"Dio sakit, terus Arka yang nemenin dia."
"Sejak kapan, lo kenal sama mereka?" Vira mulai mengintrogasi.
Rena langsung melirik tajam pada Vira. Jangan sampai temannya itu menanyakan perihal foto itu pada Rana. Bukan sekarang saatnya. Ia sudah berjanji pada Daniel. Cowok itu ingin menyelesaikan masalahnya hanya berdua dengan Rana. Hanya empat mata, agar tak ada kesalahpahaman diantara mereka.
Vira mengkeret, paham sekali dengan lirikan tajam Rena. Tapi ia hanya merenges samar.
"Hmm ... kalau Dio sih, udah agak lama. tapi kalau Arka ...." Rana agak berfikir. Masa iya, ia mengaku sudah kenal Arka sebelumnya. Tahu namanya saja, baru beberapa menit yang lalu. "Baruuu aja kenalan."
...💕...
Kantin Bu Ratih
SMA Tunas Bangsa
Gila! Rasanya udah kayak artis aja, dari tadi jadi pusat perhatian mulu. Gak cowok gak cewek, semuanya ngeliatin terus. Kayak gak sempet ngedipin mata, sumpah!
"Ra! kalau makan pelan-pelan, napa! Gak sadar lo, dari tadi diliatin terus?" Vira menyenggol tangan Rana. Rana yang jadi pusat perhatian, ia yang malu.
"Hehehe, maklum, Vir, gue kan tadi belum sarapan dari rumah. Mana abis bersih-bersih UKS lagi."
"Iya, Ra, pelan-pelan aja kali. Entar kalo keselek kan malu diliatin gini," Nada terkekeh.
"Huh! Udah disuruh kalem, ujung-ujungnya tetep aja kayak gini," Rena angkat bicara.
"Hehehe, maap, Rey, abisnya laper gue." Rana meringis, tak mempedulikan seluruh mata yang sejak tadi memperhatikannya. Yang ia pedulikan hanyalah, perutnya yang sejak tadi menjerit minta tolong diselamatkan dari dahsyatnya siksaan kelaparan.
"Assalamu'alaikum! Wahai bidadari surga," ucap Kibo tiba-tiba sudah berdiri di samping Rana, membuat cewek itu langsung menghentikan aktivitasnya.
"Waalaikumsalam," jawab teman-teman lirih.
Rana malah melongo.
"Perhatian-perhatian! Saya disini, hanya ingin berkenalan dengan cewek tercantik di SMA Tunas Bangsa," Kibo dengan PD-nya berpidato, sedang teman se-gank-nya yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala. Malu sendiri melihat teman mereka yang satu ini.
"Perkenalkan! Nama gue, Raden Mas Thomas Alfa Edisson. Panggil aja, Kibo. Kelas XII IPA A, hobby basket dan status jomblo. Masih menerima pendaftaran calon pacar," ucap Kibo menyodorkan tangan kerempengnya pada gadis yang masih membiarkan mulutnya terbuka itu.
"Hahaha,,," tiba-tiba Rana tertawa terpingkal-pingkal. Ternyata, disekolahnya ini banyak sekali orang yang lucu.
"Oke," Rana bergiri dari duduknya, niat sekali merespon kenalan barunya ini. "Kenalin, gue Rana, Rana Puspakarina. Kelas XI IPA A, hobi makan, statuss ... janda," ucap Rana sembari menyambut uluran tangan Kibo.
Kibo tertawa, sedang Rana meringis seperti biasanya.
Beberapa orang ikut terkekeh melihat respon cewek yang mereka perhatikan sejak tadi. Awalnya, mereka mengira cewek itu akan bersikap jual mahal dan enggan berkenalan dengan Kibo. Toh, Kibo bukanlah hitungan cowok ideal yang layak untuk diperhitungkan bagi cewek secantik Rana. Tapi ternyata, dugaan mereka salah besar.
"Janda beneran?" tanya Kibo. Tangannya yang tadi bersalaman dengan Rana kini sudah menggaruk-garuk kepala, yang sebenarnya tidak gatal.
Rena menatap tajam pada temannya yang pecicilan itu. Benar-benar tak bisa diam sedikit saja. Baru pertama kali masuk, bisa-bisanya sudah membuat heboh begini.
"Hehehe, ya enggak lah, Kibo." Rana terkekeh.
Dari tempat tongkrongan mereka, anggota gank Arka ikut mengamati. Tak terkecuali, cowok itu sendiri. Benar-benar cewek yang aneh. Dari jauh saja, suara tawanya hampir menusuk telinga, begitu batinnya.
"Ris, kesana yok! Ikut kenalan sama Rana. Mumpung gak ada pacarnya nih," ajak Bendon berdiri dari duduknya sembari menyugar rambutnya klimis.
Aris sigap berdiri. Mana mungkin ia bisa melewatkan kesempatan sebaik ini. Digenggamnya jimat keberuntungan di tangannya. Kalau jimat ini benar-benar manjur, bukan tak mungkin Rana langsung kepincut dengannya.
"Gue juga ikut!"
Adit, Yasha, Morgan, Juned, dan Soni juga ikut berdiri dari duduknya, tak mau ketinggalan kesempatan berharga.
Arsya dan Dio hanya tertawa, sedang Arka memalingkan wajah malas. Benar-benar seperti tak ada cewek lain saja. Sampai berebutan hanya untuk berkenalan dengan cewek seaneh dan semenyebalkan Rana.
"Oke, gue bantu." Arsya menawarkan diri, kemudian berdiri dan melangkah menuju tempat Rana Dkk. semua temannya langsung saja membuntuti. Terkecuali Dio dan Arka tentunya.
"Hai, Ra, Nad!" sapa Arsya. Tangannya merangkul pundak Kibo tanpa canggung.
Vira berdehem, "Jadi cuma Rana sama Nada nih, yang disapa. Gue sama Rey, gak dianggap?" Vira menyedekapkan tangannya.
"Eh, iya ya. Hai Vir, Hai Rey!" sapa Arsya lagi.
Rena hanya melirik sekilas, sedang Vira tersenyum puas. Benar-benar kode keras yang mutakhir. Lihatlah Nada sekarang, semakin tertunduk dan fokus dengan makanannya. Temannya yang satu itu agak berbeda, anti sekali menjadi pusat perhatian.
"Jadi gini, Ra, temen-temen gue mau kenalan nih, lo mau gak?" tanya Arsya pada Rana, tetapi ujung matanya tak lepas mengamati gerak-gerik Nada.
"Boleh." Rana antusias, senyumnya mengembang. Lingkungan baru, ternyata teman-teman barunya cukup bersikap welcome padanya. Padahal, tadi kesannya cukup buruk. Baru pertama masuk sudah lambat dan kena hukum.
Tak butuh waktu lama, tak perlu basa-basi juga, teman-teman Arsya segera berkenalan dengan Rana. Bahkan tak cuma mereka, semua cowok-cowok yang ada di kantin juga ikut berdiri dan berkenalan dengan gadis mungil itu. Rana welcome saja, ini hanya perkenalkan biasa. Ia cukup menyambut uluran tangan dan menyebutkan nama. Begitu saja, simple sebenarnya. Tapi, kok rasanya ... tatapan semua cewek jadi tambah sinis padanya ya.
"Udah ya, Bro-bro," ucap Rana sembari terkekeh. "Sekarang, giliran gue yang ngajak kenalan ciwi-ciwi disini," ucapnya lagi kemudian beralih, berkenalan dengan semua cewek-cewek yang ada dikantin. Dari ujung ke ujung, seperti sedang membawa sorban keliling saja.
Ada yang terlihat senang, tapi banyak juga yang agak mahal senyum padanya. Entahlah mengapa, ia juga tak paham. Padahal niatnya hanyalah ingin menambah teman. Berkenalan bukan hal yang salah bukan?
Tapi biarlah, yang penting ia tak berlaku sombong. Itulah hal yang selalu ditanamkan papinya sejak ia kecil. Walau sekarang ... jujur, ia agak capek. Ternyata kantin sekolah cukup luas juga, dan orangnya pun, tak bisa dibilang sedikit.
...💕...
Kamar Raja_20.00
Raja menatap ponselnya. Dua pesan sudah ia kirimkan pada dua orang yang berbeda. Yang satunya sudah ada balasan, sedang yang satunya sama sekali tak ada kabar.
Dredd, ada pesan masuk. Ternyata balasan dari Rena. Padahal ... ia sudah berharap chat itu dari cewek yang semendari tadi ia tunggu responnya. si cewek yang menggigit tangannya beberapa waktu lalu.
...💕...
Kamar Rena_20.00
Senyum Rena mengembang. Chat dari Raja. Ternyata, cowok itu cukup seru juga. Mudah akrab dan tudak membosankan. Baru kali ini ia berbalas chat dengan cowok sampai merasa senang begini. Hmm ... semoga saja cowok itu belum punya pacar. Baru kali ini ia kasmaran, masa iya cintanya harus kandas ditengah jalan.
Raja
Hari minggu besok,
ada acara apa?
^^^Anda^^^
^^^Gak ada^^^
^^^Sih,^^^
Raja
Gue lagi libur nih,
gak ke klinik
Mau refreshing
Joging yuk!
Gue jemput.
Tak mau terlihat terlalu senang, Rena membiarkan chat-chat itu masuk begitu saja. Hanya dibaca, tapi tak kunjung dibalas juga. Padahal sejujurnya, kini hatinya sudah berbunga-bunga bukan kepalang. Ahh, kapan Raja mulai sekolah? Biar ia bisa bertemu cowok itu setiap hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments