Bagian 2
...(Artis?)...
Octa yang merasa bahwa suasana sudah kembali normal, Ia memanggil pelayan yang ada didekat mereka, untuk memesan makanan.
“Apa yang ingin Kakak-Kakak cantik ini pesan?” tanya seorang waiter.
Merasa bahwa panggilan itu khusus untuk mereka, Octa dan Ina pun duduk dengan menegakkan tubuh mereka. Sambil memberikan senyum balasan kepada Waiter yang akan menulis pesanan mereka.Meyla yang melihat ini hanya memasang wajah cueknya.
“hmm...Kakak ini ingin memesan larva cake and milk coffice”Ucap Octa sambil menunjuk buku menu didepannya.
“Kalau Aku, hmm spaggeti dan juice manggo ya”ucap Ina yang tidak ingin kalah.
Meyla melirik menu makanan didepannya, kemudian melirik dua orang yang berlagak seperti anak muda. Octa yang merupakan mahasiswa sebenarnya juga memiliki seorang tunangan. Sedangkan Ina yang sudah bersuami. Jadi Meyla ingin mengoda dua orang yang menganggu Waiter sampai tersipu malu karena mereka.
“Ehem....Tante-tanteku, kalian yakin ingin memesan itu?”Tanyanya sambil memasang wajah penuh senyuman.
Waiter yang tadi tersipu malu, kini kembali terdiam tidak lagi tersenyum. Melihat hal itu Meyla menatap Waiter tersebut sambil memberikan tatapan yang mengatakan kau ini masih muda dan masa depan masih bisa diraih, jangan sampai berakhir ditangan tante-tante ini.
Waiter yang melihat itu sedikit menunduk dan mengangguk.
Disisi meja lain, ada aura yang memanas. Seperti seseorang tidak suka melihat hal itu.
-
“Sudah-sudah...Mey, kapan kau akan memesan makananmu?”Tanya Ina yang merasa suasana ingin terhibur kini merasa tercembur kedalam ejekkan keponakkannya.
“hmm...aku mau...”Belum selesai Meyla menyebutkan pesanannya, Waiter itu langsung memotong omongannya.
“pesanan Nona Mey, adalah Cake full coklat dan secangkir coklat susu” Waiter itu tersenyum manis.
Meyla mendengar apa yang disebutkan mengangguk. Karena pesanannya ini memang tidak akan pernah berubah. Kecuali orang lain yang mengubah pola makanannya itu.
Octa yang sudah bosan dengan hal itu, ingin memesan makanan lain, namun mengingat bahwa yang membayar semuanya ini tidak lain adalah Meyla sendiri. Jadi ia mengundurkan niatnya.
Waiter yang sudah menerima pesanan, berpamitan untuk mengambil makanan tersebut dan meninggalkan pelangan mereka yang setia mampir ke restoran.
“Ngomong-ngomong, Gimana perusahaanmu Mey?”Tanya Ina.
Meyla yang tadi sibuk memandang seorang pria didepannya, walau meja mereka berbeda. Namun Meyla seperti merasa familiar dengan pria itu. Kalau Waiter itu tidak berdiri disana, Meyla tidak menyadari pria tersebut. Kini setelah kepergian Waiter tadi, Pria itu tampak dan lagi duduknya seperti sedang menahan sesuatu.
“Mey...”lambaian datang didepan mata Meyla. Suara panggilan pun berhasil mengalihkan perhatiannya.
“Eh...maaf Ina, kenapa?”Tanyanya setelah berhasil keluar dari lamunan.
“Kenapa kau bengong, aku bertanya. Bagaimana keadaan perusahaanmu?”
“Perusahaanku baik-baik saja kok..”jawabnya yang kemudian mendapati Pria diseberangnya itu berdiri lalu pergi keluar restoran. Meyla ingin melihat wajahnya, namun lagi-lagi Waiter pengantar makanan itu menghalangi pandangannya.
-
Seseorang menghampiri meja mereka. Untungnya saat ini makanan sudah habis dimakan, jadi mereka tidak merasa terganggu.
“Maaf menganggu Nona-Nona” seorang Pria berpakaian hitam berdiri disamping Meyla. Menyapa lalu kemudian ia memberikan sebuah kertas putih yang terlihat begitu bersih.
“Saya, ingin mengetahui nama-nama Nona yang ada dimeja ini”Ucapnya lembut.
Meyla yang mendengarnya langsung teringat tunangannya yang juga memiliki suara lembut.
“Kenapa?...ini data pribadi kami, apa itu memang penting?”Tanya Ina. Pria berpakaian serba hitam itu mengeleng.
Octa dan Ina saling memandang, dan kemudian mereka melihat Meyla yang juga memandang mereka. Dengan mengangguk mereka saling tersenyum.
“Ini mungkin data pelanggan tetap, siapa tahu dapat diskon” benak Octa dan Ina. Meyla hanya terdiam melihat wajah antusias dari Tante-Tante mudanya itu.
“Jadi bagaimana?..”tanya Pria berpakaian hitam lagi.
“Baiklah...kalau begitu, anda saja yang menulisnya” Ucap Octa sambil mendorong kertas putih dengan pulpen diatasnya.
“Kenalin, Aku Octavia”
“Kalau Aku, Ina santia”
“Dan yang didepan kami ini, dia Meyla”Sambil mengangguk, Meyla tersenyum. Pria yang menulis nama mereka sedikit terkejut.
“Kenapa?”Tanya Octa.
“Maaf..nama Nona-Nona disini sangat unik...seperti nama Artis” Pria berpakaian hitam menampakkan sederet gigi putih untuk memuji nama-nama mereka.
Mendengar hal itu, orang-orang yang berada di restoran tersebut juga sedikit kaget.
“Artis?” mereka berguman dan berpikir gumangan itu tidak terdengar di telinga tiga gadis yang sedang jadi bahan tatapan.
“Hehehe..anda berlebihan”ucap Octa.
“Maaf membuat kalian tidak nyaman. Kalau begitu terimakasih atas waktu luang Nona, saya undur diri..permisi”
Pria tersebut membungkuk lalu kemudian pergi dengan langkah lebarnya. Sedangkan Octa,Ina dan Meyla memutuskan untuk mengakhiri makan malam.
“Baiklah....permisi” panggil Octa, untuk memanggil Waiter yang membawakan beberapa alat transfer antar bank. Dan juga terdapat catatan makanan yang sudah tertera harganya.
“Ini...”ucapnya yang menyerahkan kertas putih bertulisan angka yang harus ia bayar.
“Baiklah..ini Aku bayar cash” ucap Meyla.Setelah melakukan itu semua. Mereka pun keluar dari Restoran mewah itu. Dugaan Meyla bahwa mereka akan makan di pinggir jalan ternyata sia-sia.
-
Dikamar seseorang tengah menghamburkan pakaiannya. Mencari dan terus mencari. Kemarin malam karena kecapean Meyla tertidur lebih cepat dari biasanya.
Kali ini dirinya sudah bangun jam sembilan pagi, dan ditambah dirinya disibukkan dengan mencari kartu yang sama seperti milik Ina.
“Kenapa aku belum menemukannya. Ini sudah piyama terakhirku” sambil mengaruk kepalanya, tampak wajah frustasi.
Tok..tok
“Nyonya muda, apakah Anda sudah bangun?”Tanya seorang kepala pelayan.
“Ah..iya Bibi, ini aku sudah bangun kok. Ada apa ya Bi?”Tanya Meyla sambil merapikan pakaian yang sudah terhambur diseluruh ruangan kamarnya.
“Nona Octa datang berkunjung Nyonya muda” ucap seseorang diseberang pintu.
Meyla yang tadi masih berada didalam kamar, membuka pintu kamarnya. Dan menyapa kepala pelayan rumahnya itu.
“Ah Bibi, bilang ke Octa untuk datang kekamarku saja...oh ya, Bibi piyama yang ku pakai kemarin, apakah sudah kering?”
“Iya Nyonya, saya menaruhnya di belakang”
“Ah...bisa tolong diambilkan, ada yang ingin saya cari Bibi”
“Nyonya Muda mencari apa?...mungkin saya bisa bantu”
“hmm...karena kemarin Bibi yang mencucinya, apa Bibi menemukan sesuatu diPiyamaku?”
“Kalau saya ingat Nyonya muda, saya menemukan kartu ini” menyerahkan kartu yang bertulisan Seribu Terowongan.
Meyla tidak menyangka, dirinya sudah susah payah mencari kesana kemari, bahkan kamarnya sekarang jadi kapal pecah. Untungnya kartu itu masih ada, dan yang menyimpannya Kepala Pelayan yang sangat dekat dengannya.
“Terimakasih Bibi...akhirnya Aku menemukannya”
“Emang kenapa Nyonya Muda?” Bibi kepala pelayan itu bertanya.
“Tidak apa-apa, ah iya..Bibi kasih tahu Octa menunggu ku dibawah saja, aku akan turun sebentar lagi”
“Tapi tadi Nyonya bilang”’
“Ah tidak jadi Bibi, aku akan mandi sebentar, dan turun sambil sarapan”
“Baik akan saya sampaikan”
“Terimakasih Bibi”
-
“Kenapa kau lama sekali sih, katanya sebentar” tanya Octa yang tengah duduk diruang tamu.
Meyla meliriknya sebentar, lalu beralih untuk mengambil sarapannya.
“Sudah..jangan pagi-pagi memberi salju dirumah ini, dingin tahu” Octa memang tahu bahwa keponakkannya ini hanya bersikap manja kepada Kepala Pelayan. Sedangkan disisi lain sikap Dinginnya tidak mengotak untuk bisa ditebak.
Kadang ia akan menjadi cuek sepanjang hari, kadang ia akan menjadi orang introvert yang menyembunyikan keberadaannya dari orang-orang. Dan bisa-bisa besoknya ia akan menjadi orang yang keluar dari sarangnya.
“Apa kau mendapat ini” Octa menunjukkan kartu yang sama seperti milik Ina.
Melihat hal itu, mata Meyla berkilat, ia kemudian mengeluarkan kartu yang sama didepan Octa.
“Jadi kau sudah menemukannya”Meyla mengangguk.
Pelayan yang ada disana sedikit senang melihat interaksi dari Nyonya mereka. Karena jarang sekali Nyonya mereka ini keluar rumah kecuali ada urusan kantor dan sebagainya. Kadang urusan kantor ia kerjakan dirumah. Melihat bahwa Nyonya ada sedikit kehidupan diwajahnya, mereka juga ikut bahagia.
“Mari kita lihat angka berapa yang kita dapat”ucap Octa.
Meyla mengangguk, ia kemudian membuka lapisan kartu yang ia dapatkan.
“Aku dapat angka 81” ucap Octa.
“Aku dapat 82” mereka berdua pun memandang kartu yang tertulis angka itu. Sambil menimang-nimang entah kenapa Meyla merasa sakit kepala yang tiba-tiba.
Mengerutkan alisnya, ia menyentuh jidatnya.
“Ada apa denganmu?”Tanya Octa yang melihat perubahan wajah Meyla.
“Tidak..tidak ada apa-apa”Mendapat jawaban seperti itu Octa mempercayai apa yang dikatakan keponakkannya. Mereka pun menyantap kembali sarapan yang sudah disiapkan para pelayan.
-
Kruk..kruk...kruk
“Ina tadi menelpon, ia akan datang kesini” ucap Octa yang menutup panggilan. Lalu beralih untuk melihat keponakkannya itu makan cemilan yang kelima kalinya.
“Ooh...” sambil mengemil, Meyla menyaksikan anime yang sempat buming pada masanya.
“Kira-kira kartu itu digunakan apa ya?” tanya Octa sambil ikut bergabung menonton.
“Aku tidak tahu, yang pasti mungkin itu akan berguna nanti”
“Kau benar”
Tidak berapa lama mereka menunggu, pelayan rumah membawa seorang tamu. Yang tidak lain adalah Ina sang Tante muda.
“Hah...ternyata rumah ini lebih nyaman dari rumahku” ucapnya sambil ikut bergabung dengan keponakkannya serta Octa yang ada disana.
“Ooh ya...Aku sempat mengambil ini, mumpung bertepatan saat mau masuk, sekalian aja aku ambil” jelasnya.
Sebuah surat entah dari mana, namun disana tertulis dari sang pengirim.
“Seribu Terowongan” Ucap Meyla sambil membuka surat tersebut.
“Apa katanya?”Tanya Octa.Meyla membacakan dengan suara yang agak tinggi agar bisa didengar.
...----------------...
...Salam kepada para peserta...
...Bagaimana, apa semua kartu yang kalian dapatkan sudah dibuka?, kalau sudah,maka bisa dipastikan bahwa angka yang kalian dapatkan adalah angka urut kalian, jadi kami sebagai petugas pertandingan, mengundang kalian untuk hadir di aula besar kota XX yang akan diadakan pada hari sabtu ini....
...Kami harap para peserta bisa hadir dalam acara pertandingan Seribu Terowongan. Sekian Terimakasih...
^^^^^^ST^^^^^^
...----------------...
“Wow...jadi Seribu Terowongan ini adalah sebuah pertandingan” ucap Ina dengan suara penuh semangat.
“Sangat disayangkan...apa kita bisa pergi ke kampung dari jadwal yang ada, kan terlalu padat” ucap Meyla.
“Maksudmu, Kau sibuk, bukannya selama ini tugasmu sudah ringan.. Mey jangan berpura-pura sibuk” ucap Octa yang menyadari bahwa keponakkannya ini sebenarnya selalu punya waktu luang. Hanya saja dirinya mengurung diri didalam rumah, jadi orang-orang mengira ia sedang sibuk.
“Hehehe...” Meyla hanya bisa tertawa dengan membuang muka.
“Sudahlah...gimana kalau kita berangkat besok, biar bisa ketemu ama ibu dan ayahmu, bukannya kau selalu merindukan mereka” ucap Ina.
“Nah bener tuh..” Octa menyetujui keputusan itu, dan Meyla hanya bisa mengikuti.
Surat yang masih ia pegang, dirinya melirik setiap bait kata, dan ada perasaan familiar dengan surat itu, seakan-akan dirinya pernah menerima surat seperti itu. Namun, ia tidak tahu kapan dan dimana ia pernah menerimanya.
“Bagaimana Aku nginap disini, jadi engak repot-repot menjemputku” ucap Ina yang sudah memiliki gambaran kebahagian diwajahnya.
Melihat tante muda begitu antusias, Octa dan Meyla saling memandang.
“TIDAK!..KAU HARUS MENJAGA ANAKMU!” ucap mereka bersamaan, yang langsung membuat mimpi indah Ina retak seketika.
“Ayooo........kalian ini masa tidak pernah bisa melihat orang lain senang dengan tenang sih” ucapnya sambil cemberut.
“Kau ini....semua orang tahu bahwa kau sedang merawat anak yang masih balita itu...” ucap Octa sambil memasang wajah serius.
“Baiklah..kalau begitu kalian jemput Aku pas sudah dikota XX aja ya, biar berangkatnya bareng. Aku akan berangkat dengan suami dan anakku” Octa dan Meyla setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ina.
Setelah beberapa keputusan, dan merunding tentang pertandigan yang mereka ikuti beberapa hari lagi.
-
Seperti apa yang direncanakan, mereka benar-benar berangkat sesuai apa yang sudah ditetapkan. Kali ini perjalanan mereka tidak terbebani. Apa lagi Meyla terlihat begitu tenang bahkan terlihat beban diwajahnya sedikit berkurang.
Melihat disekelilingnya, Kota kelahirannya masih sangat indah, ada pepohonan dan gunung-gunung yang masih terjaga. Untungnya Kota ini lebih melindungi kelestarian alam dan melestarikannya.
“Lihat...itu gedungnya” ucap Ina yang melihat salah satu gedung tinggi, walau tidak sangat tinggi seperti gedung umumnya. Gedung dengan bertulisan ST ini terbilang besar. Apa lagi banyak sekali orang yang berlalu untuk memasuki gedung tersebut.
“Apa kita termasuk orang yang telat?” Tanya Octa yang memarkirkan mobilnya, ya saat ini mereka seperti orang terlambat, karena melihat perempuan dan laki-laki sedang berburu-buru masuk kedalam gedung.
Meyla hanya mengeleng. Karena saat ini tidak ada yang tahu jam berapa mereka disuruh datang, yang pasti mereka hanya tahu bahkan mereka datang dihari sabtu seperti tulisan Surat itu. Dan untuk masalah jam, mereka menentukan sendiri.
Ini memang masih terbilang pagi, karena mereka berangkat jam tujuh dari rumah dan datang jam delapan. Tapi entah kenapa orang-orang disini menampilkan gerakan tergesa-gesa.
Karena merasa tidak enak hanya melihat, Meyla, Octa dan Ina pun melangkah masuk kedalam Gedung yang didalamnya benar-benar tidak bisa dibayangkan oleh otak dan mata mereka.
Terdapat dinding yang terlihat seperti kayu, terdapat pilar yang terbuat dari tiang kayu dan perabotan lainya. Ditengah-tengahnya seseorang berdiri sambil mengenakan pakaian hitam dan putih, ia mengenakan penutup mata yang berbentuk bundar namun itu terlihat seperti orang yang menyelengarakan acara.
Mereka bertiga bahkan tidak berkedip melihat gedung besar ini. Sungguh langka orang yang mendirikan Gedung dengan tema alam seperti ini. Ada tamanan yang begitu indahnya dan beberapa kupu-kupu yang diterbangkan bebas. Melirik keatas, mereka mendapati banyak celah untuk kupu-kupu keluar bermain. Mereka tidak dikurung melainkan dibebaskan. Seperti bisa berkunjung kapanpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments