"Bukannya gak mau bilang Sha, tapi kami tuh di larang kasih tau ke kamu kalau kak Mato menyukai mu, katanya biar dia bicara langsung denganmu nanti. Ya sudah, kami tutup mulut sampai dia sendiri yang memberi tahu mu." Ucap Rufi panjang lebar
"Awas ya kalian. Aku terlihat seperti orang bodoh tau gak." Felisha masih merajuk dan terlihat seperti akan menangis.
"Maaf Sha, tapi kami terpaksa. Tau sendiri kan kak Mato itu staf dosen. Kami takut lah nanti di persulit saat ujian. Takut gak di ijinin nyontek. hehe." Rufi cengengesan tanpa dosa
Felisha masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Rufi di teras yang cengengesan sambil menghentakkan kakinya di lantai. Rufi menyusulnya dengan rasa bersalah. Ia melihat Felisha yang berbaring memunggunginya. Rufi menghela nafas dan mengirim pesan singkat kepada Lita.
Rufi:
Ta, masih lama gak pulangnya? Kak Mato tadi kesini 😑
Lita:
Sedikit lagi kami pulang, kenapa Fi? Kak Mato bilang apa ke Felisha? 😧
Rufi:
Cepetan pulang, kamu jelasin ke Lisha yang terjadi sebenarnya 🤐
Lita:
Oke oke.. Bilangin ke Felisha aku beliin dia martabak telor nih.
Rufi menyimpan handphone miliknya di meja lalu duduk di kursi, menatap punggung Felisha.
"Sha, kamu udah tidur ya?" Rufi mencoba mengajak Felisha berbicara namun tak ada jawaban.
"Lita beliin kamu martabak telor, katanya jangan tidur dulu." Ucap Rufi lagi. Felisha masih bergeming.
Tak lama kemudian terdengar suara motor sport Bara di depan pagar kosan. Rufi segera beranjak menghampiri Lita yang baru saja turun dari motor.
"Ta, cepetan sini." panggil Rufi kepada Lita tapi berupa bisikan.
"Ada apa sih Fi?" Lita mengerutkan keningnya heran.
"Sstt." Rufi hanya menjawab dengan telunjuk di bibir dan melambaikan tangan tanda mengajak Lita melihatnya sendiri. Mengabaikan Bara yang juga ikut heran melihat kelakuan sahabat kekasihnya itu. Bara kemudian menyusul dua gadis itu dan duduk di teras sembari menunggu mereka.
Rufi dan Lita bergegas ke kamar Felisha untuk melihatnya, Lita mengernyit dan berbisik pada Rufi.
"Dia kenapa?" Lita
"Merajuk." jawab Rufi
"Sha, Derisha." Lita menepuk lengan Felisha pelan. Namun tak ada jawaban.
"Dia tidur kali." bisik Lita menoleh kearah Rufi
"Entahlah." Rufi mengedikkan bahu tanda tak tau.
"Sha, aku bawain kamu martabak telor nih. Kamu mau makan gak, kalau gak mau aku dan Rufi abisin ya." ancam Lita
"Kalian jahat banget sama aku." Ucap Felisha akhirnya. Masih dalam posisi berbaringnya dengan menghadap tembok dan memunggungi dua sahabatnya.
Rufi dan Lita saling pandang. Tak tau harus berbuat apa.
"Maafkan kami Sha." hanya itu yang terucap dari mulut Lita.
"Kami janji akan menceritakan semuanya sama kamu Sha." ucap Rufi sambil menunduk merasa bersalah.
"Udah telat." jawab Felisha sambil bangkit dari baringnya. Mengambil kotak martabak telor yang di bawa Lita tadi lalu memakannya dengan lahap.
"Aku laper, kamu gak laper kan Fi? Aku mau abisin ini." Felisha melirik dua sahabatnya yang terheran-heran melihat tingkahnya.
"Enak aja, aku laper dari tadi belum makan nungguin kamu yang ngambek." Rufi tak mau kalah langsung melahap martabak telor yang hendak Felisha habiskan.
