Aku belum bisa menjelaskan semuanya kepada mereka karena aku sendiri bingung dengan masalah yang terjadi dalam hubungan ku dan kak Mato.
Di satu sisi aku merasa bersalah karena telah menolak lamaran kak Mato berkali-kali. Di sisi lain aku benar-benar belum siap untuk menikah.
Aku benar-benar di lema sekarang, aku lebih banyak menyendiri dan merenung untuk menenangkan hati dan pikiran agar bisa berpikir jernih dalam mengambil keputusan yang tepat, apakah harus melanjutkan hubungan ini atau akhiri saja. Dua sahabat ku Rufi dan Lita sangat mengerti dengan perasaanku saat ini, mereka memberikan waktu untuk ku sendiri. Mereka selalu memberi support buat aku.
Tanpa sadar air mata ku menetes ke pipi dan langsung ku hapus. Aku tak boleh lemah hanya karena hubungan kami yang baru seumur jagung yang harus kandas dan berakhir begitu saja. Mungkin kami tidak berjodoh, Itu yang selalu ku ucapkan untuk menyemangati diri namun tidak dengan hatiku. Hatiku tak bisa di ajak kompromi, sakit rasanya.
Aku terisak tanpa bisa ku tahan lagi, entah apa yang sebenarnya sedang ku tangisi. Mungkinkah hati kecilku sebenarnya menginginkan pernikahan itu ataukah hanya terlalu lelah dengan desakan dari kak Mato. Aku tak tau.
Jika malam ini kak Mato ingin mengakhiri hubungan kami, aku akan menerimanya. Mungkin inilah yang terbaik untuk kami berdua.
***
Malam harinya,
Rufi dan Lita sedang berada di kamar Felisha. Mereka selalu berusaha menenangkan sahabatnya yang sedang galau itu. Walau Rufi hanya sekedar memeluknya dan Lita menghiburnya dengan cara menggodanya atau bercerita tentang kisah-kisah mereka yang lucu agar Felisha tetap rileks sambil menunggu Mato datang.
Di tengah obrolan tiga serangkai itu, terdengar suara ketukan pintu dan suara bariton Mato yang mengucapkan salam. Mereka bertiga saling pandang satu sama lain. Lita segera beranjak untuk membuka pintu. Sementara Felisha menggenggam erat tangan Rufi karena merasa gugup akan bertemu dan berbicara berdua dengan Mato setelah beberapa minggu saling diam. Rufi memeluk Felisha sekali lagi untuk menenangkan sahabatnya itu.
Setelah Lita membuka pintu kamar terlihat Mato yang sedang berdiri bersandar di dinding samping pintu dengan melipat kedua tangan di dada sambil menunduk.
Seketika Mato mendongak dan menoleh ke arah pintu dengan ekspresi datar. Sebelum Mato bertanya, Lita yang sudah mengerti langsung membuka pintu kamar lebar-lebar dan menoleh ke arah Felisha dan Rufi.
"Fi ke kamar aku yuk." Ajak Lita kepada Rufi
Rufi mengangguk kemudian berdiri. "Ayo." Rufi mengajak Lita keluar dari kamar. Mereka pergi meninggalkan Felisha dan Mato yang saling diam tanpa ada yang bersuara.
Mato menatap Felisha dengan sendu. Ingin rasanya ia berlari dan memeluk kekasihnya itu tanpa melepasnya. Mato benar-benar merindukan gadis nya itu.
Felisha kemudian keluar untuk menemui Mato yang hanya terdiam di depan pintu. Felisha melewati Mato untuk duduk di kursi teras depan kamar. Namun langkahnya tertahan karena Mato yang langsung menarik dan memeluknya erat.
Felisha bergeming, tak membalas pelukan Mato. Kata maaf berkali-kali keluar dari bibir Mato namun Felisha tetap diam. Felisha membiarkan Mato memeluknya lama sampai ia merasakan sesak karena pelukan kekasihnya itu.
"Lepas kak, aku sesak." Bisik Felisha. Mato segera melepaskan pelukannya dan terlihat matanya merah karena menahan tangis. Felisha tertegun melihat wajah Mato yang merah dan penampilannya yang sedikit urakan. Tidak seperti biasanya Mato terlihat seperti itu. Menyedihkan.
Felisha kemudian duduk di kursi dan Mato mengikuti langkah kekasihnya untuk duduk bersama.
"Ada apa lagi kak?" Tanya Felisha ketika mereka sudah dalam posisi duduk berhadapan.
Mato bergeming tak menjawab pertanyaan Felisha. Menatapnya lekat.
Sebenarnya Mato cukup lelah memaksa Felisha menikah, tapi ia juga tak bisa mengendalikan perasaannya untuk segera menikahinya.
Namun Mato juga takut jika suatu saat Felisha benar-benar muak dengan permintaannya lalu mengakhiri hubungan mereka.
"Sayang maafin aku" Ucap Mato setelah lama terdiam
"Enggak ada yang harus dimaafkan, emang kakak buat salah apa?"
"Aku tau aku salah selama ini udah paksa kamu menikah sebelum lulus kuliah, tapi aku lakuin itu karena..."
Ucapan Mato terhenti ketika Felisha langsung tersulut emosi karena teringat kata-kata Mato waktu itu.
"Karena apa kak? Takut aku tiba-tiba ngilang dan pergi dengan laki-laki lain gitu?"
"Hei hei.. bukan itu sayang, kamu dengerin aku dulu. aku kan belum selesai bicaranya."
Mato mencubit pipi dan bibir Felisha gemas
"Iya kan waktu itu kakak yang bilang. Gimana sih"
"Ya itu salah satu alasannya sayang"
"Tuh kan bener"
"Salah satu sayang, berarti bukan cuman itu alasannya kan? makanya kamu dengerin dulu aku ngomong, jangan main serobot aja dong. Aku serobot bibir kamu baru tau rasa"
"Ih mesum banget ih" Felisha bergidik mendengar Mato berbicara sedikit fulgar, pipinya sekarang merah seperti tomat.
Tawa Mato pun pecah.
"Hahaha... makanya jangan macam-macam kamu"
"Siapa yang macam-macam sih. Kakak tuh yang macam-macam" Felisha mengerucutkan bibirnya kesal
Mato menghentikan tawanya, menggeleng pelan lalu menatap Felisha lekat
"Jadi, kamu mau tau alasan sebenarnya aku mau kita menikah sebelum kamu lulus kuliah?"
Felisha mengangguk pelan
"Jadi gini sayang, Selain alasan yang aku bilang ke kamu itu kalau aku takut kehilangan kamu, ada hal lain juga."
"Jujur saja sayang aku capek ngadapin laki-laki yang selalu berusaha mendekati kamu, walaupun kenyataannya kamu gak pernah respon sekalipun."
"Selama ini aku gak pernah cerita sama kamu karena aku gak mau kamu merasa gak nyaman karena itu"
"Terus ada satu hal lagi.."
Mato menghentikan ucapannya lalu menoleh ke arah kamar Lita dimana dua sahabat Derisha itu berada.
Mato memajukan wajahnya ke wajah Felisha yang seketika menutup matanya dan merasakan wajahnya menghangat.
Mato tersenyum melihat ekspresi Derisha Kemudian berbisik di telinganya. Dekat sekali sehingga membuat bulu kuduknya meremang.
"Aku tersiksa setiap kali berdekatan dengan kamu sayang."
Ucapan Mato sukses membuat Felisha membuka matanya lebar-lebar. Melotot ke arah Mato.
"Apa maksudnya kak?"
Lagi-lagi Mato terkekeh melihatnya dan bermaksud kembali mendekat ke telinga Felisha namun segera di tahan oleh kekasihnya itu dan menggeleng pelan tapi Mato menyingkirkan tangannya, menggenggamnya lembut dan tetap melanjutkan berbisik di telinga Felisha
"Setiap kali kita berdekatan adik aku selalu on"
Ucap Mato sambil melihat ke arah bawahnya dan Felisha mengikutinya. Seketika Felisha membelalakkan matanya dan memukul lengan Mato dengan keras. Dan hendak berteriak namun dengan sigap Mato membekapnya.
"Mmmm..mmmm"
Felisha berusaha melepas tangan besar Mato dari mulutnya dan Mato segera melepasnya sambil tersenyum tanpa dosa.
"Sssttt.. Jangan teriak dong nanti yang lain denger" Ucap Mato yang senyum tertahan
"Ih apaan sih kak..kok mesum banget ih"
Lagi-lagi Felisha memukul lengan Mato sekuat tenaga
"Awww..sakit sayang" Mato mengaduh kesakitan sambil mengelus lengannya bekas pukulan tangan kekasihnya.
"udah dong sayang..sakit tau"
"Kok kakak mesum banget ih"
Mato terkekeh menatap wajah Felisha yang merah.
"Aku jujur sayang, setiap dekat-dekat kamu kaya gini tuh bikin aku kesiksa"
Mato mengusap bibir Felisha pelan. Ingin rasanya ia m*****t bibir ranum itu.
"Jangan kaya gini kak"
"Kenapa?"
Felisha menggeleng
"Itu alasannya kenapa aku pengen cepet-cepet halalin kamu sayang"
...****************...
Jangan lupa like dan komen ya akak-akak sayang 🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lusi
udah di like ya..semangat
2022-08-08
2
ImmaUrut
lanjut semangat
2022-08-08
3
Syarifah
aku komen deh thor..
semangat yaa
2022-08-01
4