_ Chapter 5 _

...(Misi Lagi?)...

Mata mereka menyusut lalu berhenti berenang. Mendapat sepotongan daging yang berenang berantakkan didepan tubuh mereka.

Ada bagian tangan yang belum hancur bergerak dengan liar untuk meminta tolong. Sedangkan sisa tubuhnya hancur berkeping-keping yang meninggalkan genangan merah lalu hancuran daging yang tersebar.

Beberapa orang berdiri jauh langsung menutup mulut. Mual itu yang sudah mereka rasakan. Sedangkan yang berenang dibagian tengah, membelakkan mata. Melihat daging hancur, melihat tangan yang masih bergerak. Membuat mereka ingin pingsan ditempat. Dan itu tidak mungkin bisa terjadi. Karena mereka tidak memiliki kebiasaan yang pingsan ditempat.

Sedangkan Meyla yang berdiri paling depan. Mendapati suara yang tadi tertawa saat itu menjadi suara remuk dan hancur. Lalu sisa tangan yang berenang seperti tubuhnya masih lengkap. Kepalanya miring melihat adegan hebat didepannya. Apa lagi tepat didepan mata. Darah pria menghina itu jatuh diwajah sawo matangnya. Tangan Meyla masih di dinding dan tangan satunya menyentuh dadanya.

‘Hebat’ itu yang digambarkan dikata hatinya. Entah karena kagum atau karena takut, yang pasti saat ini tidak ada orang yang mampu bertahan melihat kejadian didepan mu. Namun Meyla hanya memandang diam tak bergeming.

Setelah lumayan lama, ia merasa dinding yang dipegang bergetar. Dengan cepat kembalikan kosentrasinya. Ia melihat Ibunya yang menyuruhnya untuk mundur. Dengan cepat Meyla mundur. Dan tak berapa lama suara duummm terdengar dan dinding yang tadi tidak ada penghalang tiba-tiba muncul.

Semua mata terbelak melihat ini. Setelah dinding itu saling menabrak antara atas dan bawah. Mereka kembali terbuka dengan pelan. Lambat namun memberikan peringatan. Seakan-akan memberitahu bahwa ‘Kau harus cepat-cepat lewat atau kami akan melumatmu dan meleburkanmu. Layaknya seperti tahan liat yang dibanting dan dilempar kedinding’

Setelah kesadarannya kembali, dengan cepat Meyla berenang lebih dahulu sambil menyelam memeriksa lebar dinding yang mematikan itu.

Dengan cepat ia berenang keatas dan menyuruh yang lain untuk masuk. “Masuklah perlahan, jangan terburu-buru. Bergantianlah. Sepertinya dinding ini menerka berat kalian. Jika kalian berenang bersama-sama maka semakin cepat ia menutup”

Penjelasannya mudah dimengerti. Jadi yang lain pun mengikuti intruksinya. Hanya empat puluh orang yang bersamanya. Sisanya bersama keluarganya. Jadi dirinya merasa bahwa orang yang bersama keluarganya lebih beruntung dari pada orang yang bersama dirinya.

Orang-orang yang menerima instruksinya pun melakukan apa yang disuruh. Lima orang bergantian masuk perlahan. Dan menikmati dinding tertutup itu. Seperti sebuah permainan yang menarik namun mematikan.

“Apa tidak ada yang tertinggal?” Tanya Meyla sambil melirik semua orang.

Orang-orang yang masuk bersamanya, mengelengkan kepala untuk memberitahu bahwa tidak ada yang tertinggal lagi. Dengan begitu mereka pun berenang bersama.

“Kita tidak tahu apa yang ada didepan kita..bagaimana kalau Aku saja yang didepan” ucap Seorang Pria yang usianya sama seperti Pamannya.

Meyla mendengar ini hanya mengangguk, menyetujui apa yang diinginkan oleh Pria itu. Sedangkan yang lain mengikuti dirinya.

“Kalian lebih baik berenang terlebih dahulu, Aku akan menyusul” Ucap Meyla tiba-tiba.

Orang lain yang melihatnya merasa aneh dengan dirinya. Namun karena mereka tahu Meyla cukup pintar melewati segala tantangan, jadi Mereka pun memutuskan berenang lebih dahulu. Sedangkan Meyla berhenti untuk mengamati sekeliling.

Setelah orang-orang pergi dari hadapannya, Ia kembali menghadap dinding yang tadinya sebagai penghalang mereka.

“Aneh...kenapa sekarang dinding ini menjadi tidak tembus pandang?...bukannya jelas sebelum Aku melewati misi pertama, dinding ini dapat melihat kedua sisi, kenapa sekarang jadi seperti ini”

Sebenarnya, Dinding yang memisahkan dirinya dan Orang tuanya adalah dinding dengan warna jernih, hingga membuat kedua sisinya saling bertemu. Namun saat dirinya melewati misi, yang terjadi tidak lagi dinding jernih, melainkan dinding penuh dengan warna abu-abu.

Meyla yang merasa sedikit gemetar menyentuh dinding disampingnya. Sedikit mengeluarkan tinjuannya untuk merasakan apakah dinding itu bisa dihancurkan.

“Sungguh...ini aneh,Kenapa seperti ini, Aku curiga apa ada orang yang memang sudah mengaturnya dari awal?” benak Meyla.

Belum sempat Ia mengamati lebih jauh, suara jeritan muncul dari depan nya.

“Aaaagghhhhhhhhhh!”

“Awas...mundurlah!”

“Kau..cepat mundur...jangan biarkan kalian membuatnya semakin marah”

“Bagaimana bisa ada disini...”

Mendengar perkataan yang tidak bisa ditebak, Meyla kembali fokus dan berenang menuju arah yang akan mereka lewati.

-

“apa yang terja......di”

Tiba disana, Ia tidak berharap bertemu darah dan sebagainya. Namun kali ini wajah semua orang penuh dengan darah, ada yang menangis, ada yang membersihkan wajah mereka. Namun membersihkannya percuma karena air sudah dipenuhi dengan warna merah.

Bau menyengat masuk kedalam hidung, dengan disaring oleh paru-paru dan diinfokan keotaknya. Ia menebak bahwa baru saja seseorang menghadapi kematian.

“Apa...apa yang terjadi, kenapa seperti ini, Aku baru saja meninggalkan Kalian sebentar” ucap Meyla.

Hiks......Hiksss...... “Tidak tahu.....tiba-tiba Pria yang menuntun Kami dari depan,hancur lebur seperti Pria yang mati ditindih dengan dinding” ucap Seorang Gadis.

“Tunggu!....bagaimana bisa, Kita sudah melewati misinya, kenapa harus ada misi kedua?” Tanya Meyla

“Tidak ada yang tahu, Kami juga bingung, kenapa bisa begini” balas seorang Pria.

Meyla sudah mual, bingung, serta kaget. Suasananya sulit untuk dipahami. Dari awal masuk Terowongan dirinya sudah dibuat bingung oleh semua misi yang selalu meregut nyawa.

“Baik...sekarang biar Aku lihat, siapa tahu Kita bisa melewatinya Bersama” ucap Meyla yang kemudian berenang menuju kedepan. Hancuran daging mengenai tubuhnya, bau darah sudah tersebar kesegala arah. Sempat terpikir ‘Jika ada predator yang sedang kelaparan mungkin mereka sudah habis dimakan’ dalam benak Meyla.

Ia menyusuri dinding yang menjadi penghalang lagi. ‘Kenapa dinding ini ada disini lagi’ benaknya. Kemudian ia memutuskan untuk tengelam dan menyusuri dinding yang mungkin ada pentunjuk.

Setelah lama mencari, tidak ada petunjuk yang memberikan Mereka semua keputusan, hingga Meyla kembali muncul dari tengelamnya. Ia memutuskan untuk menoleh kebelakang dan melihat situasi yang tiba-tiba...

Ciiitttt........

Suara yang muncul didepannya membuatnya kembali menoleh kedepan dan melihat bahwa dinding didepannya terbuka. Karena merasa keterkejutan, Ia langsung mundur dengan cepat.

Seseorang menghampirinya. “Lihat...ada lampu yang berputar-putar” ucap Pria yang menunjuk kearah bagian pojok kanan.

Terdapat lampu yang seperti serinai mobil polisi, berwarna merah yang terus berputar-putar.

“Apa fungsinya itu”ucap Pria yang menunjuk.

“Aku tidak tahu” balas Meyla yang kemudian melihat dinding terbuka lebar perlahan itu.

Terdapat besi yang dibagian depannya yang sepertinya tidak ada ujungnya. Untungnya besi yang berbentuk gigi itu tidak berbaris rapi. Melainkan Mereka hanya terdiri dari dua besi dan berbaris bersama-sama ditengah celah dinding.

“Kenapa pria yang menuntun Kalian bisa mati?...” belum selesai dirinya bertanya, jawaban muncul tiba-tiba dari dinding yang tadinya terbuka perlahan, kini tertutup dengan kuat. Suaranya bergema didalam Terowongan.

“Apa itu....jadi...jadi ini penyebab kematiannya?” Tanya Meyla. Yang diberi anggukkan oleh semua orang.

“Pantes saja hancur berkeping-keping” benaknya.

Setelah menunggu sejenak. Meyla mendapat kesimpulan dari misi kedua yang harus Ia lewati.

“Baik Aku jelaskan ke Kalian, ini tidak sulit. Misi kedua ini, kita harus sedikit cepat. Pertama jika lampu itu mulai menyala, maka kalian harus siap-siap dikedua sisi. Kanan dan kiri, setelah Kalian merasa sanggup melewati maka secepatnya Kalian berenang kesana. Tapi jika lampu mulai padam, Kalian secepatnya menjauh karena kemungkinan dindingnya akan menutup dengan kejam. Kalian mengerti?”

Semua orang mengangguk tanpa meminta penjelasan lebih lanjut. Meyla pun ikut mengangguk dan kemudian berbalik untuk memberikan Mereka intruksi agar tidak terjadi korban lagi. “hm....karena ini hanya bisa dimasuki disisi kanan dan kiri tidak ditengah, jadi ku harap Kalian tidak terburu-buru. Siapa yang ingin duluan?” Tanyanya.

Sejenak tidak ada yang angkat bicara, hal itu membuat Meyla khawatir, karena menurutnya jika tidak ada orang mungkin dialah yang paling mengorbankan diri. Tapi disini banyak dan dia satu-satunya yang mengontrol mereka. Jadi harus ada yang berani maju.

Tak berapa lama dua orang, gadis dan pria yang kemungkinan pasangan. Mereka maju dan mengangguk seperti menyerahkan diri. Melihat ini Meyla bingung mau ketawa apa menangis. Disatu sisi dia merasa bangga, disisi lain dia merasa kasihan.

“Baik..karena Kalian yang maju duluan, maka tunggu didua sisi..” sambil memberi petunjuk, Ia juga memberikan praktek yang membuat orang yang sukarelawan itu mengerti.

“Setelah Aku memberi aba-aba untuk maju, maka Kalian maju woke”

Pasangan itu pun mengangguk. Dan tak lama lampu serinai itu menyala.

“woke...siap ditempat” ucap Meyla.

Pasangan itu pun bersiap dengan tenang dan mengatur posisi mereka. Setelah lampu serinai itu mulai menyala liar, dinding pun terbuka secara perlahan. Dengan suara jantung yang berdegup-degup terdengar meski hanya Meyla yang mendengarnya. Meyla juga ikut gugup melihat bahwa ada orang yang rela mati tidak takut dengan keadaan.

Setelah dinding itu bergerak dengan perlahan, ruang yang diberikan pun juga cukup untuk melewatinya. Meyla dengan melihat situasi langsung memberi aba-abanya. “Sekarang!”

Pasangan tersebut langsung menyelam dan berenang dengan cepat. Secepat yang mereka bisa. Tanpa memikirkan apa yang terjadi kedepannya.

Setelah berenang dengan lumayan jauh, mereka pun berhenti dan melihat kearah belakang mereka. Dinding itu masih terbuka perlahan. Meyla melambaikan tangan dan berkata “Jika kalian aman, dan merasa sudah baikkan, Kalian boleh duluan” ucapnya. Dan tak berapa lama kemudian, dinding itu dengan duumm menutup.

Meyla lega melihat bahwa pasangan tersebut aman. Dan Ia melihat yang lain juga merasa bahwa mereka mulai berani untuk melewati misi kedua.

“Baik...sekarang kalian sudah berani, Kita hanya bisa memasukkan dua orang saja, karena Aku tidak yakin apakah secara bersamaan bisa selamat semua, jadi lebih baik Kita bersabar dan masuk secara bergantian” ucap Meyla. Semua orang pun mengangguk mengerti apa maksudnya.

-

Setelah menjamin tidak ada korban lagi, Meyla yang paling terakhir pun berenang menyusul orang-orang. Sambil terus berenang, Ia sedikit mengamati dibagian dinding dalam air. Ia merasakan bahwa dinding yang menjadi penghambat ini lembut tidak ada bagian kasar yang bisa merobek tubuh. ‘Apa karena tertutupnya dengan kencang sehingga tubuh mereka menjadi lebur. Padahalkan ini didalam air, dan suara tertutup dinding ini saja bergema. Aneh’ benaknya.

Byuurrr....hufh...hufh... “huh!....loh...kemana semua orang?....bukannya mereka menungguku...”

“Heh...tidak mungkin lah, orang mereka pasti masih ingin mengejar hadiah itu”

Meyla yang baru saja selesai melewati Misi Kedua, mendapati semua orang yang ia selamatkan pergi tanpa meninggalkan jejak. Karena merasa ditipu, Meyla sedikit kesal. Ia pun berenang menyusul mereka. Ia lupa bahwa dirinya sendiri yang menyuruh mereka duluan.

Tak berapa lama, dari kerumunan yang berjumlah empat puluh orang, kini mereka berkumpul lagi dengan suara yang berisik.

“Siapa yang mau meneliti...Kalian ingin mati bersama-sama?”

“Kau berbicara seakan-akan Kau yang menyelamatkan Kami”

“Aku hanya membantu Neng(mengacu pada Meyla) itu, kenapa Kalian pada marah...seharusnya saat ia tiba disini, Kita bisa memberinya petunjuk untuk misi ketiga ini”

Mendengar seseorang yang berniat baik padanya. Ada kebahagiaan dihati Meyla. Ia ingin mendengar lebih lama namun merasa bahwa saat ini situasi tidak baik. Ia pun mendekati kerumunan.

“Ada apa ini...Ku pikir Kalian sudah pergi lebih jauh”ucapnya.Semua orang menunduk.

“Sudahlah....Tidak ada korban kan?”

Semua orang mengeleng.

“Bagus....sekarang Aku akan memeriksanya lagi...” setelah berbicara, Meyla memutuskan untuk mendekati dinding dan terus mengamati disekitarnya.

“Kenapa sekarang ada lampu serinai lagi, apa ini juga sebuah kunci untuk bisa lolos” benaknya.

Menyelam dan menyusuri dinding. Meyla mendapati bahwa bagian bawah yang agak dalam terdapat celah untuk masuk.

Karena ia harus memastikan lagi, Meyla masuk melalui celah yang hanya bisa dilewati satu orang. Setelah merasa bahwa celah itu tidak akan menyakiti bahkan membawa korban, ia kembali dan ingin menyampaikan hal tersebut.

Belum sempat sampai dipermukaan air. Meyla mendapati seseorang masuk kedalam celah dinding yang tadi tertutup. Ia buru-buru berenang untuk mencapai permukaan dan menghentikan orang tersebut. Hampir tiba dipermukaan, ia mendengar perkataan seseorang.

“Kenapa Aku harus menjamin diriku kepada Gadis yang baru saja ikut pertandingan, Kita juga kan peserta baru. Apa kita tidak berhak untuk memutuskan kembali”

“Kau!...Kau berbicara dibelakangnya seperti ini, Dia sudah rela mengkorbankan diri untuk mencari cara agar Kita lolos dan Kau seenaknya berkata begitu dibelakangnya”

“Kenapa emangnya....lagian Dia hanya seorang Gadis yang lemah, Kau lihat saja saat berpisah dengan orangtuanya dia menitikkan air mata. Anak manja!”

Mendengar kata menitikkan air mata Meyla sedikit terhenti. Ia merasa bahwa saat dinding pembatas antara dirinya dan orang tuanya itu muncul. Ia tidak sama sekali menangis, ia juga tidak menitikkan air mata.

“Karena Kalian berharap kepadanya, Aku tidak tahu akankah ada orang yang akan selamat seutuhnya, jadi Aku ingin mengurangi bebannya. lagian Dia juga masih lemah. Biar aku yang mencari cara lain. Lihat...lampu serinainya menyala, Aku akan mengkorbankan diri, dan lihat siapa yang duluan dapat jalan keluar” ucapnya yang kemudian mendekati dinding.

Dinding perlahan terbuka dengan cepat tidak seperti dinding sebelumnya. Kesamaan dinding ini adalah besi yang tajam tertancap ditengahnya. Dengan ujung yang runcing siap menusuk kapanpun.

Pria tersebut berenang setelah celah terbuka cukup untuknya lewat. Dengan senyum yang bergejolak ia mendekat dicelahnya. Yang kemudian menghadirkan suasana membelak mata.

Mereka benar-benar mendapati pertunjukkan cara membelah diri yang baik. Dengan ‘Aaggghhhhhh!’’ semua orang mulai panik.

Jelas panik melanda saat seseorang menyaksikan hal itu. Pria yang berenang dengan bangga. Mati ditengah celah dinding. Dinding tidak menutup, melainkan memberi celah yang makin lebar. Namun besi tertancap itu bergerak berputar cepat. Dan bergerak kekanan dan kekiri. Sedangkan besi diatasnya bergerak berlawanan. Hingga mereka bertemu dengan tubuh Pria tersebut.

Tidak perlu waktu untuk membasmi, sekali besi itu bergerak tubuhmu akan mudah tergoyak. Mereka yang tadinya siap menghadapi siapa pun yang mati didepan mereka namun adegan kali ini berbeda. Besi yang tertancap ditengah itu benar-benar bergerak dan mematahkan seluruh tubuh pria itu. Dan memberikan sisa patahan tubuh pria tersebut ke segala arah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!