Raja mengibas-ngibaskan tangannya kesakitan. Semoga saja, tidak ada inveksi atau penyebaran virus semacamnya (Apalagi sampai rabies! Amit-amit, deh).
"Lo gak sakit, tapi liat nih, tangan gue," Raja menyodorkan tangannya yang memerah sampai sedikit berdarah akibat gigitan ganas Rana.
Mata Rana membulat, begitu pula bibir mungilnya. Ternyata ia telah membuat kesalahan yang fatal. Oowh noo....
"Eh, sorry, sorry, Ja, gue gak sengaja," Rana berdiri dari duduknya, segera menyentuh tangan Raja dan langsung meniup-niupnya perlahan. Ia tentu merasa bersalah sekali. Baru saja kenal, sudah membawa sial begini.
Diam-diam, Raja memandang wajah Rana lekat. Jantungnya benar-benar tak bisa diajak kompromi. Berdetak cepat sekali tak tahu diri. Baru saja kenal, sudah berani mengagumi.
"Kotak P3K," ucap Dhira menyadarkan Raja. Ditangannya, sudah tertenteng sebuah kotak bertuliskan "P3K".
...💕...
Daniel melesatkan motornya secepat mungkin, seolah sedang melampiaskan emosi. Habis dari rumah Rana, tapi hasilnya lagi-lagi tak ada. Kata Tante Puspa Rana sedang vaksin. Sebuah fakta yang membuat ia semakin meradang saja.
Rana masih saja sama seperti biasanya. Jarang sekali menganggapnya ada. Kenapa tak minta tolong saja padanya untuk mengantarkan? Tak usah peduli ia sedang sekolah, 24 jam pun, ia akan siap sedia. Tapi lihatlah kebiasaan Rana, kalau bukan diantar temannya, Rena, berarti pak Budi yang mengantarnya. Seperti tak punya pacar saja.
"Gimana?" tanya Regy setelah Daniel sampai di tongkrongan.
Daniel hanya menggeleng lemas kemudian melengos. Tangannya meraih telepon genggamnya, masih beharap Rana segera membatalkan pemblokirannya.
"Udah lah, Nil, gak capek lo, ngadepin cueknya Rana mulu?" ucap Regy memandang Daniel keheranan, "Gue tau, Rana itu cantik dan lo sayang banget sama dia, tapi lo itu harus melek Nil, lo itu disia-siain sama dia. Ayolah ... cewek cantik bukan cuma dia, masih banyak cewek yang mau jadi pacar lo."
Daniel hanya diam tak menanggapi. Betapa menyebalkannya Regy, bisa-bisanya mendiklat dirinya mencitai Rana hanya karena kecantikannya.
"Nih, gue kasih kenalan cewek." Regy melemparkan ponselnya begitu saja. Untung saja Daniel segera menangkapnya tepat waktu.
"Itung-itung buat pelampiasan." Regy meringis tanpa dosa.
Daniel yang geram, acuh tak acuh melemparkan ponsel itu balik.
"Ngawur lo!"
...💕...
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Rana akan masuk sekolah untuk pertama kalinya dalam sejarah, di SMA Tunas Bangsa. Ya, dia belum pernah menginjakkan kaki di sana. Namun, lihatlah dirinya sekarang, masih pulas di alam bawah sadarnya.
Rena menyedekapkan kedua tangan sebal. Benar-benar ceroboh, bisa-bisanya masih tidur di jam segini.
"Ranaa!! Bangun, Ra!" teriak Vira tepat di telinga cewek itu.
"Bangun, Ra, bangun!" Nada menggoyang-goyangkan tangan Rana pelan.
"Udah Dhira bangunin dari tadi, tapi ya gitu," ucap Dhira memutar mata jengah, kemudian melengos pergi. Biarlah kakaknya itu diurus teman-temannya sendiri.
"Tadi Tante juga udah bangunin," ucap Puspa sembari mengguncangkan tangan Rana lagi, sedang yang dibangunkan malah menguap tanpa dosa.
"Bangun!" Rena segera menarik bocah itu sampai terduduk lunglai. Kalau tidak begini, pasti Rana akan langsung tidur lagi.
"Gue ... dimana ini?" tanya Rana terlihat bloon sekali, seperti orang habis pingsan saja.
"Di neraka," jawab Rena malas kemudian mengetuk jidat Rana pelan.
"Hmm ... gak nyangka ya, di neraka banyak bidadarinya," Rana mrenges, membuat semua orang semakin menatapnya jengah. Sudah hampir terlambat, sempat-sempatnya membuat candaan lagi.
"Vir, lo siapin seragamnya, gue yang ngurus dia biar mandi," Rena membagi tugas. Kalau tidak didampingi, bisa-bisa Rana tidur lagi. Sudah lama berteman, temannya itu sering ketiduran di dalam kamar mandi. Entahlah bagaimana caranya.
Walau agak kerepotan, akhirnya Rana selesai mandi dengan durasi lebih cepat dari biasanya.
Vira segera menjalankan tugasnya. Kalau tak didandani begini, pasti Rana akan membiarkan wajahnya polos-polos saja tanpa make up. Untung saja sudah aslinya memang cantik.
"Loh, Ra, jaket siapa ini?" tanya Nada mengernyit menatap sebuah jaket jins yang tergantung di dinding ruang penuh coretan itu.
"Gak tau, hehehe," jawab Rana merenges lagi. Entah bagaimana ia bisa mengembalikan jaket itu nanti, tahu namanya saja tidak.
Rena dan Vira saling berpandangan. Tak salah lagi, itu pasti milik Arka, dan gadis di foto itu memang benar adalah Rana.
Saat di jalan, Rana tak henti-hentinya berteriak ria. Berdiri di samping Rena yang sedang mengemudi.
"Yuhuuu!! Welcome to SMA Tunas Bangsa!" teriak Rana saat hendak memasuki gerbang gagah sekolah favorit itu.
Vira hanya tertawa-tawa melihat sahabatnya itu, sebab ia tak mau ikut menggila. Rana diam saja sudah sangat menarik perhatian, apalagi jika heboh begini. Terjadi perbedaan tipis antara waras dan gila, Hahaha
"Ra! Turun gak lo!" titah Rena tajam, risih melihat Rana yang pecicilannya keterlaluan.
"Hehehe," kekeh Rana kemudian menurut dengan perkataan temannya. Jangan pernah main-main, kalau tatapan Rena sudah tajam begini.
Sejurus kemudian ia mrenges menoleh pada Vira yang duduk di kursi penumpang tepat dibelakang Rena.
Vira menjulurkan lidah, mengapokkan.
Mobil berhenti. Parkiran sudah sepi. Semua siswa sedang berbaris untuk apel pagi. Sial! Gara-gara Rana kesiangan, semua jadi ikut kena sial.
Rana segera keluar dari mobil. Berjingkat-jingkat ria dan berputar-putar mengira ia seorang pebalet. Senang sekali, setelah sekian lama akhirnya ia menginjakkan kaki di sekolah ini. Lingkungan baru, teman baru, guru baru, pasti semuanya seru!
"Ra, diem, Ra!" titah Rena setelah turun dari mobil. Dugaannya benar, setelah Rana berhenti daring, pasti ia akan repot mengurusi bocah pecicilan itu.
"Kalo lo gak diem, gue gak bakalan segan nganterin lo balik lagi!"
Rana langsung mengkeret. Rena benar-benar terlihat seperti ibu tiri yang galak kalau begini. Untung, ia punya senjata andalan. Segera saja ia memeluk lengan Rena seolah cewek itu benar-benar ibunya.
"Jangan gitu dong, Rey ... " ucap Rana memelas. Mengedip-ngedipksn kedua matanya merayu.
"Untuk hari ini aja, lo harus kalem! Ini pertama kali lo masuk, gue gak mau ada yang tau kalo lo gila," ancam Rena kemudian mulai melangkahkan kaki, sedang yang dibilang gila masih setia membuntutinya, sama sekali tak mengambil hati.
"Hehehe," Rana hanya meringis. Untuk hari ini saja, ia harus jadi cewek kalem. Wakaka,,, entahlah, semoga ia bisa menuruti perintah teman galaknya itu.
Memasuki pelataran lapangan sekolah semua mata langsung tertuju pada mereka. Tak terkecuali Pak Kusma, bapak kepala sekolah yang sedang berpidato di depan barisan, membahas perihal kedisiplinan .
"Kalian yang baru dateng, ayo maju ke sini!" suruh Pak Kusma sembari membenahkan kaca matanya.
"Mampus!" Vira berucap lirih.
Nada menggigit bibir bawah cemas. Dari semenjak aktif sekolah tatap muka, baru kali ini ia terlambat sampai-samapai disuruh maju begini.
Rena menatap tajam ke arah Rana. Bukan untuk menyalahkannya, melainkan untuk mengancamnya agar tak berulah gila.
Rana yang ditatap, malah tersenyum semanis mungkin pada Rena. Untung ia punya mental sekuat baja, tatapan tajam dan bentakan sekalipun tak akan mempan mengenai hatinya. Apalagi kalau perlakuan itu dari Rena ataupun Dhira, semakin marah semakin membuat ia bersemangat menggara saja.
"Hhh, mampus lo, baru pertama masuk udah bikin sial aja," ucap Bella lirih, puas sekali melihat Nada dan teman-temannya berada disitu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments