_ Chapter 2_

...(Tahap Pertama Berakhir, Tahap Kedua Dimulai)...

-

Melihat hal itu, mata siapa yang tidak menyusut. Meyla kali ini benar-benar tidak bisa berdiam diri, sungguh saat pertama aku masuk mengikuti pertandingan ini, tidak ada yang namanya buaya atau apa pun. Bahkan ini pertama kalinya terjadi. Sambil mengelengkan kepalanya Ia berusaha untuk tetap tenang.

Wanita yang berteriak AGHhhhhhhh masih bernafas dengan letih. Tangan kanan yang sudah digigit. Sedangkan disisi lain muncul lagi buaya yang lebih besar menangkap bagian kaki yang terjuntai kebawah. Kali ini jeritannya benar-benar tidak bisa membuat hati untuk tidak takut. Sekali lagi buaya yang lain datang dan kali ini mengambil bagian tengah tubuhnya dengan ngap suara jeritan itu hilang tidak bergeming lagi. Namun orang yang menyaksikan tidak akan bisa melupakan.

Bukan hanya wanita itu, yang lain juga ikut bergeming. “Aaghhh...selamat kan aku, selamat kan aku”

“Tidak...tidak...tidak aku tidak ingin mati”

“Tolong...selamat kan kami...tolong Aghhhhhhh....tidak....tidak....tidak.....”

“Aggghhhhhhh....tolonggggggggggg!”

Mereka yang melihat ini dari kejauhan tidak bisa bergeming. Karena saat ini mereka telah meninggalkan tantangan pertama yang berarti tantangan kedua sudah dimulai.

Dari pengamatan Meyla, tantangan pertama adalah babak penyisihan namun saat pertama kali berangkat ia tidak menerima penyisihan melainkan mereka menerima guncangan.

Sambil mengingat kejadian tidak berapa lama guncangan perlahan mulai muncul. Muncul dengan mengikuti ombak laut. Tidak ada kapal atau bahkan ombak kecil menghantam.

Dilihat dengan tenang air laut yang luas itu tidak bergerak.

Tetapi entah kenapa guncangan mulai dengan perlahan namun makin lama semakin kuat. Meyla benar-benar berusaha untuk mengingat kejadian tujuh tahun yang lalu. Namun kenyataannya ini ternyata tantangan kedua bukan yang pertama.

Sisa sekitar tiga ratus orang yang tersisa. Yang lain sudah menerima ajal mereka. Tidak ada yang tahu apakah mereka akan kembali hidup atau memang hanya berakhir disana. Yang pasti saat mereka berhasil nanti semua yang mereka lakukan akan menghilang tanpa jejak,tidak ada yang bisa mengingatnya.

Gedebak-gedebuk semua orang terguncang. Seperti lantai itu tidak mengizinkan mereka duduk. Mereka saling berpegang dengan apa yang ada disamping mereka. Tanpa menghiraukan yang lain. Meyla tetap diam berusaha untuk tenang. Ia tidak berpegang pada apapun. Namun guncangan kali ini benar-benar diluar kendalinya. Karena diguncang dengan arah yang tidak menentu. Ia akhirnya menabrak pria didepannya yang masih duduk dengan kokoh tak tergoyahkan.

Pria itu tidak marah, melainkan memeluknya dengan tenang dan lembut. Sedangkan Meyla tetap diam, ingin bangun namun entah kenapa Ia merasa aman dekat dengan pria didepannya. Jadi Ia memutuskan untuk tetap diam dan tidak menganggu.

Pria didepan yang menjaganya juga tidak melakukan tindakkan lain. Hanya memeluknya dan tetap mengstabilkan tubuhnya untuk tidak membuat tubuh Meyla terguncang lebih kuat.

Disisi lain. Tiga ratus lebih orang mulai berkurang lagi dan lagi. Mereka merasa guncangan akan cepat hilang jadi tetap tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Melihat dari kejauhan mereka sudah mendapati bahwa diseberang sana ada pemukiman ditepi laut. Dan keadaan yang gelap gulita ini menjadi cerah karena melihat cahaya pemukiman.

Mereka yang melewati tantangan pertama dan kedua menghabiskan sekitar sembilan jam untuk menikmati kematian para peserta. Disisi lain melihat pemukiman,mereka riuh saling mengucapkan kata syukur.

“Lihat....ini akan cepat berakhir”

“Waaah...tidak hanya rumor, mereka yang selamat tujuh tahun yang lalu juga bilang kalau pemukiman ini sangat ramai”

“Tapi kita tidak boleh gegabah”

“Hah?...tidak boleh gegabah, kita kan juga butuh istirahat, nanti kalau sudah sampai aku akan membeli perlengkapan agar tidak tersesat pas diterowongan”

“Kau..harus hati-hati”

Mendengar itu, Meyla yang masih dalam pelukan pria didepannya sedikit tersenyum. “Makanlah..maka Kalian akan mengetahui apa yang kalian makan”benak Meyla.

Entah pendengarannya yang salah atau apa, Meyla mendengar suara tersenyum diatasnya. Meski tidak bisa melihat langsung, ia menyadari bahwa pria didepannya ini baru saja tersenyum. Mungkin karena Ia mendengar percakapan yang polos itu. Itulah yang dipikirkan Meyla.

Kali ini, semakin dekat pemukiman semakin cepat pula guncangan. Semua orang makin berpegangan satu sama lain, berharap tidak jatuh karena bisa dibayangkan sang kepala masih menunggu dibawah mereka untuk mengisi perut kosong itu.

Namun tidak ada yang tahu, kali ini mereka mendapat guncangan dadakan. Meyla yang tadi merasa aman, kini meremas baju polos pria didepannya dan makin mendekat berusaha untuk berlindung. Sedangkan pria didepannya juga memeluk dengan erat agar mereka tidak terkena dampak guncangan.

Disisi lain.

“Tidak...Tidak...Jangan lepas tanganku, Aku...tarik Aku...tarik Aku..” suara wanita yang berpegang teguh dengan wanita yang menahannya. Mereka seperti seorang sahabat. Yang satu berusaha untuk mengangkatnya yang satu berusaha untuk menyemangatinya. Sedangkan buaya yang dibawah sudah melompat-lompat bergantian. Berharap bisa mendapatkan kaki yang bergerak berantakan itu.

“Seseorang...ada yang bisa menolongku...Ku mohon” permintaan itu memang tepat, namun waktu untuk memintanya tidak tepat, karena saat ini yang pasti mereka juga berusaha untuk tidak jatuh. Guncangan makin cepat seperti ombak besar menabrak rumah itu. Meski mereka tidak memiliki atap rumah, mereka tidak ada niat untuk melihat keatas. Hanya kebawah, kanan dan kiri. Tidak ada yang bisa membayangkan baik masih siang atau malam. Mereka tetap tidak memikirkan keadaan.

Saat wanita itu ingin berbicara lagi. Guncangan kuat muncul dan mereka sama-sama melompat keair dengan ngap , belum sempat tubuh masuk ke air. Tubuh mereka sudah disambut dengan gigi tajam yang menelan langsung saat makanan sudah dimulut.

Bukan hanya gadis itu. Pria yang ditengah dengan tenang duduk. Tiba-tiba kaget dirinya terbang dengan cepat dan dijatuhkan ke air. Lalu disambut dengan buaya. Saat melihat keatas tidak ada apa-apa disana, melainkan langit yang gelap tak bercahaya. Mereka lalu berpikir dan mengamati, siapa yang menjatuhkan pria yang masih tenang ditengah tiba-tiba jatuh.

Saat memperhatikan, mereka melihat buaya yang muncul didepan mereka, menaiki rumah padahal mereka seharusnya di air. Melihat itu mereka ingin melarikan diri. Namun itu tidak ada gunanya. Mau lari kemana pun guncangan akan membantumu jatuh ke air.

Buaya itu dengan mengerakkan ekornya kesana kemari, berjalan kedepan mereka. Perlahan namun memberikan detakan jantung yang makin melambat.

Meyla ingin bangun, namun lagi-lagi Ia masih merasa nyaman dipelukan pria itu, dengan niat yang ingin melihat kini memudar kembali jatuh kedalam pelukan.

Buaya itu berhenti tepat saat melihat mereka tiba dipemukiman. Ia pun melarikan diri jatuh kedalam laut. Dan yang lainnya melihat ini menghela nafas karena sudah merasa aman.

Namun bukannya menunggu, mereka menjatuhkan diri dengan cepat turun dari rumah yang masih terguncang itu. Kali ini mereka memang jatuh kedaratan. Namun rumah itu masih bergerak yang mengartikan bahwa tidak ada yang boleh turun sebelum rumah itu berhenti dengan tepat. Tapi siapa yang tahu, orang-orang yang melompat tadi mendarat dengan mantap, namun kehilangan nyawa mereka.

Dari kejauhan sudah terlihat sate manusia menancap dengan baiknya. Berdiri dengan tangan yang terjuntai dan tubuh yang sudah ditusuk oleh tusukan entah dari mana.

“Apa lagi ini?....tadi ranting pohon, kemudian buaya, sekarang apa itu?...kenapa duri sebesar itu sampai mampu membunuh semua orang dalam sekejap”

“Berhenti!...jangan langsung melompat, tunggu rumah ini berhenti dulu, jika kau melompat bukan dirinya yang selamat malah nyawamu yang melarat”

Mendengar itu, orang-orang yang berdiri disamping langsung kembali ke tengah. Tidak ingin turun, sambil menunggu sampai rumah itu benar-benar berhenti.

Meyla yang masih dalam pelukan tidak berniat untuk melihat pemandangan, namun tangan pria yang memeluk erat dirinya mengendur. Hingga Meyla tidak tega untuk tetap berdiam didalam pelukannya. Jadi dengan lembut Ia mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling.

Dipandangannya sekumpulan laki-laki yang tidak Ia kenali. Ia melihat pandangannya tertuju kepada pria yang juga memandangnya. “lah..bukannya seharusnya ia tidak melihatku” benak Meyla. Dan seperti duganya, saat melihat sisi yang berlawanan ada seorang gadis lagi. Yang ternyata bisa ditebak bahwa itu kekasihnya.

Meyla masih terdiam, melihat keluarganya dengan santai menikmati suasana. Sedangkan orang-orang tidak sabar ingin turun dan menikmati waktu istirahat.

Sisa sekitar dua ratus orang yang tersisa. Dan ruangan yang berdesak-desakan sedikit memberi celah. Di depannya pria yang masih dengan senang hati membiarkan tangan dan tubuh Meyla dekat dengannya. Karena saat ia bangun, yang dia angkat hanya kepala bukan tubuh, jadi tubuh depannya masih seperti merasa dipeluk pria didepannya.

Dengan cepat Meyla sadar dan mengerakkan tubuhnya untuk bangun. Karena kecerobohannya sedikit lagi Ia ingin jatuh dari rumah. Melihat itu Pria didepannya menangkapnya lagi dan memasukkannya dalam pelukannya.

Meyla masih merasa pusing karena tindakan cepat tadi, setelah agak sadar. Ia menyadari saat ini posisinya lagi-lagi dalam zona nyaman. Namun karena sudah tidak enak hati, Ia memaksa bangun keluar dari pelukkan. Melihat tingkah Meyla, pria itu tidak melarang dan tidak menolak, jadi Ia menuruti apa yang dilakukan Meyla.

Disisi lain orang tidak memperhatikan apa keadaan mereka, yang mereka inginkan adalah turun dan istirahat.

Tidak berapa lama, guncangan mulai menghilang dan perlahan rumah itu mulai mengurangi kecepatan mereka.

Hingga benar-benar sedikit lagi merasa bahwa rumah itu berhenti. Sekitar lebih dari sepuluh orang mulai turun dengan cepat tanpa memikirkan apa-apa. Orang lain menghentikan mereka, namun tidak ada yang mendengarkan. Bukan karena rumah masih belum berhenti namun mereka harus menunggu sampai rumah benar-benar tidak bergerak.

Tak berapa lama, sosok mereka menghilang dari pandangan dan masuk kedalam pendangan lain. Yang tidak lain mereka telah dianggap keluar dari pertandingan. Mereka terlihat bingung dan berusaha mengingat kejadian tadi, walau ingat mereka akan benar-benar lupa apa yang mereka alami. Tidak ada yang bisa membantu mereka. Karena kali ini mereka sudah benar-benar memasuki tahap ketiga.

Setelah rumah itu berhenti, Meyla sempat melirik kearah asal mereka. Benar saja rumah itu masih terhubung, namun tidak ada yang mencoba kembali dengan berlari kesana. Karena mereka akan benar-benar terpental jauh jika ingin kembali.

Setelah mereka turun. Sekitar lebih dari seratus orang.Mereka mulai merengangkan diri, membersihkan muka mereka. Meski saat ini tidak ada yang akan menghadapi siang hari. Karena pertandingan ini tidak menunjukkan adanya matahari. Jadi mereka hanya bisa menguatkan insting bahwa ini mungkin sudah jam sepuluh pagi.

Meyla masih duduk belum menurunkan diri. Karena melihat Ibu dan Ayahnya sudah dibawah dan menunggunya. Ia pun melompat tanpa pikir panjang. Dan dipikirannya dia menyadari bahwa melompat seperti ini akan membuatnya terlihat ceroboh, tapi siapa yang tahu pria yang didepannya lagi-lagi menangkap dan menurunkannya dengan perlahan dan lembut. Setelah itu ia pun berjalan meninggalkan Meyla.

Melihat hal itu, Meyla ingin berterimakasih, sayangnya semakin ia mengejar, pria didepannya menghilang dikerumunan. Kerumanan itu tidak lain adalah tempat pasar kecil yang dihadiri oleh berbagai orang. Dan para peserta tidak diwajibkan untuk berbelanja. Namun mungkin lapar sudah menghantui, perempuan dan pria yang lain berbelanja dengan cepat tanpa pikir panjang.

Meyla yang masih ingin mencari ditahan oleh Ayahnya. “Sudah..apa lagi yang ingin kau cari, Dia mungkin tidak akan ikut menyelesaikan tantangan, ayuk kita akan masuk lebih dahulu.”

Mendengar hal itu, Meyla menguburkan niatnya untuk mencari pria yang sudah berkali-kali melindunginya. Dengan menyusul langkah orang tuanya. Ia melangkah kearah rumah yang seperti tujuh tahun yang lalu. Tua dan penuh dengan tangga yang dipasang berjarak. Bukan karena tidak bisa memperbaiki. Tangga yang dipasang berjarak itu adalah jalan masuk kedalam dinding yang akan menjadi tantangan terakhir mereka.

Sebelum naik. Meyla melihat kebelakang. Tidak ada yang mengikuti mereka. Melihat ini ia sempat berpikir bahwa yang lain menyerah. Namun saat ia melihat kearah laut disisi lain sebelahnya. Ia melihat rumah yang sama sudah berenang dengan cepat. Disisi lain, para peserta yang membeli makanan memuntahkan apa yang mereka makan. Melihat ini, Meyla membuang muka dan menaiki tangga untuk melihat siapa kali ini yang menjadi pengawas menara ditahap akhir.

Para peserta yang berbelanja, memang menikmati makanan yang mereka beli. Namun siapa yang tahu, setelah mereka dinyatakan gugur. Mereka langsung melihat makanan ditangan mereka.

Yang tadi tampak seperti sate kini terlihat jari yang dipotong-potong. Yang tadi makan semangkuk mi, kini terlihat sebuah usus kecil yang dibumbui. Yang tadi minum, minuman segar. Kini terlihat gumpalan darah.

Siapa yang tidak muntah setelah menyadari apa yang mereka makan. Dengan cepat mereka langsung membersihkan diri ditepi air dengan hati-hati.

Terpopuler

Comments

Duyung kesayangan

Duyung kesayangan

Hallo kak
Salam kenal dari cinta berbeda keyakinan

2022-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!