubungan, selama ini aku udah sangat berusaha untuk bisa merasakan hal yang sama dengan perasaan kak Muza ke aku, tapi aku tidak juga bisa merasakan jatuh hati pada kakak. Maafkan aku." Aku mengatakannya dengan sangat tak tega apalagi melihat wajah kak Muza yang berubah sendu. Aaahhhhh sungguh aku merasa tak enak hati, ingin rasanya aku menghilang saja dari hadapannya.
Kak Muza menatapku dan terdiam cukup lama. Dan itu sukses membuatku semakin merasa bersalah. Sungguh menyiksa perasaan bersalah itu.
"Tidak bisakah aku di beri kesempatan sekali lagi Sha?" tanyanya tiba-tiba
"Maafkan aku kak, aku benar-benar minta maaf. Aku gak bisa memaksakan diri untuk itu. Aku harap kakak mengerti dengan perasaanku." Aku menatapnya berharap dia bisa melihat bagaimana aku tak memiliki perasaan apapun padanya.
"Baiklah Sha, aku akan tetap menunggumu berharap suatu saat nanti aku akan memiliki kesempatan itu. Aku harap kita masih bisa temenan ya Sha." katanya sambil tersenyum. Aaahhhhhhh lega rasanya Ya Allah. batinku.
"Tentu saja kak, terimakasih atas pengertiannya kak dan sekali lagi aku minta maaf." kataku dengan penuh haru
"Boleh aku peluk? sebagai perpisahan dan kita menjadi teman." tanyanya yang langsung ku jawab dengan gelengan
Kak Muza hanya tersenyum lalu mengusap puncak kepalaku yang tertutup hijab.
"Terimakasih atas waktumu selama sebulan ini Sha, kamu udah mau kasih aku kesempatan aja aku udah bersyukur banget. Makasih ya."
"Terimakasih juga kak udah mau bersabar ngadepin aku selama sebulan ini." Kami tersenyum satu sama lain. Seolah beban yang kami rasakan selama ini terhempas sejauh-jauhnya. Haahhhhh lega rasanya.
Muza POV
Mau tak mau aku harus melepas Felisha, aku lihat sepertinya dia sedikit tersiksa dengan hubungan kami karena memang pada dasarnya dia tak memiliki perasaan lebih terhadapku.
Ketika dia meminta mengakhiri hubungan kami, ada perasaan tak rela. Jujur saja aku berat melepasnya namun aku juga sadar aku gak boleh egois dengan memaksanya untuk terus berusaha agar dia jatuh cinta padaku. Sebenarnya dia sudah cukup baik padaku dengan memberikan kesempatan padaku. Sungguh dia sangat baik selama sebulan ini. Dia tak memiliki perasaan lebih padaku namun dia selalu menghargaiku. Tak pernah sedikitpun dia membantah kata-kataku. Dia wanita baik. Semoga suatu saat nanti dia memiliki perasaan yang sama dengan ku. tetap saja aku egois buat milikin dia. haha
Hari ini kami benar-benar sudah tak memiliki hubungan spesial lagi. Jadi mau tak mau aku harus menahan diri jika melihatnya di dekatin oleh pria lain. Huufft sabar Muza sabaarrr. Aku mengelus dada. Di kasih kesempatan buat berteman aja udah syukur kamu. batinku
Aku ceritakan semua tentang aku dan Felisha kepada sahabatku Arsen. Dia hanya bisa menatapku iba dan kembali memberiku semangat. Yang hanya ku balas dengan senyuman.
Haaahhhh patah hati rasanya gak enak banget. Walaupun kami mengakhirinya dengan baik-baik tapi hatiku gak baik-baik saja. Masih tak rela pokoknya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lusi
jujur ya aku tuh milih novel yg di baca itu tuh cari yg ringan2 kayak gini
yg kalau di baca jadi hiburan tersendiri
bisa mengenang masa2 muda dulu😁
2022-08-08
3
ImmaUrut
sing sabar ya mas muza
2022-08-02
2
Syarifah
sabaar muza sabaaarrr🥲
2022-08-01
3