Bagian 2
...(Ingatan Kembali)...
Octa yang melihatnya hanya bisa menatap kasihan, dia sudah mengingatkan orang itu. Tapi sepertinya tidak dihiraukan sama sekali. Dan inilah hasilnya, tertampar dan terkapar. Yeah sungguh miris.
Ina yang berhasil mengalahkan Wanita yang memuakkan hanya mendengus dan melangkah mendekati Meyla yang masih dalam pelukkan Rezka.
Octa pun berdiri didekat Mereka bertiga. Tidak menghiraukan para peserta yang menatap sinis.
Semua peserta yang ada hanya bisa membuang muka. Dan melanjutkan langkah mereka untuk memilih Terowongan yang ada. Anehnya semakin mereka masuk kedalam, Terowongan itu semakin banyak pintu masuknya. Dan bisa dibilang kalau salah pintu akan kembali ketitik awal.
Jadi mereka harus memikirkan baik-baik. Agar tidak salah masuk kedalam Terowongan selanjutnya. Saat ini mereka tidak menemukan hal-hal yang berbau tantangan. Yang ada hanya Terowongan gelap tanpa cahaya.
“Lebih baik kalian putuskan sendiri mau masuk dari mana”
“Benar....jangan Cuma ikut-ikutan yang berakhir dengan perkelahian”
“Baiklah....Aku pilih terowongan yang ini”
Semua orang pun memutuskan apa yang ingin mereka lakukan selanjutnya. Ada yang hanya ikut, ada yang menjadi diri sendiri untuk mencari jalan. Dan ada yang membuat kelompok untuk bisa pergi bersama-sama. Hingga yang tersisa hanya Empat orang saja saat ini.
Octa,Ina,Meyla dan Rezka masih berada ditengah-tengah Terowongan. Mereka belum memutuskan untuk bergerak.
Pelukkan Rezka mengendur saat Meyla ingin melihat sekelilingnya. Ia merasa sakit kepala lagi dan lagi, tapi kali ini masih bisa dikontrol olehnya.
Pandangan Meyla terlihat begitu tenang namun hatinya gelisah. Sangat gelisah, seperti ia melakukan kesalahan yang sungguh fatal. Seperti ada yang salah dari yang diucapkan olehnya.
‘Apa tadi Aku benar-benar bersama Rezka?..atau bersama orang lain, kenapa pelukkan Rezka berbeda dengan pria yang ku peluk’benak Meyla kala pandangannya bertemu dengan pandangan khawatir dari Rezka. Meyla hanya tersenyum dan mendekat kearah Octa dan Ina.
“Bagaimana perasaanmu?”tanya Octa yang menyentuh dahi sang keponakkan kecilnya. Meyla tersenyum “Aku baik-baik saja..hanya merasa sedikit pusing”
“Lain kali kau jangan pergi sendiri woke..kalau bisa jangan menjauh dari kami ya”Kali ini Ina yang memeluk Meyla menyalurkan rasa kasih sayangnya. Ia sayang akan keponakkannya ini meski tidak pernah ia tunjukkan. Meyla mengangguk, mengiyakan ucapannya.
“Apa kita melanjutkan langkah kita?”tanya Rezka setelah suasana haru itu selesai. ia mengenggam tangan Meyla tanpa ingin melepaskannya dan tanpa menyakiti sang empunya.
Meyla hanya terdiam membiarkan segalanya. Ia ingin menyelidiki sendiri, tanpa bertanya. Biarkan memori ingatannya kembali dan terus membuka semua kegelisahan yang didapatkan olehnya. Dan mengungkapkan siapa pria yang selalu melindunginya itu.
Mereka pun memutuskan untuk masuk kedalam Terowongan yang terlihat lebih tua. Entah kenapa tapi Meyla memutuskan untuk kesana.
Dalam perjalanan mereka, Meyla selalu berada disamping Rezka, bahkan tangannya kini telah basah karena keringat. Ingin melepaskan tapi Meyla ingin membiarkannya, agar dirinya bisa tahu siapa yang melindunginya dan siapa yang hanya berpura-pura untuk menyayanginya.
Mereka melangkah dalam kegelapan lagi, tapi kali ini ada sedikti cahaya yang terdapat disudut-sudut Terowongan. Ada lampion yang diletakkan disana. Jadi sedikit menerangi mereka.
Langkah demi langkah mereka lakukan, dengan tenang tanpa ada pembicaraan. Sampai mereka mendengar suara teriakkan seseorang.
“AGHHHHHHH!!!!!!”
“TOLONG!!!!”
“SAKIT..SAKIT..INI SANGAT SAKIT”
“MENJAUH..CEPATLAH MENJAUH..”
Teriakan demi teriakan dilontarkan begitu keras, mengema bahkan mampu membuat semua orang merinding.tapi Meyla bukannya merinding ia malah semakin memperkeras indra pendengarannya. Entah kenapa ada rasa familiar mendengar teriakkan itu dan tak berapa lama suara tertusuk terdengar ditelinga Meyla.
Membuat mata Melya langsung membulat. Ia tidak menyangka apa yang pernah ia mimpikan tentang sesuatu yang tertusuk tentang tubuh yang ingin membebaskan diri malah berakhir menjadi sate. Dan itu ternyata benar adanya. Mimpi yang dianggap angin lalu membuat Meyla meyakini bahwa Mimpi itu pasti ada hubungan dengan dirinya.
‘Mimpi...pria.....dan sekarang kematian...’benak Meyla, menebak-nebak yang kejadian yang dialaminya. Ia berusaha untuk menyusun ingatan yang mulai kembali perlahan. Yang mulai berwarna tidak abu-abu.
Karena mendengar hal yang menakutkan dan membuat rasa penasaran meningkat. Ina dan Octa berjalan berdekatan sedangkan Meyla dan Rezka masih tetap tenang. Mereka terus melangkah dan suara-suara teriakkan makin menjadi-jadi.
“Kenapa...Kenapa dengan mereka?..suara teriakkan dan suara tercabik-cabik begitu terdengar?...apa..apa...apa mereka sedang menghadapi sesuatu?..atau mereka bertengkar?”tanya Ina. Ia sekarang merasa sangat takut. Takut mendengar suara tercabik-cabik yang begitu jelasnya. Octa pun ikut menempel kearah Ina. Agar mereka berdua tidak berjauhan.
“Seharusnya aku ajak suamiku kesini...biar dia yang melindungiku...huaaa....sungguh menakutkan”ucap Ina yang memeluk lengan Octa. Octa yang mendengarnya tidak mengejek melainkan mengangguk. Karena menurutnya benar jika ada suami Ina, maka mereka mungkin bisa 100% selamat. Walau sebenarnya Rezka juga bisa, tapi tidak mungkin kan Rezka bisa menyelamatkan semuanya.
-
Sudah 1 jam mereka berjalan, dan selama itu juga teriakkan dan suara tercabik-cabik terdengar. Sekarang suara-suara itu telah menghilang dari pendengaran mereka. namun belum tenangnya hati. Tiba-tiba sesuatu dibawah kaki mereka bergerak.
Pergerakkan yang tidak terduga. Yaitu ada celah kecil yang membuat air masuk kedalam. Octa dan Ina berjengkit kaget.
“APA INI....KENAPA, KENAPA ADA AIR YANG MASUK.APA SEMUA INI?”kepanikan mulai mengema didalam Terowongan.
Meyla yang masih dalam genggaman Rezka akhirnya bisa terbebas. Bukan apa,Rezka ingin menarik Octa dan Ina yang tertinggal dibelakang. Agar kedua orang itu bisa berdiri didepan dan tidak ketakutan.
Namun belum sempat mencapai tujuan, sebuah dinding yang entah dari mana tiba-tiba melesat maju langsung menghantam dinding satunya yang terdiam.
Melihat itu jarak Meyla dan Rezka cukup jauh membuat Rezka menatap horor kearah Meyla yang untungnya tidak apa-apa.
“Apa kau tidak terluka?”teriak Rezka yang mengema. Membuat Octa dan Ina yang ketakutan tadi juga melihat kearah Meyla yang berdiri bengong.
“Dia..dia melamun”ucap Ina yang sadar tidak mendapat jawaban dari pertanyaan Rezka. Membuat mereka bertiga bergegas mendekat.
Tapi lagi-lagi dinding yang entah kenapa masih menghantam dinding lain. Meski tidak sefull dinding aslinya tapi ini mampu meremukkan lengan atau mungkin sebagian tubuhmu yang kena.
Rezka berteriak agar membuat Meyla sadar.
“Meyla....sadar Meyla.....”
“Mey.......Sadar Mey”
“Woi...parah ini anak....MEYLA!!”
Teriakan demi teriakkan dilontarkan. Untuk Meyla yang termenung hingga mereka sekilas melihat seseorang berdiri dibelakang Meyla.
Memeluknya dan menariknya perlahan kebelakang, membuat Rezka langsung berlari lebih cepat untuk menarik sang Kekasih namun naas dinding lagi-lagi membuat jarak untuknya.
“Sial!!!”Ucap Rezka. Ina dan Octa terdiam. Mereka melirik Rezka yang mengumpat perkatan kotor.
“Rezka”ucap mereka bersamaan.
-
Disisi lain...
Meyla sebenarnya tidak merenung atau bengong. Dia hanya sedikit merasa bayang yang dihadapinya tiba-tiba mengambil alih dan membuatnya mengingat kenangan yang tidak terduga.
Benar kenangan yang dimana ia dipeluk oleh seseorang sebelum menyelesaikan misi.hal itu membuatnya merasa sakit kepala yang luar biasa.
Dan itu berhasil membuat kesadarannya kembali saat seseorang menariknya dari belakang. Ia ingin memandang orang tersebut tapi sayang wajahnya malah ditengelamkan dalam dada bidang seseorang.
“Kau...itu pasti kau...”ucap Meyla walau terendam dalam dada bidang pria didepannya. Yang pasti ia yakin kalau pria tersebut mendengarnya.
“mn”jawabnya. Membuat Meyla terbelak dan merasa bahwa apa yang dirasanya benar-benar diluar dugaan.
Kini kenangannya lengkap. Dan benar bayangan ibunya pun lengkap sangat lengkap dengan kesakitan yang dirasa. Jadi bekas-bekas luka didalam dirinya yang waktu itu dikira karena kecelakaan kini ia tahu apa sebabnya.
Dua telapak kakinya terdapat bekas lubang dari tusukkan besi dan tangan kanannya juga terdapat hal yang sama. Namun luka tersebut ditutupi oleh sesuatu yang tak ia sadari.
“Apa kau..bermain-main denganku....kenapa-kenapa, kenapa kau membuat Ibu dan Ayahku pergi, kenapa kau membuat ku bermain disini...kenapa”ucapnya tanpa melihat pria didepannya.
Meyla memetakkan air matanya, kesal dan rasa kecewa serta sedih menghambur dihatinya. Ingatan yang telah hilang kini kembali dengan cerita lengkap dan ia sadar bahwa orang tua yang menunggunya saat itu hanya orang tua pengalihan agar ia tidak ingat dengan dunia Seribu Terowongan Yang Merubah Segalanya ini.
Benar, banyak yang meninggal waktu itu bahkan yang kembali hanya berkisaran beberapa orang tidak mungkin mereka bisa menghidupkan orang mati.
Dan yang terluka belum tentu mendapat perawatan yang tepat. Ini adalah pertandingan yang tidak seharusnya disetujui pemerintah.
Meyla terus menangis tidak menghiraukan lagi pria yang kini memeluknya tiba-tiba lepas dari dirinya. Meyla membuka mata dan melihat dengan sedikit lama.
Pandangannya kini menangkap objek wajah yang sama dari dua orang yang berbeda. Benar ada dua Rezka yang berdiri didepannya. Dua orang.
Mata Meyla tentu membelak dan ia tahu disebelah kiri tentu Rezka yang sesungguhnya, terus yang disebelahnya siapa?...Meyla yakin orang yang asing ini adalah orang yang selalu melindunginya dalam pertandingan ini.
“HENTIKAN PERMAINANNYA KAKAK...TIDAK PERLU MELAKUKANNYA LAGI, KAU MEMBUATNYA MENGINGAT SEKARANG, TERUS APA LAGI MAUMU!!”teriakkan Rezka yang asli sambil menarik kerah baju milik orang yang bisa dibilang miripannya.
Orang yang diteriaki hanya terdiam, ia tidak menatap Rezka yang asli, malah menatap Meyla yang kebingungan melihat hal yang membuatnya ingin mencari tahu.
“KAK.....SUDAH JANGAN MEMANDANGNYA, DIA KEKASIHKU”Ucap Rezka yang asli.
Meyla yang terdiam memandang kedepan, tidak bisa mencerna keadaan, ia masih dilanda kesedihan dan sekarang dilanda kebingungan.
Ada dua pria yang kini tengah memperebutkannya. Dan saat ini Octa dan Ina menepuk bahunya.
“Mey..kau mengenal mereka?..”tanya Octa. Jujur saja ketika kejadian tadi. Ia melihat pria tampan, lebih tampan dari pada Rezka yang asli. Wajah mereka mirip tapi satu yang membedakan yaitu perlakuan yang diberikan oleh pria itu kepada Meyla layaknya seseorang yang telah lama mengenal Meyla. Bahkan Meyla yang tengelam dalam lamunan dengan tenang membalik tubuhnya dan memeluk pria itu. Hal itu lah yang menjadi tanda tanya untuk Octa.
Ina juga begitu, tidak ada yang buta dengan tingkah laku yang diberikan. Pria asing itu sudah bisa dibilang layak menjadi pendamping Meyla. Bahkan bisa dibilang lebih pantas untuk Meyla. Bukan menganggap Rezka tidak pantas hanya saja dari tingkat pengalaman Rezka baru beberapa bulan bertemu dengan Meyla. Yang berarti orang asing ini telah lama menemaninya dan sangat mengenalnya. Mungkin begitulah yang dipandangan Ina.
Mereka berdua tidak berkelahi, hanya tatapan sinis yang ingin menekan.Tanpa basa basi, Pria kembaran Rezka itu melepas cengkraman Rezka dan berbicara datar. “Hentikan pertandingannya, ia telah mengingat segalanya, tidak perlu dilanjutkan”ucapnya.
Membuat beberapa orang yang tiba-tiba keluar lalu mengangguk dan kemudian masuk lagi. Benar ternyata Terowongan yang mereka lihat ada bagian kecil yang menjadi tempat untuk orang-orang masuk secara rahasia. Dan setelah diperintahkan.
Tiba-tiba Terowongan itu bergerak, menguncang tubuh. Orang yang miripan Rezka itu menghampiri Meyla dan memeluknya. Namun belum lama dipeluk, Rezka yang asli mengambil alih Meyla.
“Jangan pernah menyentuhnya”ucapnya dengan nada penekanan. Namun ucapan itu hanya angin lalu, Orang Asing itu dengan cepat menarik Meyla lagi. Dan memeluknya kali ini pelukkannya berbeda, ia mengendong Meyla dengan bagian bokongnya diletakkan dilengan kanan dan tangan kiri menyuruh kepala Meyla untuk menunduk didekat bahunya.
Wow itu adalah pemandangan yang tak terduga. Bahkan Ina pun merasa iri melihat kemesraan yang disungguhi secara langsung.
“Lepaskan dia Kak..dia kekasihku”ucap Rezka lagi. Namun kali ini dibalas dengan suara berat oleh orang asing itu.
“Dia kekasihmu..benar..tapi Dia tunanganku”ucapnya.
Woke sekarang bagaikan diberi guyuran air yang dingin. Seketika kepala Octa dan Ina mencerna ucapan mereka berdua. Sebenarnya disini siapa Tunangan Meyla. Siapa yang benar-benar menjadi kekasih Meyla. Pada dasarnya Meyla saja hanya mengetahui statusnya sebagai Tunangan seseorang. Dan sekarang statusnya ada dua, Tunangan dan Kekasih.
Meyla sendiri yang masih meletakkan kepalanya dibahu pria asing itu pun mengangkat wajahnya, memandang wajah miripan Rezka yang masih menatap tajam kearah Rezka yang asli. Membuatnya mematung sesaat sebelum berakhir dengan ditidurkan secara lembut oleh Orang Asing itu lagi.
Memang membuatnya mengantuk, tapi ia tidak ingin meninggalkan momen ini, untuk mencari segala kebenaran yang ada.
Ia digendong dengan tenang. Meyla sempat berpikir kalau orang yang mengendongnya ini adalah seorang robot atau mungkin patung. Ya bagaimana pun Meyla bukan boneka. Ia manusia yang pasti berat tubuhnya sungguh tidak dianggap remeh. Meski tubuhnya kurus bukan berarti dia itu engak berat ya. Orang doyang makan walau engak gemuk-gemuk.
Terowongan berdinding itu kini telah menjadi salah satu ruangan besar yang begitu luasnya sangat luas bahkan jika kau berlari pun seperti berlari didesa terpencil. Mungkin bisa dibilang bahwa ini mirip seperti lapangan yang dibagi menjadi 5 bagian. Bayangkan saja kalau berlari mengelilingnya dalam 1 putaran pun kau belum bisa menyelesaikannya.
“Apakah akan seperti ini lagi...Kak...?”tanya Rezka yang kini telah berdiri agak jauh dari Meyla dan orang yang dipanggil Kakak ini.
Sebenarnya ada rasa penasaran yang menjalar ditubuh Octa dan Ina yang masih setia mengiringi mereka tanpa bertanya. Dan seperti sekarang ini. Rasa penasaran mereka makin memuncak.
Meyla pun juga, ia merasa bahwa orang yang mengendongnya ini benar-benar mengenalnya. Tapi Meyla merasa bahwa ia tidak mengenal orang ini. Atau mungkin ada ingatan kecilnya yang belum kembali.
Meyla merasa tidak enak jika terus digendong. Ia pun menyentuh pundak Pria yang dipanggil Kakak itu.
“Bisakah anda melepaskanku?”ucap Meyla. Namun belum sempat mendapat jawaban, tiba-tiba ia merasa terhuyung hingga Rezka pun menangkapnya.
“Sudah ku bilang..kau tidak akan kuat melakukan itu Kak”ucap Rezka setelah memeluk erat Meyla dan menariknya menjauh dari Orang yang dipanggil Kakak.
Orang yang dipanggil Kakak itu hanya tersenyum teduh, seketika membuat Meyla terkaku melihatnya. Senyum itu mengingatkannya dengan seseorang. Benar seseorang.
Meyla melepaskan diri dari pelukkan Rezka. Ia melangkah mendekati pria yang kini terduduk lemas. Benar bahkan wajahnya pucat. Baru saja ia mengendong Meyla dengan gagah berani. Dan ternyata itu membuatnya kelelahan.
Terus mendekat sampai Meyla ikut mengsejajarkan tubuhnya dengan pria asing itu.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”tanya Meyla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments