SERIBU TEROWONGAN MENGUBAH SEGALANYA
...(Pendaftaran, Awal Tantangan Dimulai)...
-
“Kau tahu, saat misi sudah selesai, kita tidak akan bisa mengingat kejadian ini lagi, sampai musim atau keadaan yang sama kembali lagi.”
“Benar kah?..."
"Tujuh tahun yang lalu hanya lima orang saja yang berangkat, bagaimana mereka bisa kembali dengan selamat, dan bahkan tidak ada yang ingin menceritakannya. Mungkin karena itu mereka tidak mengingat kejadian yang mereka lalui.”
“Tidak hanya itu, saat mereka berangkat, banyak tantangan yang harus mereka lalui, selain itu hanya satu orang diantara mereka yang menjadi pengawasnya. Sungguh beruntung.”
“Beruntung sekali dirinya sampai jadi pengawas menara itu, sungguh itu hal yang langka.”
“Iya sangat langka, sampai cerita ini tidak menjamin apakah itu betul atau tidak.”
“Jangan pikirkan tentang itu, lagian kita akan membuktikannya sendiri.”
"Kau benar.”
Sebuah rumah tua dengan lebar yang bisa menampung empat truk serta bagian belakang rumah itu tidak beratap karena dibagian belakang adalah kunci keberangkatan.
Seorang gadis masuk dengan menghormati orang yang duduk didalam rumah itu. Sekitar seribu orang yang sudah berdesak-desakan didalam rumah. Ia memilih untuk duduk dibagian belakang rumah dengan menghadapi sinar matahari yang begitu terik.
Duduk membelakangi laut menghadap kedarat. Semua orang saling berguman masalah tentang ini dan itu, tentang fakta dan fiksi. Ada yang menyatakan pertarungan ini akan menjadi sebuah tantangan hidup bahkan ada yang terdiam ditempat karena takut.
Syarat ikut dalam pertarungan ini adalah harus berani, tidak boleh takut, jika kau takut maka tidak ada kesempatan untuk menghadapi tantangan berikutnya.
Dengan duduk terdiam ditempat sambil menunduk. Seorang pria didepannya memunggunginya sambil mundur perlahan-lahan seperti sengaja melakukan hal itu. Gadis itu tidak mengangkat kepalanya. Ia tetap menunduk dan menahan pria didepannya yang sudah mulai mendekat.
Namun tidak berapa lama, hadir seorang pria entah dari mana menengahi diantara mereka. Ia menghadap kedepan gadis itu, dengan pakaian santai, celana santai dengan kulit berwarna putih cerah. Gadis didepannya tidak mengangkat atau melihat wajahnya. Hanya sampai leher putih dengan adem apel yang seperti sedang menelan ludahnya, naik turun dengan perlahan.
Orang yang merasa dicegah itupun langsung berdiam tidak berbicara dan menghentikan tingkahnya. Semua orang yang hadir mengenakan pakaian santai, karena yang mereka hadapi nanti bukan daratan, melainkan laut dengan kedalaman yang membuatmu ingin mencari daratan secepatnya.
Gadis itu pun tenang karena pria didepannya juga tidak ada niat apapun, ia diam seperti menunggu pertandingan dimulai. Gadis itu melihat sekeliling, disekelilingnya ada keluarganya, Ayah, Ibu, Bibi, dan dua Pamannya yang ikut bersama, selain itu Bibinya juga membawa anak perempuan yang berusia sekitar empat tahun lebih. Melihat ini orang-orang akan mengira bahwa ibunya sengaja membunuh anak sendiri, tapi dipandangan gadis ini anak umur empat tahun itu kemungkinan adalah pengawas menara yang mengawasi mereka ditahap pertama.
-
“Namaku, Meyla. Usiaku baru tujuh belas tahun. Dengan tinggi yang sekitar seratus enam puluh. aku mengikuti pertandingain seribu terowongan yang diadakan disamping rumahku sendiri. Alasan diriku mengikuti ini bukan karena aku menginginkan hadiah yang diberikan, melainkan mimpi yang menyuruhku ikut. Ini adalah kedua kalinya aku mengikuti pertadingan seribu terowongan. Pertandingan pertama bersama orang tuaku dan bibi serta pamanku. Sekarang kami mengikuti lagi, namun kali ini pamanku yang lain juga ikut, serta anaknya.” Benak gadis yang kembali menundukkan kepalanya.
Syarat pertandingan dimulai adalah memperkenalkan diri serta alasan ikut dalam pertandingan. Kebanyakkan orang akan mengatakan “aku mengikuti ini karena ingin menyelamatkan kota”,Perkataaan itu memang menakjubkan namun sistem dan pengawas menara tidak buta atau tuli, mereka bisa mengetahui isi hatimu bahkan pikiran kotor. Jadi jika sudah ada niat lain dari awal, maka kau akan tertinggal dibelakang.
Semua orang duduk terdiam, tidak ada yang bergeming saat suara lonceng datang dari belakang mereka. Dengan sedikit menenangkan diri, Meyla mengangkat wajahnya melihat diujung pandangan mereka melesat mundur dengan kecepatan yang luar biasa. Pria didepannya tetap tidak Ia lirik, menurutnya privasi masing-masing bahkan wajah mereka tidak perlu diingat karena pada dasarnya mereka semua akan saling melupakan.
Melihat mereka mundur tanpa berjalan, berarti pertandingan sudah dimulai, dan semua orang pun berpegang teguh pada diri mereka, karena pada dasarnya tidak ada yang akan tahu kapan mereka bakal mati ditempat.
-
Tujuh tahun yang lalu.
“Maahhhh...aku ikut ya, kali ini aja, aku pengen ikut Mah” Ucap gadis berusia sepuluh tahun dengan wajah yang masih polos.
“Tidak boleh, ini berbahaya, hanya kita yang bisa melakukannya”
“Tapi Mah...aku benar-benar ingin ikut”
Seorang pria yang lebih tinggi sudah duduk diteras dengan menyilangkan kakinya. Mengangkat wajahnya dan berkata “Biarkan saja dia ikut, lagian kita hanya berlima. Tidak akan ada pertumpahan darah.” Ia adalah Ayah Meyla. Ibu Meyla mendengar ini hanya terdiam dan menyuruh Meyla untuk duduk ikut dengan mereka. Sedangkan Bibi dan Paman-nya juga ikut duduk dibelakangan mereka.
Dengan wuusssssssh...rumah itu bergerak cepat melesat melalui celah didepan rumah orang-orang. Melewati celah rumah Ia melesat dengan cepat hingga membuat orang-orang berpikir kalau mereka tidak perlu naik kereta jika berpergian.
Menyeberangi laut yang luas, mereka duduk hingga sekitar tiga jam untuk mendapati bahwa dari kejauhan mereka telah melihat sebuah pemukiman yang damai ditepi laut.
“Lihat...itu adalah tempat pemberhentian pertama, sebelum turun, jangan menyentuh apapun, jika kau menyentuhnya kalian akan keluar dari pertandingan. Mengerti?”
“Mengerti”
Dengan serempak menjawab. Mereka mulai mengalami guncangan yang kuat saat mendekati pemukiman, kali ini pemukiman terlihat tenang, damai, bahkan tidak membuat mereka risih dengan kedatangan rumah yang terbang begitu saja. Rumah yang mereka tumpangi hanya bisa diisikan dua buah motor yang pasti akan mudah hancur jika ditabrak oleh truk atau ombak laut.
Namun dengan menjalankan pertandingan, tidak ada yang melihat mereka, atau menghiraukan keadaaan mereka, saat mereka memutuskan untuk keluar maka mereka bisa melihat kedatangan orang yang tidak dikenal. Sedangkan yang masih mengikuti akan tetap tidak terlihat.
Dengan ciiiitttt rumah kecil itu berhenti didepan sebuah rumah yang kini makin kecil, rumah itu adalah tantangan ketiga mereka.
-
Meyla yang tadi melamun saat mengingat kejadian tujuh tahun, yang sudah terlupakan dan tidak bisa diingat, kini kembali muncul diotaknya dengan gambaran yang jelas.
“Dulu...sangat mudah melewati dua tantangan yang ini. Jelas pertandingan seribu terowongan hanya memiliki tiga tantangan, namun dulu kenapa sangat mudah bagi kami untuk melalui, apa jangan-jangan kami memang terpilih. Dan sekarang yang ikut....”
Meyla melihat kesamping dan sedikit mengangkat kepala, melihat dengan sedikit memiringkan kepalanya. Ia mendapati bahwa mereka masih didaratan belum tiba dilautan. Bukan itu yang membuatnya terkejut, seribu orang yang ikut dalam pertandingan, sekitar tiga ratus lebih tertinggal didepan mereka. Dipandangan Meyla, orang-orang yang tertinggal itu melampaikan tangan dan juga ada yang mengejar berusaha untuk bisa menyusul.
Saat ini bagian belakang rumah masih mundur dengan kecepatan yang tidak bisa diperkirakan. Namun yang pasti mereka masih berada didaratan belum menyentuh laut yang dalam dan mematikan.
Melihat lagi disekelilingnya, seseorang mulai saling mengenggam seperti takut kehilangan apa pun dan berharap bantuan orang lain.
“Tidak ada yang akan berhasil jika saling mengharapkan bantuan” benak Meyla.
Tak perlu waktu lama, sekitar delapan ratus orang mulai berdiri dan saling mengeluarkan perkataan tajam mereka, mencaci dan berusaha untuk menyingirkan orang lain. Karena saat ini tantangan kedua dihadapi oleh mereka.
Tantangan pertama sangat lah gampang dan mudah. Karena kalian hanya harus kuat dengan niat untuk menyelamatkan kota tanpa berpikir yang lain, jadi kalian akan mudah mengikuti dan lolos tantangan pertama.
Meyla sempat melihat pria yang menganggunya tadi menghilang, sepertinya dirinya tidak lolos ditahap pertama.
“Minggir, biar Aku yang dibagian akhir”
“enak saja...Aku yang harus dibagian akhir”
“Kau pikir dirimu siapa?..berani menentangku, Aku yang pergi lebih dulu..sana”Pria dengan tubuh sedikit besar mendorong pria yang menghalangi jalannya.
Dengan jleb, sebuah ranting menusuk keperut Pria itu. Mengeluarkan semburan darah hingga langsung memutihkan bola matanya. Orang yang melihat ini ada yang sampai mual, ada yang pura-pura tidak perduli. Dan ada yang takut untuk bergerak.
Rumah itu terus bergerak. Dan yang mereka lewati masih daratan dengan pepohonan yang lebat. Rating terlihat seperti silet yang siap merobek tubuh.
Seseorang penasaran dan mengulurkan tangannya untuk memastikan itu hanya sebuah bayangan. Dengan tangan kiri terulur tepatnya duduk didepan Meyla setelah laki-laki didepannya. Dengan sreeet tangan kirinya terseret kedepan dengan cepat. Tidak hanya itu orangnya juga ikut terseret dengan cepat kedepan. Hingga membawa sekitar tujuh orang untuk mengikutinya.
Lagi-lagi delapan ratus orang dengan sedikit waktu berkurang perlahan. Meyla yang menonton ini hanya menghela nafas sambil tetap tenang dan melihat kearah orangtuanya yang duduk disamping dengan mata tertutup.
Sedangkan anak usia empat tahun itu tersenyum sambil tertidur.
“Sungguh malang, tantangan kali ini lebih sulit dari waktu pertama kali aku mengikuti pertandingan ini.”benak Meyla.
Sepasang kekasih sambil berpelukan erat ditengah mereka. Mereka sedikit menangis dan saling menenangkan. “Aku takut...seharusnya kita tidak ikut..lihat...lihat..hiks..hiks.”
Pria yang memeluknya berbicara. “Tenanglah ini tidak lama”
Mendengar perkataan itu, semua orang tahu bahwa tidak mungkin saat ini mereka bisa melewati tantangan kedua, karena mereka masih berada didaratan yang tidak henti-henti mengambil korban.
Sisi kanan sudah banyak jejak darah yang berceceran. Bahkan ada yang sampai terdiam dan dengan keseimbangan yang hilang Ia malah memiringkan tubuhnya yang kemudian dipotong oleh ranting dibagian kepala. Kepala itu terpental dan berguling sampai kemudian jatuh dari lantai rumah.
Sedangkan tubuhnya sudah dicabik-cabik oleh ranting lain yang menyusul.Baik dirimu duduk dikiri dan kanan akan ada saja kematian. Semua orang beralih ketengah untuk menghindari ranting yang seperti silet. Sedangkan yang lain sekitar dua puluh orang termasuk keluarga Meyla dan dirinya serta pria didepannya tetap diam tidak bergeming.
Orang-orang yang merasa sesak ditengah langsung saling mendorong. “Sana.....Aku yang duluan disini”
“Kenapa kau yang jadi marah, Kau tidak lihat,jika Kami duduk disamping, Kami akan dibunuh dengan ranting-ranting itu”
Gadis yang berkelahi ini sambil berdiri. Mereka berdebat dengan saling mempertahankan argumen.
“Sungguh....lihat Mereka, Mereka tidak kenapa-napa tuh, padahal mereka duduk disamping bahkan lebih dari kalian..kenapa kalian jadi takut”
“Kami bukan takut, Kami hanya ingin mengurangi darah yang sudah tersebar kemana-mana”
“Penjelasan yang tidak logis....sudahlah, bilang saja Kalian takut. Padahal sudah diperingatkan dari awal, kalau Kalian tidak berani...jangan coba-coba ikuti”
“Kau.....”
Seseorang pria menghentikan mereka dengan keributan yang tidak kunjung selesai. yang lain pun juga tidak bisa menahan diri. Sehingga sedikit dari mereka menjauh dan membiarkan yang lain untuk menempati posisi mereka kembali. Memberikan kelongaran yang luas.
Sekitar tujuh ratus orang masih berkumpul. Dengan pakaian yang terlihat tidak enak dipandang. Ada yang berlumur darah, ada yang menahan diri untuk tidak muntah. Dan yang tetap tidak bergeming adalah keluarga Meyla dan pria didepannya.
“Meyla...apa kau baik-baik saja” tanya Ibu Meyla sambil melihat kearahnya. Kedua orang tua Meyla dari tadi sebelum memulai pertandingan mereka menutup mata. Kini setelah pertandingan memasuki tahap kedua mereka membuka mata. Mereka tidak terkejut dengan penampilan yang ada.Sedangkan Meyla sedikit menahan hatinya agar tidak takut.
Dengan mengelengkan kepalanya tanpa melihat. Orang tuanya sudah tahu. Dan ini menjadi pengalaman pertamanya. Tidak berapa lama, Bibi dibelakangnya duduk sebelah kanannya dengan sedikit kebelakang. Mengajaknya berbincang pelan.
“Ini pengalaman pertamamu bukan”
“Iya”
“Baguslah, jangan takut tidak akan ada yang terjadi dengan kita”
“Bibi kau terlalu yakin”
“hehe...”
“Siapa tahu Bibi yang selanjutnya” sambil tersenyum. Kedua Paman dibelakangnya memelototi dirinya untuk menegur Meyla yang kelewatan dalam berbicara.
Meyla yang menyadari ini langsung kembali menunduk dan tidak lagi berbicara.
Dengan menikmati perjalanan yang masih tidak menginjak laut. Ia melirik pria didepannya yang tidak bergerak bahkan berbicara sedikit pun. Tangannya sambil mengepal diantara lututnya dan lagi melihat kulit yang putih itu membuat Meyla memundurkan kedua tangannya karena kulitnya tidak seputih mereka.
Disisi lain lagi-lagi korban berdatangan. Karena banyak melihat adegan yang membuatmu tidak sanggup lagi. Mereka memutuskan untuk melompat turun dari lantai karena masih melihat daratan.
“Cepat!...Cepat!”
“Tunggu aku juga ikut!”
“Aggghhh!....”
“Awas!!!!!!!”
Melihat ini wajah yang lain. Duduk dengan tenang mereka menunjukkan wajah dengan mengatakan bahwa ‘Tidak ada gunanya kau melompat sekarang, seharusnya kau lari kedepan dan kalau bisa kau berniat untuk mengundurkan diri’ sayangnya itu tidak ada dalam benak mereka. Para pria dan wanita berurutan turun dengan melompat. Tapi saat ingin mendarat, bukan tanah yang menyambut mereka, melainkan sebuah mulut yang sudah mengangga dengan memperlihatkan gigi tajam mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Yeonso
Semngat terus thorr dalam berkarya!!
klau berkenan boleh dong mampir, hehe.
2022-09-01
1
tintakering
mengerikan banyak jatuh korban
2022-08-20
2