...(Mati?)...
Setelah mereka sampai, Meyla kembali keposisi. Dan mengatur nafas, air juga makin naik, namun secara perlahan.
“Apa yang kau temukan?” Tanya seseorang kepada yang berteriak.
“Ini..lihat ada teka-teki disini, apakah ini penting?”ucapnya menunjuk kepingan puzzel yang berbentuk kotak dengan gambar angka diatasnya.
Puzzel itu tersusun secara acak dan lagi dari masing-masing puzzel terdapat dua belas angka. Semua orang menganggap itu mudah, jadi mereka pun menawarkan diri untuk menyelesaikannya.
Meyla dihampiri oleh seorang wanita yang menghampirinya lebih dahulu dan menyeretnya. “Apa kau baik-baik saja” ucapnya.
Meyla mengeleng. "Tiidak...kali ini tidak...”
“Kenapa?”
“Kau tahu....wanita yang menolongku dan berdebat denganku itu, dia mengkorbankan dirinya demi diriku” jelas Meyla.
Wanita itu mengerutkan alisnya. “Apa?....bukannya dirinya dibagian kedua, saat masuk secara bergantian dimisi kedua. Seharusnya dia sudah lama masuk dan menyusuri Terowongan, bagaimana kau berpikir kalau dirinya belum melewati misi kedua” ucap nya.
Meyla lagi-lagi dilanda banyak pertanyaan, Ia juga ingat kalau mendorong wanita itu. Namun saat terakhir, ia juga merasa kenapa wanita itu harus berada disebaliknya. Apa yang terjadi.
“Sudah jangan dipikirkan, sekarang misi kita disini, saat masuk bersama orangtuamu, kita tiba-tiba berpisah. Kami pikir kami akan berpisah darimu, tapi tak terduga kami bertemu denganmu lagi”
"Berpisah?...maksudnya”
“Saat Kau tidur, kami memutuskan untuk menentukan dua Terowongan itu, namun kau tiba-tiba terbangun dan menunjuk salah satu terowongan, dan yang kau tunjuk adalah Terowongan lompatan. Yang berarti kita hanya tinggal melewati misi ini untuk bisa sampai keTerowongan SERIBU”
Mendengar itu, Meyla merasa bingung. Dirinya memang tidur, dan lagi dirinya juga merasa bahwa ia digendong seseorang, namun yang membuatnya bingung kenapa ia bangun saat menentukan Terowongan, seperti sebelumnya.
“Rapi aku...”
Belum selesai ia berbicara, seseorang berteriak histeris.
“AAGGGHHHHHHHH!....”
Semua orang langsung pergi ke sumber suara, Meyla yang berdiri jauh kini mendekati kerumunan, Ia melihat tubuh seseorang ditekan dengan seribu tusukan kecil namun kasar.
Tusukkan itu tidak sepanjang dinding disamping mereka. Hanya beberapa saja, tempatnya di antara dinding penghalang. Dinding penghalang itu punya sebuah misi, misinya yaitu menyusun puzzel. Anehnya, puzzel yang disusun sudah tepat dan berurutan, namun dinding penghalangnya tidak terbuka. Dan memberikan sebuah hukuman karena kesalahan. Dengan dinding disamping, muncul besi seperti jarum, kecil, ramping tapi kasar dan berjumlah lebih dari ratusan, ia menusuk dan mencabik sampai membuat tubuhnya tidak lagi terlihat normal.
Meyla mengamati sekelilingnya, dan mendapati bahwa ada lagi lampu lalu lintas diatas dinding penghalang. Warnanya merah. Dan bisa dipastikan bahwa permainan ini memakan waktu.
“Jangan mendekat” ucap Meyla, langsung memperingatkan. Orang-orang pun menjauh dan memberinya ruang bebas untuk bergerak.
Setelah lampu kembali hijau, besi seperti jarum itu pun kembali kedinding, dan melepaskan diri dari tubuh Pria yang semangat tadi. Darahnya mengenang. Membuatmu ingin muntah ditempat. Dan lagi tubuhnya terlihat seperti habis diperas, layaknya buah.
Merasa aman, Meyla melangkah melewati pria yang sudah tak bernyawa. Ia melihat susunan puzzel pria yang menyusunnya. Lalu ia melihat lampu lalu lintas yang masih berwarna hijau.
Meyla kembali mundur dan berdiri ditempat semua berkumpul. Ia mengamati lagi. Dan setelah berapa lama, ia mengambil keputusan.
“Apa kalian pernah menyusun puzzel?” Tanyanya.
Sebagian mengelangkan kepala, sebagian mengangguk. Tapi wajah orang yang mengangguk itu sedikit ketakutan. Yeah siapa yang tidak takut, saat seseorang mati didepanmu yang baru saja memamerkan keahliannya.
Semuanya menunjukkan wajah yang mengatakan ‘Kami bisa, tapi kami juga sayang nyawa, jadi maaf kami tidak berani melangkah maju’
Meyla hanya menghela nafas, tidak ingin lagi menunggu dan menikmati tampilan warna merah yang muncul dan bau yang menyengat.
Ia menjelaskan. “Saat aku maju kedepan, tolong perhatikan lampu rambu lalu lintas itu. Dan jika warnanya kuning panggil diriku, aku akan langsung mundur. Selagi belum ada apa-apa jangan menganggu kosentrasiku”Semua orang mengangguk.
Meyla pun melangkah maju kedepan, ia telah tiba didepan susunan puzzel yang sekarang tinggal ia tebak seperti apa jawabannya. Disisi lain, orang-orang mulai jantungan, mereka memindahkan bola mata dengan cepat antara atas dan bawah. Melihat Meyla dan melihat Lampu tersebut berulang kali.
Hufh...huh...hufh.....huh “Baik...biar Aku amati, disini ada dua belas angka, dan ini sudah tersusun rapi. Lalu apa lagi yang kurang”
Meyla mengesar angka dua belas kekanan. Dan melihat reaksi dari dinding. Tidak ada reaksi sama sekali.
“Tidak bergerak, woke...sekarang akan ku pisahkan satu angka lagi” ucapnya kemudian melihat reaksi dari dinging, tidak ada apa-apa.
Mengeleng. “Sekarang, aku harus mengeser lagi” Terus berulang-ulang, sampai angka satu telah bergeser. Sisa satu ruang yang kosong. Meyla melihat situasi dinding, tidak ada reaksi. Dan melihat ke atas. Lampu rambu itu masih hijau.
Dengan menghadap kedepan lagi, ia mengamati kepingan puzzel yang membuatnya sedikit bingung.
“Apa aku harus menambahkan angka disini..atau aku harus tambahkan angka tiga belas, atau tambahkan angka nol...tidak...”Ia mengeluarkan susunan Puzzel, namun itu semua percuma.
“Ini tidak bisa terlepas, berarti Puzzelnya masih aman, dan memang hanya terdapat dua belas keping. Sekarang aku harus apa”
Meyla merenung. Sedangkan dibelakangnya melihat situasi. Mereka memang diam, namun kemudian melihat keatas. Mereka mendapati lampu berubah menjadi kuning. Dengan cepat mereka berteriak.
“NENG...LAMPUNNYA SUDAH BERWARNA KUNING, NENG AYUK KEMBALI”
“NENG KAU MENDENGAR KAMI?”
Meyla yang termenung, mengangkat kepalanya dan tangan yang menompang dagunya. Ia membelakkan mata karena mendapat sebuah ide cemerlang.Tepat orang-orang berteriak, Meyla menyususun ulang puzzel tersebut.
Mereka yang melihatnya, ingin pergi menolongnya. Bahkan sampai berteriak berkali-kali, sedangkan Meyla makin terhibur dengan kepingan puzzel.
Lampu mulai redup perlahan. Orang-orang tadi yang masih ingin menolong, terdiam ditempat. Ragu itu muncul dibenak mereka.
“Apa kita harus menolongnya?”
“Kenapa tidak”
“Lampunya sudah rebup, tinggal loncat kelampu merah, kau ingin dijadikan sate”
Semua orang mengeleng. Dan melihat Meyla didepan yang asik dengan susunan puzzel.
Puzzel itu makin cepat disusun oleh jari Meyla. Ia merasa bahwa sebentar lagi akan segera bisa melewati semua. Dari angka bawah yang kini mulai tersusun rapi, ia sudah dipertengahan jalan.
Semua orang resah, ragu-ragu ingin menolongnya. Mereka tidak ingin tubuh berdiam diri melihat seorang gadis yang sudah menyelamatkan mereka mati didepan matanya sendiri.Apa lagi menjadi seperti sate yang ditusuk-tusuk.
“Neng..cepat lari.....Neng..apa kau mendengar kami..”
“Neng...lampunya sudah redup, ayuk kemari neng...”
“Neng!!”
“Neng!!”
“Neng!!”
“Neng!!!”
Semua orang berteriak dengan lebih liar. Membuat Meyla sulit berkonsentrasi, dengan sedikit cangung ia hampir kebablasan menyusun puzzel. Kepingan itu mulai ketahap akhir. Dengan cepat tangannya menyusun dari urutan angka terakhir ke awal. Dari dua belas ke satu.
Susunan itu makin cepat ia urutkan. Dan orang dibelakangnya sudah tidak tahan lagi. Mereka ingin menolong Meyla walau harus menyakiti tubuh mereka.
DenganBrukkkkkk......
Lampu berwarna merah, semua orang terpejam, tidak sanggup melihat siapa pun yang tertusuk. Mereka tidak ingin bernafas sama sekali, tidak sanggup menahan diri.
“Apa yang kalian ributkan, kita telah berhasil membuka gerbangnya...lihat”ucap Seseorang.
Semua pun perlahan membuka mata, melihat dari celah jari-jari mereka. Melihat bahwa saat ini Meyla berdiri didalam Terowongan selanjutnya. Misi ketiga telah berhasil dilewati, dan semua orang pun gembira, dengan cepat menyambar ingin memeluk Meyla.
Hanya wanita yang berani memeluknya yang laki-laki mengucapkan selamat. Serta pria yang ingin menolongnya juga ikut senang. Sempat dibuat jantungan, mereka mengeluarkan nafas lega untuk keadaan yang tidak bisa dibayangkan.
“Syukurlah kau aman”
“Maaf membuat kalian kahwatir”ucap Meyla. Semua orang pun mengangguk, dan menariknya untuk melangkah dan melihat misi keempat mereka.
Meyla sempat senang, namun matanya tidak sengaja melirik kebelakang, dan Lagi-lagi ia melihat ada hal yang tidak wajar, yaitu Pria yang tertusuk oleh besi seperti jarum tidak ada disana, lantainya pun bersih tidak ada bekas darah.
-
“Sekarang kita sudah sampai... ini misi terakhir kita, dan didepan kita akan ada Terowongan Seribu”
Semua orang pun tersenyum riuh dengan bangga, mereka merasa bahagia. Sedangkan saat ini Meyla terdiam tidak bergeming.
“Ada yang aneh, kenapa air sekarang mulai naik?”tanya seseorang
Semua pun melihat kearah kaki mereka, dan mendapati genangan air yang kian cepat naik. Semua langsung kaget dan sedikit panik.
“Bagaimana ini bisa terjadi, apakah ada masalah dibelakang kita?” tanya Seseorang yang membuat semua orang menoleh kebelakang. Yang mereka lihat bahwa dinding tempat mereka masuk atau misi ketiga mereka mulai mendekat.
Lambat namun memberikan gambaran lain. Semua orang langsung berdiri didekat Meyla. Dan Meyla yang termenung, kembali sadar dengan kewarasannya. Ia langsung mengamati sekitar.
“Air.....dinding...misi ke empat, misi kali ini apakah memaksa kami untuk segera melewati mereka..aku tidak melihat jelas dari awal tentang misi ini..sekarang ini membuatku merasa aneh” benaknya.
Meyla melirik ke misi terakhir. Dinding itu tidak ada rambu, tidak ada tanda-tanda semua tantangan. Hanya dinding polos biasa.
Meyla mendekatinya. Melihat dan merasakan. Ia mencari setiap celahnya dan memeriksa siapa tahu ada yang bisa memberinya petunjuk. Namun tidak ada petunjuk sama sekali. Semua orang melihat dirinya berharap lebih padanya. Tatapan mereka membuat Meyla kebingungan, ia merasa sedikit bersalah.
Disatu sisi Ia masih harus mencari jawaban dari semua Terowongan yang ada, disisi lain ia harus menyelamatkan orang yang bersamanya. Niat dari awal tidak ingin menolong siapa pun, namun sekarang beralih menolak niat awalnya.
“Apa yang harus ku lakukan, Apa aku harus memahami lagi keadaan disini...aku benar-benar kesulitan mencari petunjuk” benaknya.
Karena merasa gagal, Meyla maju untuk pergi kedinding yang makin mendekat. Jaraknya masih jauh, tapi jantung semua orang bisa didengar dengan keras. Mereka ingin mengatakan ‘Apakah..dinding ini akan membunuh kita?’
Meyla membuang muka untuk menangapi wajah mereka yang seperti itu. Ia lagi-lagi fokus mengamati keadaan. Benar-benar sulit baginya memahami semua teka-teki yang diberikan. Apa lagi dihatinya ada banyak pertanyaan.
“Neng...apakah kau sudah mendapat ide untuk bisa kita lewati misi ini?” seseorang bertanya.
Meyla mengeleng. “Belum...bagaimana kalau kalian membantuku, aku ingin mengamati sekeliling, tapi Terowongan ini panjang, jadi perlu waktu untuk ku sendiri...jadi...”belum selesai ia menjelaskan maksudnya. Semua orang sudah mengangguk dan menjawab “Seharusnya kami membalas bantuanmu, sekarang ini adalah saatnya kami membalasnya, semua yang kau lakukan demi diri kami, sekarang kita hadapi bersama”
Meyla melihat ini sangat bahagia, sehingga ia pun kembali fokus. Namun saat ingin mengembalikan dirinya, ia melihat beberapa orang menatapnya dengan tatapan seperti mengamati dirinya.
Melihat ini ia memiringkan kepala untuk memahami situasi, saat mata mereka saling bertemu, beberapa orang tadi itu pun langsung kembali membantu dan bergerak dengan cepat.
-
Setelah lima belas menit kemudian, semua orang berkumpul. Air sudah sampai pingang mereka. Dan lagi dinding yang bergerak perlahan itu kini mulai mendekat.
Wajah semua orang mulai panik, bingung, dan cemas. Dinding sudah mulai mendekat. Mereka masih belum menemukan apa-apa.Meyla yang selalu tenang. Kini memasang wajah cemas. Beban diwajahnya mulai terlihat dengan cepat. Ia masih tidak memahami teka-teki yang harus ia hadapi.
“Neng...tidak perlu cemas, kami semua tahu, saat ini kau pasti memikirkan keadaan kami bukan?” ucap Seorang pria yang seusia Pamannya.
Seseorang menyambung. “Benar..jangan terlalu dipikirkan, kita bisa menghadapinya bersama”
Belum sempat tenang dari perkataan orang-orang. Suara menantang dari dinding yang menjadi misi selanjutnya, ada seseorang berdiri dengan suara yang kasar “Kalian ingin mati bersama?...Apa itu yang kalian maksud?”
Melihat bahwa disampingnya ada dua wanita,dan dua pria, bisa dimengerti bahwa empat orang itu dari awal tidak banyak bicara dan mereka adalah orang yang mengamati Meyla.
Semua melihat kearah mereka. Dinding dibelakang makin mendekat, sedangkan saat ini suasana menegang.
“Apa maksudmu?...dia sudah membantu kita” ucap seseorang.
“Membantu?..tidak-tidak...coba kau pikir lagi..” ucap seorang wanita.
Disisi lain sudah ada yang menyela omongannya. “Apa maksudmu, saat keadaan genting, semua orang berlagak menyalahkan yang lain. Bukannya kalian juga ikut serta saat dirinya mendapat kemenangan. Apa sekarang ini balasan kalian?”
Mendengar ini Meyla merasa hatinya sangat tenang.
Wanita yang menentang itu pun menjawab “Kami?...tunggu sejak kapan kami setuju mengikutinya. Lagian dari awal semua sudah tahu, bahwa tidak ada yang bisa berkerja sama, kau pikir keluar dari semua Misi, nyawa kalian akan aman?”
Seseorang yang membelanya menjawab lagi. “Sungguh...ini yang namanya kacang lupa kulit. Sudah dikasih bantuan, lupa asalnya. Kau sungguh tidak tahu namanya terimakasih. Apa Orang tua mu tidak malu?”
“Orang Tua?...tunggu, kau saja tidak berterimakasih padanya?...apa ada yang mendengar dia berterimakasih?”
Semua orang ragu-ragu menjawab.
Meyla disisi lain, tidak menghiraukan lagi, kali ini ia tidak ingin ada petumpahan darah lagi. Apa lagi isi perutnya sudah sampai tenggorokan yang siap kapan saja ia muntahkan. Tak sanggup menghadapi darah, potongan daging dan berbagai hal lainnya.
Saat orang lain lagi berdebat. Meyla lagi-lagi mengamati sekeliling.
“Air sudah naik sampai dada, sekarang dinding itu hanya tinggal beberapa jam lagi akan menabrak kami, apa kali ini Aku tidak bisa menyelesaikan misi” benaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments