Makan Malam Bertopeng

"Ra, Papi anter pulang, yuk! Entar dicariin Mami lho," ajak Darren mengelus-elus kepala Rana yang ditidurkan di pangkuannya.

"Emm ... Rana males, Pi," respon Rana cemberut. Matanya masih fokus mengamati layar televisi di hadapannya.

"Jangan gitu dong, entar kalau papa kamu marah-marah, bisa geger satu Indonesia," kelakar Papi Rana, membayangkan suami mantan istrinya itu ngamuk dengan wajah merah padam bak tomat busuk.

"Hahaha,,, Papi bisa aja. Yaudah deh, Rana nurut, tapi maunya dianterin Papi," kekeh Rena bangkit dari posisi tidurnya yang jujur, terasa nyaman sekali. Yaa ... daripada Om Cipto semakin mencecarnya dengan berbagai macam nasehat unfaedah lagi, lebih baik ia pulang saja secepatnya.

...💕...

"Eh, Pak Budi? Gimana kabarnya, Pak?" sapa Darren tersenyum ramah pada penjaga rumah Rana. Maklum saja, ia tentu tak asing dengan pria berusia separuh abad itu. Toh, ia juga masih sering mengantarkan Rana pulang jika anak gadis itu habis menginap atau sekadar berkunjung ke rumahnya.

"Eh, pak Darren, saya baik, Pak. Nganterin Non Rana, Pak?" tanya Pak Budi segera membukakan pintu gerbang.

"Iya Pak. Kok rumahnya keliatan sepi, Pak? " Tanya Darren lagi. Sedang Rana hanya ngintip dari jendela keadaan rumahnya, yang memang sedang tak ada mobil di dalam garasinya.

"Oh, Bu Puspa sama Pak Cipto sedang pergi, Pak. Katanya, mau menghadiri acara makan-makan keluarga besar pak Walikota," terang pak Budi.

Darren hanya manggut-manggut, seolah tak merasakan kesakitan apa-apa. Padahal, hatinya bagai disayat sebilah pedang nan tajam. Entahlah ... sampai saat ini pun, ia belum bisa melupakan Puspa. Padahal sudah lebih dari sepuluh tahun lalu ia bercerai dengan perempuan bersuara merdu itu.

Mendengar kabar itu, Rana tak ragu langsung keluar dari dalam mobil Papinya. Setidaknya, kalau begini ia bisa sedikit terhindar dari rangkaian kultum harian ayahnya yang menyebalkan.

"ya udah, Pi, Rana masuk dulu, ya, " ucap Rana setelah berdiri disamping Pak Budi

Pak Budi melongo. Matanya melebar, memandangi majikannya itu dari atas hingga bawah. Benar-benar seperti orang-orangan sawah.

"Non Rana ... pakai baju Pak Darren? "

"Hehehe, iya, Pak. Habisnya Rana gak bawa baju pas kesana. Tapi bagus kan, Pak?" kekeh Rana kemudian berputar-putar pecicilan. Semakin memperlihatkan bahwa bajunya sangat kedodoran.

"Ba-bagus sih," respon Pak Budi sembari menggaruk-garuk kepalanya yang sedang tak gatal.

"Hhh, masuk sana, Ra! Memangnya kamu gak ada jadwal daring, malem ini? " Darren mengingatkan. Kalau tidak diingatkan, bisa-bisa bocah itu malah sibuk menonton drama Korea.

...💕...

Rumah sedang sepi, ayah dan ibunya sedang menghadiri acara makan malam, sedang kakaknya di rumah ayah tirinya. Tadinya, ia senang sekali bisa mengerjakan PR dengan tenang tanpa gangguan suara kakaknya yang sering berjingkat-jingkat atau berteriak histeris karena kebaperan setelah nonton drakor. Tapi lihat sekarang, tidak ada orangnya, bahkan handphone-nya saja sudah cukup membuat kesal.

Dhira memijit pelipisnya geram. Sedang mengerjakan soal-soal matematika dengan serius tapi suara nyanyian lagu "Gundul-gundul Pacul" terus saja terngiang-ngiang memekakkan telinganya. Membuat ia tak fokus saja. Pasti itu suara nada dering dari handphone kakaknya.

Akhirnya, Dhira menggebrak mejanya geram. Kalau begini terus otaknya bisa jadi buntu, seperti otak kakaknya. Benar-benar menyebalkan. Ia kemudian berdiri dari duduknya dan segera melenggang menuju kamar super berantakan milik kakaknya.

Ditatapnya ponsel itu tajam. Kalau boleh, ia ingin membanting benda itu sekarang. Tercetak nama "Niel" di layar ponsel itu. Dasar tukang bucin! Gerutunya geram kemudian menolak panggilan dari cowok itu.

"Pantes aja, " ucapnya lagi, tersenyum licik. Kemudian jemarinya dengan lincah memblokir nomor itu tanpa pikir panjang.

Siapa suruh gak mau belajar.

"Dhira?" Tak disangka-sangka, ternyata Rana sudah berdiri di ambang pintu kamarnya. Ia menatap adiknya dengan tanda tanya besar. Sedang apa bocah dewasa itu di sini?

Dhira tak terkejut apalagi salah tingkah. Ia terlanjur pandai mengatur emosi terlebih lagi ekspresi. Jadi, ia hanya memandangi kakaknya dari atas hingga bawah.

Kakaknya terlihat sangat aneh. tapi biarlah, ia sedang tak ingin waktunya terbuang sia-sia. Apalagi jika hanya untuk memedulikan pakaian kakaknya yang super kebesaran itu.

Jemarinya segera menekan tombol kembali pada ponsel kakaknya, menghapus riwayat, dan meletakkannya lagi.

"Dhira, ngapa .... "

"Matiin alarm." Dhira enggan menunggu pertanyaan kakaknya selesai dilontarkan.

"Ooo .... " Bibir Rana membulat. Percaya saja dengan perkataan adiknya.

"Mama sama Papa lagi ada makan malam sama keluarganya Kak Rena," terang Dhira sambil melangkah hendak keluar dari kamar kakaknya.

"Udah tau," sahut Rana kemudian menjulurkan lidahnya. Gemar sekali mengganggu adiknya yang minim ekspresi ini.

"O," singkat Dhira, acuh tak acuh memasuki kamarnya.

"Cuma, O? Dasar nenek-nenek!" ledek Rana lirih, heran sekali adiknya bisa sekaku ini. Seperti orang dewasa. Padahal seingatnya, ia dulu tak begitu. Paling-paling hanya cemberut kalau sudah diceramahi Papa. Itu saja.

"Oh ya, jangan berisik! Aku lagi belajar." Dhira tiba-tiba menongolkan kepalanya lagi. Membuat Rana kaget saja, tapi kemudian masuk lagi tanpa menunggu respon dari kakaknya.

"Huh!" dengus Rana, kemudian memasuki kamarnya, berganti baju dan merebahkan tubuhnya di ranjang.

Matanya menatap langit-langit kamarnya, sedang pikirannya melayang entah kemana. Sejujurnya ia juga bosan jika harus di rumah terus, sementara teman-temannya sedang bersenang-senang di sekolah. Ia rindu masa-masa itu, dimana kesedihannya bisa terlupakan dengan mudah. Walau hanya sementara.

...💕...

Daniel membanting Hp-nya ke kasur. Sudah seharian ini ia sibuk menenangkan pikirannya yang semakin kalut tak keruan. Hari ini ia tidak keluar rumah sama sekali. Padahal biasanya, ia paling tak betah berdiam diri di dalam rumah.

Seharian sudah, ia mencoba menghubungi Rana untuk menanyakan perihal foto itu. Tapi lihat sekarang, tiba-tiba pacarnya itu memblokir nomornya. Benar-benar membuatnya semakin geram. Secuek-cueknya Rana, semalas-malasnya cewek itu membalas pesannya, bahkan juga sering menolak panggilannya, ia sama sekali tak pernah memblokir kontak cowoknya sendiri.

Pasti, pasti ini ada apa-apanya. Tak mungkin tak ada alasan untuk hal sejanggal ini.

Daniel segera bangkit dari posisi duduknya. Disambarnya kunci motor dari atas meja disebelah ranjangnya. Ia harus menemui Rana sekarang juga.

"Hahaha,,, jadi ya, begitulah, Rena ini sudah mulai sekolah tatap muka dari sebulan lalu. Dan dari yang saya lihat, semuanya berjalan lancar," celoteh Pak Wijaya, ayah Rena sembari menepuk-nepuk pelan pundak anak tunggalnya.

Rena hanya tersenyum singkat, kemudian memasang wajah datar lagi. Seperti biasa, ayahnya pasti sedang pencitraan mengenai kedekatannya dengan keluarganya. Maklum saja, makan malam kali ini tak cuma dihadiri keluarga besarnya tapi juga dihadiri teman-teman lama ayahnya yang terhitung orang-orang terpandang di negeri ini. Termasuk Om Cipto, ayah Rana. Ahh, basi!

Tak hanya sampai disitu, bahkan ayahnya sejak tadi terus menggenggam atau mengelus-elus punggung tangan ibunya. Mengumbar kemesraan seolah tak terjadi apa-apa diantara mereka.

"Oh ya, Cip, mana Rana dan Dhira? Kenapa tidak hadir di acara malam ini?" tanya pak Wijaya.

"Dhira sedang belajar tadi, dan dia tak ingin waktu belajarnya tersita. Kalau Rana, ya ... kau tau sendirilah, dia sedang bersama teman-temannya. Biasa, anak muda, " dusta Cipto sebab sangat tak mengenakkan jika mengatakan anak itu sedang berada dirumah mantan ayah tirinya. Apa kata semua orang? Bisa-bisa, ia dicap sebagai ayah yang kurang memperhatikan anaknya. Padahal ia sudah sering menasihati, sangat malahan. Awas saja jika sepulang dari acara ini anak itu masih belum berada dirumah. Ia sudah siap mendatangi Darren si kurang ajar itu.

Rena menggerutu dalam hati. Dimana sih, Rana? Kenapa bocah itu gak dateng? Masa iya, dia jalan-jalan sama yang lain. Huh! Ini curang namanya.

"Emm, permisi, Pa, Rena mau ke toilet dulu, " ujarnya kemudian melenggang menuju ke luar ruang pertemuan. Bodoh amat jika ada orang yang memperhatikannya dan mengetahui kebohongannya soal izin ke toilet itu.

"Ra?" panggilnya setelah sukses menelfon Rana.

"Ya, sayang!" sahut Rana girang. Pas sekali karena ia sedang gabut dan akunnya juga sepi.

"Gue lagi di acara makan malem nih, kok lo gak deteng sih? Bokap Lo bilang, lo lagi jalan-jalan bareng temen. Bener, tuh? "

"Ha? Jalan-jalan? Bareng temen? Enggaklah, orang gue baru aja pulang dari rumah Papi, kok."

"Oo ... gue kira kalian jalan-jalan gak ngajak gue. Udah dulu ya, Ra, gue izinnya ke toilet ini tadi," kata Rena tanpa bertele-tele segera menutup telfonnya. Sebenarnya, bukan karena ingin secepatnya kembali, tapi ia hanya ingin sendiri. Jika saja tidak segera dimatikan, Rana pasti akan langsung berceloteh tentang adegan-adegan pada drama korea yang sedang ditontonnya saat ini.

Dan disinilah ia sekarang, duduk merenung sendiri di teras ruang pertemuan.

Mungkin, jika dilukis ia akan menjadi pemandangan yang indah. Gaun merah yang berkesan mewah, dan rambut bergelombang indah yang ditata dengan sedemikian apik. Dandanannya pun, tentu tak kalah cantik.

"Hai, Rena!" sapa seorang cowok tiba-tiba sudah duduk di samping Rena. Membuatnya agak terkejut karena ia tidak mengenal siapa laki-laki itu.

Episodes
1 Panggilan Grup "Bukan Janda Kembang"
2 Kelamaan Daring
3 Kenangan Manis Masa SMP
4 Ke Rumah kedua
5 Aksi Kang Ghosting
6 Malaikat Judes
7 Beliin Gue Pembalut
8 Angin Beriak Tanda Tak Dalam
9 Pantes Aja Rana Makin Cuek
10 Speek Bidadari
11 Makan Malam Bertopeng
12 Galak Beneran, Ternyata
13 Rana Harus Vaksin!
14 Tragedi Vaksinasi
15 Pengumuman
16 Akhirnya Sekolah Juga
17 Kepsek Nyebelin
18 Bertemu Lagi
19 Baru Kenalan
20 Artis Dadakan
21 Mama Muda Cerewet
22 Putus
23 Nyaris Gila
24 Alamatnya Kok, Beda?
25 Salah paham
26 Rindu yang Terlarang
27 Raja Gundulmu Kui!
28 Ke Rumah Arka
29 Introgasi Harian
30 Patah Hati Terbaik
31 Nganterin Rana, Lagi
32 Kak Zein?
33 Rencana Daniel
34 Kunjungan Anak SMK Sebelah
35 Masuk ke Jurang Cinta
36 Back to school
37 Ruang Beku
38 Rasa Juga Bisa Kadaluarsa
39 Tawuran
40 Khawatir
41 Sendiri Yang Menyesakkan
42 Start
43 Tekanan
44 Hukuman
45 Pahlawan
46 Ulangan Harian
47 Buldoser Kesasar
48 Permohonan
49 Gagal Move on Lagi
50 Tentang orang di masa lalu
51 Privasi?
52 Tobatnya Kang Ghosting
53 Degup Jantung
54 Kejutan Menyakitkan
55 Indahnya Dunia Perghostingan
56 Misi
57 Diobok-obok Airnya
58 Senin Semriwing
59 Ngatiyem si Paling Bucin
60 Tantangan
61 Emangnya Arka gay?
62 Berduaan Naik Onta
63 Barokah Calon Suami
64 Hanya Status Online
65 Diantara Dua Api
66 Emang Gue Siapa?
67 Pahatan Sempurna
68 Sepasang Sendal Jepit
69 Maaf, Rey
70 Terjebak
71 Debar Jantung.
72 Ungkapan Rasa
73 Diantara Guyuran Hujan
74 Hari Penuh Kejutan
75 Kericuhan
76 Bak Sepasang Pasutri
77 Papi?
78 Restu
79 Tragedi Kantin
80 Tirai Rasa
81 Rajutan Kisah
82 Hari baru
83 Ungkapan Kepemilikan
84 Nasib Sial Para Jomblo
85 Kebenaran Rasa
86 Posesif Boy
87 Panik
88 Untuk Kesekian Kali
89 Rana Takut ....
90 Harimau Kota
91 Meluapkan Ketakutan
92 Terlanjur Tak Suka
93 Hening yang Dingin
94 Mahluk Tuhan Paling Serakah
95 Bergelut Dengan Keegoisan
96 Permohonan
97 Demi Arka
98 Matahari Pagi
99 Sakit Perut di Tengah Pertandingan
100 Terjebak di Ruang Sempit
101 Teka-teki Rasa
102 Misi Satu Selesai...
103 Keraguan
104 Arka Sayang Rana, Gak?
105 Raut Wajah Tanpa Warna
106 Terpaku
107 Serba Sial
108 Cemburu Tanpa Suara
109 Gosip Baru di PRGSTB
110 Arkanya!
111 Jatuh Cinta Lagi dan Lagi
112 Hubungan Tanpa Status
113 Ketua OSIS Supel
114 Nomor Tanpa Nama
115 Terpojok
116 Persidangan Peretak
117 Prasangka
118 Ketus
119 Putus
120 Kecewa
121 Emang kita pacaran?
122 Isu Nyata
123 Tohokan Sempurna
124 Memilih Pergi
125 Terlampau Kesakitan
126 Lolongan Anjing Buldog
127 Sesak Yang Sama
128 Free Class
129 Amarah Nada
130 Surat Cinta Alea
131 Amukan
132 Kepercayaan
133 Tuntutan Penjelasan
134 Menuntut Kepastian
135 Satu Per Satu
136 Fakta Pahit
137 Sesak Bertubi-tubi
138 Hujan Tangis
139 Kamu Obatnya
140 Selebrasi Jantung
141 Ujian Semester
142 Ada Yang Lebih Licik
143 Balas Dendam Seorang Pria
144 Siapapun, Tolong Gue...
145 Vira Miliknya
146 Hanya Setitik Masalalu
147 Permintaan Berulang Kali
148 Cium boleh?
149 Kunjungan Pacar Baru
150 Makan Malam di Masa Ujian
151 Ujian Terakhir
152 Malam Yang Dinanti
153 Rahasia Bersama
154 Erlano Adinegara
155 Penantian Tak Berujung
156 Kalah Telak
157 Semuanya Pergi
158 Papa-paba...
159 Luka Terbaik
160 Remuk Redam
161 Pertanggungjawaban
162 Tuntutan THJ (Tunjangan Hari Jadian)
163 Patah Arang
164 Sama-sama Mengingkari
165 Rindu dan Keegoisan
166 Temu Lara
167 Cewek Dominan
168 Perkenalkan di Kelas 11 IPA 1
169 Masih Berupaya
170 Permainan Basket
171 Titik Terakhir Perjuangan
172 Pengumuman Juara Kelas
173 Terpaksa
174 Awal Mula
175 Liburan
176 Marah dan Kecewa
177 Cukup Berlalu
178 Rencana
179 Ambisi si Bodoh
180 Tak-tik Pergantian Kekuasaan
181 Dari Lantai Atas
182 Ujian Akhir
183 Tanda Tanya
184 Benar-benar Terlatih
185 Menjadi Serba Salah
186 Sebut Saja Profesor Baru
187 Masih Memelihara Rasa
188 Kenapa Masih Sakit?
189 Rindu dan Gemuruhnya
190 Rekaman CCTV
191 Happy Birthday, Sayang
192 Tiga Naga
193 Kisah Cinta Segitiga
194 Kebenaran Pahit
195 Kejutan Ulang Tahun
196 Pertahanan Terakhir
197 Bergegas!
198 Relung Kemelut
199 Proses Penyelidikan
200 Kericuhan Di Bandara
201 Ingga dan Kegilaannya
202 Sebuah Keluarga
203 Sidang Putusan
204 Kembali Dari Koma
205 Pikiran Yang Rapuh
206 Amnesia Disosiatif
207 Penolakan
208 Orang Lama
209 Apel yang Tak Beraturan
210 Detak Jantung yang Sama
211 Menetap atau Pergi
212 Semoga Sempet
213 Lukisan di Balik Tirai
214 Berharap Bukan Perpisahan
215 Melangkah Maju
216 Memulai Hidup Baru
217 Pengumuman
Episodes

Updated 217 Episodes

1
Panggilan Grup "Bukan Janda Kembang"
2
Kelamaan Daring
3
Kenangan Manis Masa SMP
4
Ke Rumah kedua
5
Aksi Kang Ghosting
6
Malaikat Judes
7
Beliin Gue Pembalut
8
Angin Beriak Tanda Tak Dalam
9
Pantes Aja Rana Makin Cuek
10
Speek Bidadari
11
Makan Malam Bertopeng
12
Galak Beneran, Ternyata
13
Rana Harus Vaksin!
14
Tragedi Vaksinasi
15
Pengumuman
16
Akhirnya Sekolah Juga
17
Kepsek Nyebelin
18
Bertemu Lagi
19
Baru Kenalan
20
Artis Dadakan
21
Mama Muda Cerewet
22
Putus
23
Nyaris Gila
24
Alamatnya Kok, Beda?
25
Salah paham
26
Rindu yang Terlarang
27
Raja Gundulmu Kui!
28
Ke Rumah Arka
29
Introgasi Harian
30
Patah Hati Terbaik
31
Nganterin Rana, Lagi
32
Kak Zein?
33
Rencana Daniel
34
Kunjungan Anak SMK Sebelah
35
Masuk ke Jurang Cinta
36
Back to school
37
Ruang Beku
38
Rasa Juga Bisa Kadaluarsa
39
Tawuran
40
Khawatir
41
Sendiri Yang Menyesakkan
42
Start
43
Tekanan
44
Hukuman
45
Pahlawan
46
Ulangan Harian
47
Buldoser Kesasar
48
Permohonan
49
Gagal Move on Lagi
50
Tentang orang di masa lalu
51
Privasi?
52
Tobatnya Kang Ghosting
53
Degup Jantung
54
Kejutan Menyakitkan
55
Indahnya Dunia Perghostingan
56
Misi
57
Diobok-obok Airnya
58
Senin Semriwing
59
Ngatiyem si Paling Bucin
60
Tantangan
61
Emangnya Arka gay?
62
Berduaan Naik Onta
63
Barokah Calon Suami
64
Hanya Status Online
65
Diantara Dua Api
66
Emang Gue Siapa?
67
Pahatan Sempurna
68
Sepasang Sendal Jepit
69
Maaf, Rey
70
Terjebak
71
Debar Jantung.
72
Ungkapan Rasa
73
Diantara Guyuran Hujan
74
Hari Penuh Kejutan
75
Kericuhan
76
Bak Sepasang Pasutri
77
Papi?
78
Restu
79
Tragedi Kantin
80
Tirai Rasa
81
Rajutan Kisah
82
Hari baru
83
Ungkapan Kepemilikan
84
Nasib Sial Para Jomblo
85
Kebenaran Rasa
86
Posesif Boy
87
Panik
88
Untuk Kesekian Kali
89
Rana Takut ....
90
Harimau Kota
91
Meluapkan Ketakutan
92
Terlanjur Tak Suka
93
Hening yang Dingin
94
Mahluk Tuhan Paling Serakah
95
Bergelut Dengan Keegoisan
96
Permohonan
97
Demi Arka
98
Matahari Pagi
99
Sakit Perut di Tengah Pertandingan
100
Terjebak di Ruang Sempit
101
Teka-teki Rasa
102
Misi Satu Selesai...
103
Keraguan
104
Arka Sayang Rana, Gak?
105
Raut Wajah Tanpa Warna
106
Terpaku
107
Serba Sial
108
Cemburu Tanpa Suara
109
Gosip Baru di PRGSTB
110
Arkanya!
111
Jatuh Cinta Lagi dan Lagi
112
Hubungan Tanpa Status
113
Ketua OSIS Supel
114
Nomor Tanpa Nama
115
Terpojok
116
Persidangan Peretak
117
Prasangka
118
Ketus
119
Putus
120
Kecewa
121
Emang kita pacaran?
122
Isu Nyata
123
Tohokan Sempurna
124
Memilih Pergi
125
Terlampau Kesakitan
126
Lolongan Anjing Buldog
127
Sesak Yang Sama
128
Free Class
129
Amarah Nada
130
Surat Cinta Alea
131
Amukan
132
Kepercayaan
133
Tuntutan Penjelasan
134
Menuntut Kepastian
135
Satu Per Satu
136
Fakta Pahit
137
Sesak Bertubi-tubi
138
Hujan Tangis
139
Kamu Obatnya
140
Selebrasi Jantung
141
Ujian Semester
142
Ada Yang Lebih Licik
143
Balas Dendam Seorang Pria
144
Siapapun, Tolong Gue...
145
Vira Miliknya
146
Hanya Setitik Masalalu
147
Permintaan Berulang Kali
148
Cium boleh?
149
Kunjungan Pacar Baru
150
Makan Malam di Masa Ujian
151
Ujian Terakhir
152
Malam Yang Dinanti
153
Rahasia Bersama
154
Erlano Adinegara
155
Penantian Tak Berujung
156
Kalah Telak
157
Semuanya Pergi
158
Papa-paba...
159
Luka Terbaik
160
Remuk Redam
161
Pertanggungjawaban
162
Tuntutan THJ (Tunjangan Hari Jadian)
163
Patah Arang
164
Sama-sama Mengingkari
165
Rindu dan Keegoisan
166
Temu Lara
167
Cewek Dominan
168
Perkenalkan di Kelas 11 IPA 1
169
Masih Berupaya
170
Permainan Basket
171
Titik Terakhir Perjuangan
172
Pengumuman Juara Kelas
173
Terpaksa
174
Awal Mula
175
Liburan
176
Marah dan Kecewa
177
Cukup Berlalu
178
Rencana
179
Ambisi si Bodoh
180
Tak-tik Pergantian Kekuasaan
181
Dari Lantai Atas
182
Ujian Akhir
183
Tanda Tanya
184
Benar-benar Terlatih
185
Menjadi Serba Salah
186
Sebut Saja Profesor Baru
187
Masih Memelihara Rasa
188
Kenapa Masih Sakit?
189
Rindu dan Gemuruhnya
190
Rekaman CCTV
191
Happy Birthday, Sayang
192
Tiga Naga
193
Kisah Cinta Segitiga
194
Kebenaran Pahit
195
Kejutan Ulang Tahun
196
Pertahanan Terakhir
197
Bergegas!
198
Relung Kemelut
199
Proses Penyelidikan
200
Kericuhan Di Bandara
201
Ingga dan Kegilaannya
202
Sebuah Keluarga
203
Sidang Putusan
204
Kembali Dari Koma
205
Pikiran Yang Rapuh
206
Amnesia Disosiatif
207
Penolakan
208
Orang Lama
209
Apel yang Tak Beraturan
210
Detak Jantung yang Sama
211
Menetap atau Pergi
212
Semoga Sempet
213
Lukisan di Balik Tirai
214
Berharap Bukan Perpisahan
215
Melangkah Maju
216
Memulai Hidup Baru
217
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!