Kepsek Nyebelin

Kibo mengedip-ngedipkan matanya mencoba menyaring segalanya. Diusap-usapnya beberapa kali, masih tak percaya dengan pengelihatannya. Ternyata wajah itu asli, bukan hayalan apa lagi mimpi. Oooh ... ternyata itu memang benar adalah bidadari daringnya. Benar-benar cantik, bahkan lebih cantik dari yang ia lihat pada tampilan layar ponselnya.

"Sya! ini dia, Sya, bidadari daring gue," ucapnya pada Arsya, tanpa mengedipkan mata sedetikpun. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa menyaksikan langsung orang yang ia kagumi sampai terbawa mimpi itu.

"Yaelah ... jadi ini, Bo? Ini mah Rana, cewek yang diceritain sama anak-anak pas itu juga."

"Jadi, sebelumnya Dio, Aris, sama Bendon udah pernah ketemu sama Rana? Wah ... bahaya nih, saingan gue bisa banyak kalo begini ceritanya."

"Hus! Mana mau, Rana sama elo. Model lo aja kurus kerempeng gitu."

"Wah ... jangan sembarangan, Sya, gini-gini gue punya pesona tiada tanding."

"Pesona tiada tanding buyut lo! ... jangan ngarep lu, Bo, dia mah udah punya pacar," ucap Arsya. Masih teringat jelas di kepalanya saat Daniel dan anak-anak SMK Karya Nusantara mencari gara-gara dengan mereka. Kalau ada yang berani mendekati Rana, maka sama saja orang itu sedang mengibarkan bendera peperangan, juga menjemput ketidak tenangan dalam kehidupan.

...💕...

Ruang UKS

Arka menyandarkan diri ke dinding. Tangannya bersedekap, matanya dingin menatap Dio yang sedang terbaring lemas sembari memegang perutnya yang kesakitan. Padahal sudah diperingatkan, tapi si gendut itu masih saja makan sembarangan, juga kebanyakan.

"Hehehe, maaf, Ka, jadi ngerepotin," prenges Dio. Sakit diperutnya sudah mulai mereda. Tadi malam ada selamatan besar di rumah barunya, jadi beginilah nasib perutnya gara-gara terlalu banyak muatan.

"Hm."

"Oh ya, Ka, tadi malem kok lo gak dateng sih? Padahal gue sama anak-anak udah nungguin."

"Lagi sibuk."

Dio menghela napas. Kalau dilihat-lihat, sepertinya mood bosnya ini sedang tidak baik. Untung saja ia sudah terlanjur terbiasa dengan sikap dingin Arka. Mau mengantar dan menemani ke UKS saja, sudah merupakan hal yang patut disyukuri.

"Udah baikan, Dio?" tanya Mala si petugas UKS.

"Udah, Mal, thanks ya."

"Sip. Eh, ada yang lambat," ucap Mala. Dari balik jendela UKS, diamatinya empat orang gadis yang sedang berdiri di depan barisan apel.

"Siapa?" Dio bertanya.

Mala menyipitkan matanya, keempat gadis itu hanya terlihat dari belakang saja. Tapi ia mengenal salah satunya, perawakan langsing dan tinggi serta style modelnya, tentu dari jauh pun, Mala bisa mengenali orang itu.

"Rena Dkk," jawab Mala pada akhirnya.

"Oowh."

"Pasti gak bakal di hukum."

"Kenapa?"

"Biasa, anak Walikota,"  jawab Mala sembari merapikan alat-alat dimeja ruang itu. Siapa yang piket hari ini? Kenapa masih berantakan sekali?

"Iya, sih."

Arka hanya menyimak. Bukan topik yang asing. Tak jarang ia mendengar nama cewek itu dighosipkan dimana-mana.

...💕...

"Kenapa kalian terlambat?" tanya pak Kusma, memokuskan matanya yang seiring bertambah umur semakin tak awas saja.

Nada menundukkan kepala dalam. Malu sekali rasanya, sudah terkenal dengan sebutan murid teladan malah sekarang dipanggil ke depan dengan alasan seperti ini. Terlambat berangkat sekolah saat pak Kusma sedang berpidato, sungguh kasalahan yang fatal sekali. Bisa disuruh lari lapangan yang luasnya bak lapangan terbang, atau bisa juga disuruh membersihkan toilet yang entah ada berapa jumlahnya. Benar-benar merepotkan dan membuat waktu belajarnya berkurang.

Vira menatap lurus ke depan tanpa rasa sungkan. Tak lupa pula ia mengembangkan senyumnya. Harus tetap tampil cantik walau disaat-saat seperti ini.

Rena tetap bersikap tenang. Bukan keinginannya, tapi hal-hal seperti ini bukanlah hal yang merepotkan untuknya. Semendari kecil, semua orang disekitarnya sudah terlanjur memperlakukannya secara spesial. Walau itu tak berlaku untuk sahabat-sahabatnya ini. Tenang saja,  semua akan baik-baik saja.

"Lho, kamu murid baru, ya? Siapa namamu?" tanya pak Kusma pada seorang siswi yang terlihat paling mungil diantara keempat gadis yang terlambat itu.

"Rana Puspakarina, Pak," jawab Rana tersenyum sopan, berusaha patuh pada perintah Rena.

Seluruh siswa yang ada sontak ber-owh ria, seolah baru saja menemukann harta karun tersembunyi yang hilang selama ratusan tahun entah kemana. Cantik, enak sekali dipandang. Benar-benar tak membosankan.

Tapi tidak dengan para siswinya. Mereka menatap sinis, jiwa persaingan mereka mulai meronta-ronta. Awas saja kalau cewek itu berani merebut cowok mereka. Mana peduli mereka walau cewek itu adalah teman dekat si anak Walikota. PHO memang harus dibasmi bukan?

Pak Kusma membenahkan kaca matanya lagi, ternyata anak pak Walikota juga ada diantara keempat gadis ini. Dan... nama barusan, sepertinya tak asing lagi.

"Rana Puspakarina ... anaknya Pak Cipto?" tanya Pak Kusma setelah mengingat-ingat.

Rana  memaksakan senyum. Mendengar nama ayahnya saja sudah bisa meluluh lantahkan mood-nya yang sedang baik hari ini.

"Iya, Pak."

"Andra, bubarkan barisan! Kalian, ikut bapak ke ruangan!" titah pak Kusma pada si ketua OSIS, kemudian berbalik melangkahkan kaki ke arah ruangannya. Ruang kepala sekolah.

Bella tersenyum puas, semoga saja kali ini mereka tak diloloskan begitu saja.

...💕...

Ruang Kepala Sekolah

"Gimana kabar papa kamu, Rana?" tanya pak Kusma setelah keempat gadis itu duduk di ruangan kesayangannya.

Rasanya Rana ingin bertanya, "Papa yang mana, Pak?" tapi huh, pak Kusma akan semakin bingung dengan pertanyaan itu tentunya.

"Baik, Pak," jawab Rana, walau sebenarnya ia malas membahas ayahnya itu. Tapi tak apalah, jawab saja sesingkat mungkin agar pembahasannya tak bertambah panjang.

"Akhirnya kamu vaksin juga, kemarin bapak yang menghubungi ayah kamu untuk menyegerakan hal itu...."

Ini nih, ternyata biang keroknya.

"... Habisnya bapak kasihan kalau kamu hanya bisa belajar lewat online ..."

Gak papa Pak, wi-fi sama kuota saya selalu aman terkendali kok.

"... sedangkan teman-temanmu sudah belajar tatap muka..."

Ellah Bapak, saya mah gak ditatap juga gak papa.

" ... Bapak hanya tidak mau belajarmu tidak maksimal dan bisa mempengaruhi peringkatmu."

Deg, Rana seketika menelan ludah. Kenapa tiba-tiba membahas masalah peringkat? Tidak tahukah Pak Kusma bahwa mau sampai kapan pun dia daring, itu tak akan mempengaruhi peringkatnya. Nomor satu dari bawah. Selalu begitu, bahkan sejak kecil.

"Ayahmu, Cipto, itu dulu murid kesayangan bapak. Pintar, teladan, dan banyak menyumbangkan piala bagi sekolah ini. Bapak masih sangat mengingatnya, padahal itu sudah lama sekali. Ah, lain kali bapak akan mampir ke rumahmu. Oh ya, kalau kamu butuh apa-apa, jangan sungkan-sungkan menghubungi bapak. Bapak selalu ada di ruangan ini."

"Iya, Pak," ucap Rana memaksakan senyum lagi. Apa jadinya jika Pak Kusma tahu bahwa ia tak sepintar ayahnya. Bahkan bisa dibilang, ialah penderita penyakit bodoh stadium 4.

"Oh ya, Rena, Bapak kemarin bertemu ayahmu saat belanja di pasar. Bapak benar-benar bangga, di sekolah bapak yang sederhana ini ada anak seorang Walikota yang baik, rendah hati dan merakyat. Kemarin ayahmu memberikan beberapa bingkisan pada bapak, juga kepada pedagang-pedagang yang ada di sana. Katanya beliau senang anaknya disekolahkan di sekolah ini."

Rena tersenyum singkat kemudian mengalihkan pandangan jengah. Lihatlah kepala sekolahnya ini, tadi sedang sibuk berkoar-koar tentang kedisiplinan dan sekarang, beramah-tamah kepada empat orang siswi yang seharusnya dihukum karena ketidak disiplinan.

"Eh, Vira, bapak kemarin juga mampir di restoran kamu. Bapak baru tahu kalau pemiliknya itu ayah kamu. Kalau tahu begitu, Bapak akan sering-sering mampir ke sana. Makanannya enak, dan ayahmu ramah sekali pada pengunjung."

"Iya, Pak, sering-sering mampir, Pak di restoran saya. Papa saya pasti seneng banget kalau kepala sekolah saya mau berkunjung menyapa orang tua saya." Respon Vira tak kalah cerewetnya. Padahal dalam hati ia sudah terpingkal-pingkal habis-habisan. Pasti, kemarin Pak Kusma habis jalan-jalan keliling kota. Bisa-bisanya bertemu ayahnya dan ayah Rena dalam hari yang sama. Pasti juga, mood Pak Kusma sedang bagus saat ini. Kalau sudah begini, pasti ujung-ujungnya mereka tak akan  kena hukuman apapun. Secara logika, Pak Kusma pasti tak akan hendak menghukum cewek -cewek cantik seperti mereka, apalagi salah satunya adalah anak seorang Walikota. Yuhuuuuu!! Yess!

Bella menajamkan pendengarannya. Bicara apa sih, pak Kusma pada mereka? Bukannya segera dihukum lari lapangan, malah enak-enakkan diajak ngerumpi bersama.

Pak Kusma melirik jam tangan. Sudah hampir masuk jam pelajaran pertama. keempat muridnya ini harus segera ke kelas. Tak perlu dihukum pun, tak apa. Yang penting kelihatannya sudah diberi pelajaran.

Nada tertunduk. Senang sekali Pak Kusma membahas kehebatan orang tua ketiga temannya. Rasanya miris sekali, orang tuanya jelas tak sebanding dengan orang tua mereka yang notabennya orang kaya.

"Baiklah, sudah hampir masuk jam pertama. Kalian kembalilah ke kelas!"

Nada menghela nafas samar. Benar saja dugaannya, pak Kusma tak membahas orang tuanya atau dirinya sama sekali. Tak tahukah pak Kusma, seberapa keras ia berjuang untuk diakui? Bukan diacuhkan begini.

"Kita gak dihukum, Pak?" tanya Rena dingin dan tegas. Selama ini ia hanya pura -pura tak tahu, tentang semua orang yang menghosipkan bahwa ia selalu memanfaatkan kekuasaan ayahnya.

"Tidak apalah, Rena. Santai saja, bapak menyuruh kalian ke sini hanya untuk mengobrol kok, bukan untuk menghukum."

Bella masih setia menguping di depan pintu ruang kepala sekolah. Setelah sekian lama menguping akhirnya ia mendengar kata hukum menghukum. Namun, sepertinya Pak Kusma tak akan menghukum keempat musuh bebuyutannya itu. Tapi tak apalah, walaupun begitu ia masih bisa memojokkan mereka dengan cara ia sendiri.

Terpopuler

Comments

Miku

Miku

insecure eeee~
Novelnya keren kak! dialog tag nya kesusun rapi, penggambaran ceritanya keren.

Musti belajar banyak nih aku whehehe :3

2022-05-13

1

lihat semua
Episodes
1 Panggilan Grup "Bukan Janda Kembang"
2 Kelamaan Daring
3 Kenangan Manis Masa SMP
4 Ke Rumah kedua
5 Aksi Kang Ghosting
6 Malaikat Judes
7 Beliin Gue Pembalut
8 Angin Beriak Tanda Tak Dalam
9 Pantes Aja Rana Makin Cuek
10 Speek Bidadari
11 Makan Malam Bertopeng
12 Galak Beneran, Ternyata
13 Rana Harus Vaksin!
14 Tragedi Vaksinasi
15 Pengumuman
16 Akhirnya Sekolah Juga
17 Kepsek Nyebelin
18 Bertemu Lagi
19 Baru Kenalan
20 Artis Dadakan
21 Mama Muda Cerewet
22 Putus
23 Nyaris Gila
24 Alamatnya Kok, Beda?
25 Salah paham
26 Rindu yang Terlarang
27 Raja Gundulmu Kui!
28 Ke Rumah Arka
29 Introgasi Harian
30 Patah Hati Terbaik
31 Nganterin Rana, Lagi
32 Kak Zein?
33 Rencana Daniel
34 Kunjungan Anak SMK Sebelah
35 Masuk ke Jurang Cinta
36 Back to school
37 Ruang Beku
38 Rasa Juga Bisa Kadaluarsa
39 Tawuran
40 Khawatir
41 Sendiri Yang Menyesakkan
42 Start
43 Tekanan
44 Hukuman
45 Pahlawan
46 Ulangan Harian
47 Buldoser Kesasar
48 Permohonan
49 Gagal Move on Lagi
50 Tentang orang di masa lalu
51 Privasi?
52 Tobatnya Kang Ghosting
53 Degup Jantung
54 Kejutan Menyakitkan
55 Indahnya Dunia Perghostingan
56 Misi
57 Diobok-obok Airnya
58 Senin Semriwing
59 Ngatiyem si Paling Bucin
60 Tantangan
61 Emangnya Arka gay?
62 Berduaan Naik Onta
63 Barokah Calon Suami
64 Hanya Status Online
65 Diantara Dua Api
66 Emang Gue Siapa?
67 Pahatan Sempurna
68 Sepasang Sendal Jepit
69 Maaf, Rey
70 Terjebak
71 Debar Jantung.
72 Ungkapan Rasa
73 Diantara Guyuran Hujan
74 Hari Penuh Kejutan
75 Kericuhan
76 Bak Sepasang Pasutri
77 Papi?
78 Restu
79 Tragedi Kantin
80 Tirai Rasa
81 Rajutan Kisah
82 Hari baru
83 Ungkapan Kepemilikan
84 Nasib Sial Para Jomblo
85 Kebenaran Rasa
86 Posesif Boy
87 Panik
88 Untuk Kesekian Kali
89 Rana Takut ....
90 Harimau Kota
91 Meluapkan Ketakutan
92 Terlanjur Tak Suka
93 Hening yang Dingin
94 Mahluk Tuhan Paling Serakah
95 Bergelut Dengan Keegoisan
96 Permohonan
97 Demi Arka
98 Matahari Pagi
99 Sakit Perut di Tengah Pertandingan
100 Terjebak di Ruang Sempit
101 Teka-teki Rasa
102 Misi Satu Selesai...
103 Keraguan
104 Arka Sayang Rana, Gak?
105 Raut Wajah Tanpa Warna
106 Terpaku
107 Serba Sial
108 Cemburu Tanpa Suara
109 Gosip Baru di PRGSTB
110 Arkanya!
111 Jatuh Cinta Lagi dan Lagi
112 Hubungan Tanpa Status
113 Ketua OSIS Supel
114 Nomor Tanpa Nama
115 Terpojok
116 Persidangan Peretak
117 Prasangka
118 Ketus
119 Putus
120 Kecewa
121 Emang kita pacaran?
122 Isu Nyata
123 Tohokan Sempurna
124 Memilih Pergi
125 Terlampau Kesakitan
126 Lolongan Anjing Buldog
127 Sesak Yang Sama
128 Free Class
129 Amarah Nada
130 Surat Cinta Alea
131 Amukan
132 Kepercayaan
133 Tuntutan Penjelasan
134 Menuntut Kepastian
135 Satu Per Satu
136 Fakta Pahit
137 Sesak Bertubi-tubi
138 Hujan Tangis
139 Kamu Obatnya
140 Selebrasi Jantung
141 Ujian Semester
142 Ada Yang Lebih Licik
143 Balas Dendam Seorang Pria
144 Siapapun, Tolong Gue...
145 Vira Miliknya
146 Hanya Setitik Masalalu
147 Permintaan Berulang Kali
148 Cium boleh?
149 Kunjungan Pacar Baru
150 Makan Malam di Masa Ujian
151 Ujian Terakhir
152 Malam Yang Dinanti
153 Rahasia Bersama
154 Erlano Adinegara
155 Penantian Tak Berujung
156 Kalah Telak
157 Semuanya Pergi
158 Papa-paba...
159 Luka Terbaik
160 Remuk Redam
161 Pertanggungjawaban
162 Tuntutan THJ (Tunjangan Hari Jadian)
163 Patah Arang
164 Sama-sama Mengingkari
165 Rindu dan Keegoisan
166 Temu Lara
167 Cewek Dominan
168 Perkenalkan di Kelas 11 IPA 1
169 Masih Berupaya
170 Permainan Basket
171 Titik Terakhir Perjuangan
172 Pengumuman Juara Kelas
173 Terpaksa
174 Awal Mula
175 Liburan
176 Marah dan Kecewa
177 Cukup Berlalu
178 Rencana
179 Ambisi si Bodoh
180 Tak-tik Pergantian Kekuasaan
181 Dari Lantai Atas
182 Ujian Akhir
183 Tanda Tanya
184 Benar-benar Terlatih
185 Menjadi Serba Salah
186 Sebut Saja Profesor Baru
187 Masih Memelihara Rasa
188 Kenapa Masih Sakit?
189 Rindu dan Gemuruhnya
190 Rekaman CCTV
191 Happy Birthday, Sayang
192 Tiga Naga
193 Kisah Cinta Segitiga
194 Kebenaran Pahit
195 Kejutan Ulang Tahun
196 Pertahanan Terakhir
197 Bergegas!
198 Relung Kemelut
199 Proses Penyelidikan
200 Kericuhan Di Bandara
201 Ingga dan Kegilaannya
202 Sebuah Keluarga
203 Sidang Putusan
204 Kembali Dari Koma
205 Pikiran Yang Rapuh
206 Amnesia Disosiatif
207 Penolakan
208 Orang Lama
209 Apel yang Tak Beraturan
210 Detak Jantung yang Sama
211 Menetap atau Pergi
212 Semoga Sempet
213 Lukisan di Balik Tirai
214 Berharap Bukan Perpisahan
215 Melangkah Maju
216 Memulai Hidup Baru
217 Pengumuman
Episodes

Updated 217 Episodes

1
Panggilan Grup "Bukan Janda Kembang"
2
Kelamaan Daring
3
Kenangan Manis Masa SMP
4
Ke Rumah kedua
5
Aksi Kang Ghosting
6
Malaikat Judes
7
Beliin Gue Pembalut
8
Angin Beriak Tanda Tak Dalam
9
Pantes Aja Rana Makin Cuek
10
Speek Bidadari
11
Makan Malam Bertopeng
12
Galak Beneran, Ternyata
13
Rana Harus Vaksin!
14
Tragedi Vaksinasi
15
Pengumuman
16
Akhirnya Sekolah Juga
17
Kepsek Nyebelin
18
Bertemu Lagi
19
Baru Kenalan
20
Artis Dadakan
21
Mama Muda Cerewet
22
Putus
23
Nyaris Gila
24
Alamatnya Kok, Beda?
25
Salah paham
26
Rindu yang Terlarang
27
Raja Gundulmu Kui!
28
Ke Rumah Arka
29
Introgasi Harian
30
Patah Hati Terbaik
31
Nganterin Rana, Lagi
32
Kak Zein?
33
Rencana Daniel
34
Kunjungan Anak SMK Sebelah
35
Masuk ke Jurang Cinta
36
Back to school
37
Ruang Beku
38
Rasa Juga Bisa Kadaluarsa
39
Tawuran
40
Khawatir
41
Sendiri Yang Menyesakkan
42
Start
43
Tekanan
44
Hukuman
45
Pahlawan
46
Ulangan Harian
47
Buldoser Kesasar
48
Permohonan
49
Gagal Move on Lagi
50
Tentang orang di masa lalu
51
Privasi?
52
Tobatnya Kang Ghosting
53
Degup Jantung
54
Kejutan Menyakitkan
55
Indahnya Dunia Perghostingan
56
Misi
57
Diobok-obok Airnya
58
Senin Semriwing
59
Ngatiyem si Paling Bucin
60
Tantangan
61
Emangnya Arka gay?
62
Berduaan Naik Onta
63
Barokah Calon Suami
64
Hanya Status Online
65
Diantara Dua Api
66
Emang Gue Siapa?
67
Pahatan Sempurna
68
Sepasang Sendal Jepit
69
Maaf, Rey
70
Terjebak
71
Debar Jantung.
72
Ungkapan Rasa
73
Diantara Guyuran Hujan
74
Hari Penuh Kejutan
75
Kericuhan
76
Bak Sepasang Pasutri
77
Papi?
78
Restu
79
Tragedi Kantin
80
Tirai Rasa
81
Rajutan Kisah
82
Hari baru
83
Ungkapan Kepemilikan
84
Nasib Sial Para Jomblo
85
Kebenaran Rasa
86
Posesif Boy
87
Panik
88
Untuk Kesekian Kali
89
Rana Takut ....
90
Harimau Kota
91
Meluapkan Ketakutan
92
Terlanjur Tak Suka
93
Hening yang Dingin
94
Mahluk Tuhan Paling Serakah
95
Bergelut Dengan Keegoisan
96
Permohonan
97
Demi Arka
98
Matahari Pagi
99
Sakit Perut di Tengah Pertandingan
100
Terjebak di Ruang Sempit
101
Teka-teki Rasa
102
Misi Satu Selesai...
103
Keraguan
104
Arka Sayang Rana, Gak?
105
Raut Wajah Tanpa Warna
106
Terpaku
107
Serba Sial
108
Cemburu Tanpa Suara
109
Gosip Baru di PRGSTB
110
Arkanya!
111
Jatuh Cinta Lagi dan Lagi
112
Hubungan Tanpa Status
113
Ketua OSIS Supel
114
Nomor Tanpa Nama
115
Terpojok
116
Persidangan Peretak
117
Prasangka
118
Ketus
119
Putus
120
Kecewa
121
Emang kita pacaran?
122
Isu Nyata
123
Tohokan Sempurna
124
Memilih Pergi
125
Terlampau Kesakitan
126
Lolongan Anjing Buldog
127
Sesak Yang Sama
128
Free Class
129
Amarah Nada
130
Surat Cinta Alea
131
Amukan
132
Kepercayaan
133
Tuntutan Penjelasan
134
Menuntut Kepastian
135
Satu Per Satu
136
Fakta Pahit
137
Sesak Bertubi-tubi
138
Hujan Tangis
139
Kamu Obatnya
140
Selebrasi Jantung
141
Ujian Semester
142
Ada Yang Lebih Licik
143
Balas Dendam Seorang Pria
144
Siapapun, Tolong Gue...
145
Vira Miliknya
146
Hanya Setitik Masalalu
147
Permintaan Berulang Kali
148
Cium boleh?
149
Kunjungan Pacar Baru
150
Makan Malam di Masa Ujian
151
Ujian Terakhir
152
Malam Yang Dinanti
153
Rahasia Bersama
154
Erlano Adinegara
155
Penantian Tak Berujung
156
Kalah Telak
157
Semuanya Pergi
158
Papa-paba...
159
Luka Terbaik
160
Remuk Redam
161
Pertanggungjawaban
162
Tuntutan THJ (Tunjangan Hari Jadian)
163
Patah Arang
164
Sama-sama Mengingkari
165
Rindu dan Keegoisan
166
Temu Lara
167
Cewek Dominan
168
Perkenalkan di Kelas 11 IPA 1
169
Masih Berupaya
170
Permainan Basket
171
Titik Terakhir Perjuangan
172
Pengumuman Juara Kelas
173
Terpaksa
174
Awal Mula
175
Liburan
176
Marah dan Kecewa
177
Cukup Berlalu
178
Rencana
179
Ambisi si Bodoh
180
Tak-tik Pergantian Kekuasaan
181
Dari Lantai Atas
182
Ujian Akhir
183
Tanda Tanya
184
Benar-benar Terlatih
185
Menjadi Serba Salah
186
Sebut Saja Profesor Baru
187
Masih Memelihara Rasa
188
Kenapa Masih Sakit?
189
Rindu dan Gemuruhnya
190
Rekaman CCTV
191
Happy Birthday, Sayang
192
Tiga Naga
193
Kisah Cinta Segitiga
194
Kebenaran Pahit
195
Kejutan Ulang Tahun
196
Pertahanan Terakhir
197
Bergegas!
198
Relung Kemelut
199
Proses Penyelidikan
200
Kericuhan Di Bandara
201
Ingga dan Kegilaannya
202
Sebuah Keluarga
203
Sidang Putusan
204
Kembali Dari Koma
205
Pikiran Yang Rapuh
206
Amnesia Disosiatif
207
Penolakan
208
Orang Lama
209
Apel yang Tak Beraturan
210
Detak Jantung yang Sama
211
Menetap atau Pergi
212
Semoga Sempet
213
Lukisan di Balik Tirai
214
Berharap Bukan Perpisahan
215
Melangkah Maju
216
Memulai Hidup Baru
217
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!