"Ya Allah, kalian ini." Lita hanya menggeleng kepala melihat kelakuan dua sahabatnya itu.
Sambil memakan martabak telor nya Felisha kembali bertanya pada dua sahabatnya tentang Mato yang menyukainya.
Lita dan Rufi menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat dan Felisha menyimak dengan seksama tanpa menyela. Setelah itu barulah ia berkata
"Kalian jahat banget sama aku tau gak." Felisha masih belum menerima sepenuhnya alasan mereka merahasiakan semua darinya.
Rufi dan Lita cengengesan sambil merangkul bahu Felisha. Mereka berpelukan dan mengucapkan kata maaf bertubi-tubi kepada Felisha. Seperti itulah mereka bersahabat, tak pernah bisa berlama-lama dengan kemarahan. Akan ada saja yang mengalah dan meminta maaf jika merasa diri salah.
Sesaat kemudian Rufi teringat pada Bara yang entah kemana saat dia tarik Lita menuju kamar Felisha.
"Eeh Ta ngomong-ngomong kak Bara tadi langsung pulang ya pas aku tarik kamu kesini?" tanya Rufi
"kayaknya dia ngikutin kita masuk deh tadi." Lita segera beranjak keluar kamar untuk melihat keberadaan Bara. Dan benar saja, dia mendapati Bara sedang duduk bermain game online di ponselnya.
Bara menoleh saat mendengar pintu di buka lebih lebar karena sedari tadi pintunya tidak terbuka sepenuhnya.
"Udah kelar?" Tanya Bara saat melihat Lita yang keluar dari kamar untuk menemuinya dan di balas dengan cengiran kuda khas Lita.
"Udah. Felisha udah gak ngambek lagi. Sekarang lagi makan martabak dianya. Berebut sama Rufi. hehe.." Ucap Lita.
Bara menggeleng pelan, heran dengan tingkah laku tiga serangkai itu. kekasihnya dan dua sahabat kekasihnya.
"Aku pulang dulu." Pamit Bara setelah mengobrol sedikit dengan Lita.
"Fi, Sha kak Bara mau pamit pulang nih.." teriak Lita pelan kepada dua sahabatnya. Felisha dan Rufi segera keluar dan mengucapkan terimakasih atas oleh-oleh martabak telor nya.
"Makasih ya kak." Ucap Felisha dan Rufi bersamaan.
"Sama-sama." jawab Bara tersenyum ramah.
***
Keesokan harinya, tiga serangkai itu Felisha, Rufi dan Lita berjalan bersisian menuju kantin. Mereka bermaksud untuk sarapan, mengisi perut sebelum masuk kelas yang akan menguras energi.
Setibanya di kantin, mereka bertiga langsung saja memesan makanan sesuai selera masing-masing. Sambil menunggu pesanan, mereka mengobrol ringan dengan Lita yang bercerita tentang keseruan semalam ketika dia dan Bara berjalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan. Terlalu serius mendengarkan Lita bercerita sampai tidak menyadari kalau Mato sudah berdiri di samping Felisha dan langsung duduk di kursi yang kosong. Mereka terkejut menoleh kearah Mato yang di balas dengan senyuman.
Felisha merasa gugup saat berdekatan dengan Mato, dia merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya dan merasa wajahnya memanas. khawatir Mato akan mendengar detak jantungnya yang tidak normal saat ini, Felisha segera menetralkannya dengan sedikit berdehem.
"Ehem." Felisha berdehem dan meminum air putih kemasan di depannya. Guna menetralkan detak jantungnya.
"Kamu kenapa Sha?" Tanya Mato sedikit terlihat panik karena melihat wajah Felisha yang merah seperti tomat.
Rufi dan Lita hanya tersenyum tertahan melihat wajah Felisha yang malu-malu ketika Mato bertanya padanya. Mereka tau kalau wajah Felisha seperti itu, tandanya sahabat mereka itu sedang malu.
"Enggak papa kak." Jawab Felisha
"Kamu sakit? muka kamu kok merah gitu." Ucap Mato yang sukses membuat Felisha semakin malu saja. Felisha merasa wajahnya panas lalu menangkupnya dengan telapak tangan.
"Enggak kok, aku baik-baik aja kak." Felisha melirik dua sahabatnya yang menahan tawa. Awas ya kalian. batin Felisha
Pelayan datang membawakan pesanan makanan mereka dan langsung di lahap tanpa ada yang bersuara. Setelah makan mereka hendak beranjak dari tempat duduknya masing-masing. Namun Mato memegang pergelangan tangan Felisha menahannya agar tetap duduk di sampingnya sambil mengotak atik handphone miliknya tanpa melihat ke arah Felisha. Dua sahabat Felisha pun mengerti dan pamit ke ruangan lebih dulu sambil tersenyum menggoda menatap Felisha yang melotot ke arah mereka. Mereka tertawa sambil melambaikan tangan kepada Felisha.
"Ada apa kak?" Tanya Felisha
Mato kemudian mengunci layar handphonenya dan menyimpannya di saku celana bahan berwarna hitam yang di kenakannya hari ini dan menoleh melihat wajah Felisha.
"Aku akan keluar kota dalam waktu yang cukup lama." Ucap Mato. dan Felisha sedikit terkejut lalu mengernyit heran. Dalam rangka apa dia keluar kota dengan waktu yang lama. batin Felisha. Tak berani menanyakannya langsung.
"Aku akan menemani perjalanan dinas Pak Maruf." Ucap Mato lagi seakan tau yang ada di benak Felisha.
"Mungkin sekitar tiga mingguan. Jadi aku harap kamu bisa memberikan jawabanmu hari ini. Aku gak bisa menunggu lima hari lagi Felisha. Aku ingin saat aku pergi aku sudah memiliki status yang bisa membuatku semangat bekerja." Lanjutnya panjang lebar dengan wajah tegas namun penuh harap.
"Tapi kak...."
"Tak ada tapi tapian sayang." Ucap Mato cepat menatap mata Felisha yang berhasil membuat Felisha merasakan desiran lain dalam darahnya.
"Aku mau jawabanmu hari ini, aku akan ke tempatmu malam ini. Tunggu aku disana. Pergilah ke ruanganmu nanti kamu telat masuk kelas." Lanjutnya yang hanya di angguki oleh Felisha.
Mato melepaskan tangan Felisha yang sedari tadi ia genggam. Felisha berdiri dari duduknya dan pamit untuk ke ruangan. Mato menatap punggung Felisha sampai tak terlihat olehnya.
Felisha berjalan menyusuri koridor kampus sambil memikirkan perkataan Mato tadi yang meminta jawabannya malam ini, sampai dia tidak menyadari kalau langkahnya sudah tiba di depan ruang kelasnya. Felisha clingak clinguk mencari keberadaan Lita namun tak ada sosok Lita di dalam ruangan. Dia berbalik dan menoleh kearah gazebo depan kelas ternyata dua sahabatnya itu berada disana.
Felisha mendatangi Rufi dan Lita kemudian ikut duduk dengan mereka.
"Kalian jahat tadi ninggalin aku." Felisha cemberut
"Heh Felisha sayang, masa iya kita harus nungguin elu pacaran. ogah gw! ya gak Fi." jawab Lita cepat dengan menaikkan alis dan dagunya ke arah Rufi
"Iya. Jiwa jomblo ku meronta-ronta Sha ngeliat elu mesra-mesraan." Ucap Rufi sendu.
Felisha hanya tertawa sambil menggeleng pelan. Rufiii Rufi
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lestary
lanjut
2022-08-10
0
ImmaUrut
lanjut thor
2022-08-08
3
ImmaUrut
malem malem hujan dapat novel kaya gini langsung teringat jaman kuliah dulu
2022-08-02
3