_ Chapter 11_

...(Melangar aturan,Akhir kemenangan)...

-

Karena tidak ada yang ingin mencoba dan mempraktekkannya. Meyla pun melangkah lebih dulu. Dinding yang ia hadapi memang tidak pernah memberi nafas panjang.

Semua orang yang melihatnya juga tidak bisa diberi nafas lega. Mereka selalu berpikir negatif melihat Meyla melewati masing-masing dinding.

“Apa dia akan mati, seperti nyamuk”

“Bagaimana kalau dia tersangkut dan menjadi nyamuk”

“Kalau dia mati, bagaimana kita bisa lolos dari sini”

Meyla disisi lain, menikmati misi tersebut. Walau tubuhnya bergemetar. Ia tetap berusaha santai agar orang-orang yang memperhatikannya tidak takut untuk melangkah.

-

Setelah lolos di dinding pertama, Meyla sedikit menghela nafas panjang. Namun belum selesai nafas akhir terhembus, dinding dibelakangnya dengan cepat tertutup dan menghempaskannya kedinding terakhir. Membuatnya merasa bahwa dewi keberuntungan berada dipihaknya. Jadi ia tidak perlu lagi berenang melewati dinding kedua.

Tapi ada resiko yang harus ia terima. Kepalanya mengeluarkan cairan berwarna merah. Kepala Meyla terkena dasar dinding yang begitu kokoh dan bagian dahi kanannya terluka karena dasar dinding itu kasar.

Tidak ingin membuat orang takut, Meyla langsung menghapus jejak darah itu dengan tangan kirinya. Dan berenang melewati dinding ketiga yang sudah terbuka cukup lebar untuk tubuhnya.

Setelah ia merasa cukup jauh, Ia pun membalikkan badan untuk melihat orang-orang mengikutinya. Saat berbalik, yang ia dapatkan bahwa semua orang sudah berada dibelakangnya.

“Bagaimana kalian bisa lolos semudah ini?” kebingungan mulai menghantuinya lagi.

Semua orang pun kaget dengan ucapannya.“Apa maksudmu...kami hanya mengikuti apa yang kau suruh, dan lagi kami tidak ingin kau sendirian mengkorbankan dirimu lagi” salah satu orang membuka jawaban. Dan yang lain pun mengangguk.

Saat Meyla terdorong oleh tabrakkan dari dinding pertama. Orang-orang langsung khawatir. Mereka melihat dinding pertama terbuka, dengan cepat bergerak dan disusul di dinding kedua. Hingga mereka melihat Meyla yang dengan cepat berenang melewati dinding ketiga. Mereka yang melihat itu langsung bergerak juga. Tidak ingin ada korban lagi.

Setelah memahami semuanya,Meyla tersenyum dengan nafas lega. Ia merasa bahwa sekarang tidak ada lagi korban yang akan menghadapi kematian seperti terjepit, tertindih, masuk mesin pengiling dan sebagainya yang membuatmu ingin berhenti mengkonsumsi daging.

“Baiklah..sekarang kita tinggal menaiki tangga saja lagi” ucap Meyla yang dianggukkan oleh semua orang.

Enam orang yang tersisa merasa kagum. Menaiki tangga yang mungkin tidak bisa ditebak berapa anak tangga, yang pasti mereka masih didalam air dan masih bisa melangkah walau berasa diangkasa.

-

Air menetes diwajah kulit sawo mentah hampir masak itu. Dengan senyum menghiasi diwajahnya. Ia melangkah dengan anggun setelah melewati tangga terakhir. Orang-orang dibelakangnya juga menyusul dirinya.

Melihat seseorang berdiri didepan meja yang sudah tersedia seperti awal ia melihatnya. Dan seseorang yang duduk membelakanginya. Meyla sedikit curiga dengan Pria itu, namun kecurigaanya menghilang melihat Ayah dan Ibunya menunggu kedatangannya.

“Ibu...Ayah” Ucapnya lembut yang diberi dengan balasan senyuman.

Namun belum tiba didekat Meja, Meyla melirik Kaki kanan dan kirinya yang sudah ditancap dengan sebuah besi runcing. Mirip seperti jarum namun ukurannya lebih besar.

Darah mulai mengalir disela-sela kaki dan semua orang melihatnya mundur perlahan. Wajah Meyla pun sedikit memucat. Rasa sakit mulai datang dari kakinya. Ia belum pernah merasakan rasa tusukkan yang lebih dalam bahkan menembus kakinya.

“Apa..ini..?”Orang tuanya tetap tersenyum melihat dirinya. Tidak menolong atau memasang wajah khawatir. Disini semua orang merasakan hal aneh.

Meyla tidak ingin menunggu terlalu lama, jawaban semua orang, jadi ia mengangkat mengeluarkan kakinya yang tertusuk itu. Nyeri yang ia rasakan, dengan cepat ia lupakan. Dan melangkah kedepan untuk menangkap pria yang kini berdiri sambil membelakangi dan pergi perlahan.

“Kenapa kau pergi?...”tanya Meyla.

Pria itu hanya mengangguk dan kemudian mengeleng, seperti Pria itu tidak tega namun tidak bisa berbuat apa-apa untuknya.

Melihat itu, Meyla sudah menyatukan alisnya. Dengan refleks, tangan kanannya ingin meraih Pria itu. Namun lagi-lagi...

Jleb....

Tangan kanannya ditusuk dengan besi lagi, kali ini besi tersebut tidak tanggung-tanggung memberinya dua tusukkan. Meyla tidak tahan dengan hal itu, jadi ia langsung memetakkan air mata.

Sakit itu yang ia rasakan, belum lagi Orang Tuanya masih berdiri berdiam ditempat seperti biasa. Dengan senyuman manis mereka.

Orang-orang dibelakangnya langsung mendekat, namun tiba-tiba kaki mereka juga mendapat sebuah tusukkan. Dan Meyla langsung mengeleng untuk memberitahukan bahwa yang lain tidak perlu turun tangan.

“Apa yang terjadi, Ayah...Ibu...?” Kali ini suaranya sudah tidak bisa untuk tidak menjawab.

“Kau melanggar aturan Meyla” ucap Ayahnya. Meyla mengeleng.

“Kapan?..aturan apa yang ku langgar?”

Ibunya menjawab “Kau ingin membunuh dirimu sendiri”

Meyla melepas kerutan dialisnya. Lalu ia menaikkan suaranya. “Apa?....Apaa salahnya jika Aku ingin membunuh diriku sendiri...saat orang-orang memanfaatkan dan menghinaku...apa salah?”

Orang Tuanya hanya diam. Mereka mengalihkan percakapan, saat Pria yang membelakanginya pergi dari pandangan mereka.

“Putar kuncinya, dan kau yang akan memenangkannya”Meyla mengeleng.“Kenapa..putarlah Meyla, Ibu ingin kau memenangkannya”ucap Ibunya.

Meyla masih mengeleng. Namun tidak berapa lama, Meyla melihat jelas bahwa kini tubuh Orang Tuanya sudah tertusuk dengan besi yang menancam manis dan terlihat rapi.

Meyla langsung mengulurkan tangan satunya lagi. Dan jleb..... kini tangan kanan dan kirinya sudah tertusuk lebih dalam. Matanya tidak lagi mengeluarkan air jernih, kini mengeluarkan warna merah yang diiringi suara tangisan.

“hiks....hiks...hiks...Apa maksudnya ini Ibu..Ayah...peraturan yang ku langgar seharusnya khusus untukku, kenapa sekarang kalian seperti ini”

Ibu dan Ayahnya masih bisa bernafas meski sudah tidak bisa ditentukan. Mereka tersenyum dan berkata “Menangkahlah....”

Meyla mengeleng. Namun setelah melihat orang tuanya mengehembuskan nafas terakhir. Meyla langsung lesu ditempat. Ia tidak merasakan bahwa tubuhnya benar-benar berada diatas pijakkannya sendiri.

Dan setelah ia merasa bahwa apa yang ia lakukan sia-sia, sehingga dengan memberanikan bangun dan mengapai meja yang sudah sulit untuk digapai.

Hatinya masih sakit, namun ia tidak tega melihat yang lain juga ikut termasuk karena pelanggarannya dalam aturan. Jadi dengan menyeret tangannya untuk melebarkan luka tusukan itu. Dan mengapai kunci yang tertancam lalu memutarnya.

-

Air menyurut, dinding bersatu kembali. Semua menjadi ruangan yang lebar. Dipenuhi dengan cahaya lampu kuning yang menghiasi dengan penuh warna kebahagiaan. Dan semua Terowongan dengan lika liku yang ada, kini menjadi satu baris yang masing-masing menuliskan angka Terowongan itu sendiri.

Terlihat dari ujung terowongan terdapat sebuah rumah yang sama, yang tepatnya kendaraan mereka untuk tiba disini.

Kaki yang tertusuk itu pun kembali dengan menyatu dilantai. Namun bekas tusukan itu tidak hilang. Masih ada dikaki mereka.

Orang-Orang yang tersisa hanya Lima orang. Menatap Meyla yang sudah terdiam sambil meletakkan tubuhnya dimeja yang menghadap kearah Orang Tuanya sendiri.

Dengan menunduk mereka mendekati Meyla. Kaki, Tangannya sudah tidak ada lagi tusukkan, namun Tusukkan ditubuh Orang Tuanya masih ada.

“Neng...sabarlah”

“Jangan...takut”

“Neng...aku yakin, semua ini pasti hanya pertandingan biasa, kita bisa saja bertemu mereka lagi setelah kembali”

Mendengar hal itu, Meyla mengangkat wajahnya dan kemudian menatap kedua Orang Tuanya. Setelah lama memandang, Ia pun berdiri, dan membalikkan tubuh melihat sisa orang-orang yang berhasil bertahan diakhir.

Sambil sedikit memaksakan tersenyum, ia mengangguk dan menyetujui apa pilih orang-orang.

Sambil memendam harapan, Meyla pun kembali menenangkan diri dan menanam janji dihatinya.

“Akan ku cari...siapa orang yang membuat pertandingan yang tidak masuk akal ini....”

-

Empat Tahun Kemudian

Krringggg......krriiiinggggggg........krrriiiiinggggg

“WOYYY...BANGUN, KAU BAKAL TELAT LOH”

Seseorang menguncang tubuh yang tengah tertidur dengan pulas itu. Pakaian piyama santai dengan gambar beruang kutub dan kemudian di setiap sisi tubuhnya terdapat empat tidak, lima bantal termasuk bantal guling yang saat ini dipeluk.

Seseorang berteriak tadi, masih menguncang tubuhnya sampai sang pemilik tubuh kaget dan langsung duduk ditepat.

“Akhirnya....sang putri tidur terbangun..” Ia melihat seseorang yang terbangun itu masing bengong tidak memarahinya seperti biasanya.

“Kenapa...apa Putri tidur ini menunggu pangeran yang tampan menciumnya untuk bangun” Nadanya sedikit melecehkan.

Orang yang tertidur tadi pun memalingkan wajahnya dan melihat kearahnya.

“Kenapa...jangan memandangku seperti itu..Hei Meyla, kau sudah beberapa hari ini tidak keluar rumah, dan malah menghabiskan waktumu untuk tidur.sekarang bangun dan kita mencari pekerjaan....bagaimana kabar cita-cita mu yang ingin menjadi CEO sedangkan dirimu hanya tertidur diusia seperti ini”

“Berisik” Balasan Meyla yang kemudian bangun dan membersihkan kamarnya. Ia tidak menghiraukan orang yang disampingnya mulai melantungkan syair yang begitu panjang.

Setelah selesai, ia beralih kekamar mandi dan mandi dengan segera. Dan setelahnya Ia memakai Hoodie serta Celana hitam yang lebar dan kemudian beralih ke meja makan.

“hei....kau tidak mendengarkan ku bukan...hari ini kau yang memasak itu tugas mu”

Meyla menghela nafas dan mengambil dua bungkus Mie Goreng lalu mengambil dua butir telur dan memasaknya dengan waktu yang tidak lama.

Setelah semua tersaji, ia duduk dan makan bersama wanita yang banyak bicara didepannya. Sifatnya yang introvert sedangkan yang didepannya ekstrovert tidak akan pernah menyatu. Namun mereka tetap saja menerima kekurang masing-masing.

“Sudah selesaikan kau berbicara...sekarang aku ingin bertanya, bagaimana kabar ibu dan ayahku, di kota kita?” Tanyanya sambil membereskan piring-piring kotor.

“mereka baik-baik saja....ngomong-ngomong, Mey kenapa kau sekarang rajin menanyakan tentang kabar mereka?”

“Tidak apa..aku hanya ingin saja”

“ooh”

“Hei...Mey, jangan kau pecahkan lagi piring itu....aghhhh dasar tangan penghancur.............”

...****************...

...ENDS_BAGIAN 1...

*Buat yang mampir, terimakasih banyak ya...STMS masih akan berlanjut, jadi ditunggu bagian keduanya. untuk mengungkapkan kebenaran dari balik pertandingan yang ada.

sekali lagi terimakasih, dan jangan lupa tinggalkan like dan coment kalian😊

ig:@kim_hwa04*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!