"Hubungan kita hanya sebatas berbagi kehangatan ranjang, aku harap Tuan tidak mencampuri sedikit pun urusanku." tegas Asha menyeka buliran bening yang tadinya meluncur.
"Bukankah aku belum menyentuhmu?" balas Usan menyeringai.
"Kamu menginginkannya? Kapan pun kamu menginginkannya, aku siap!" seru Asha.
"Sayangnya suasana hatiku tidak baik bila melihat seorang wanita menangis," tolak Usan beralasan.
"Kalau begitu, kamu sudah boleh pergi," usir Asha segera bangkit menuju balkon. Memejamkan mata sambil menikmati angin malam yang menyapu kulit wajahnya, hingga mampu membuat dingin wajah yang sebelumnya terasa panas, akibat menangis seharian. Usan juga ikut ke balkon, dia juga turut melakukan ritual persis seperti yang Asha lakukan, yaitu menghirup dan menikmati angin dingin malam untuk menenangkan pikiran.
"Kalau aku tidak mau?" tanya Usan masih memejamkan mata.
Mendengar respon Usan, Asha menyudahi ritualnya, dia menatap Usan yang wajahnya terlihat semakin tampan di bawah cahaya rembulan yang remang-remang menyinari. Dagu dan hidung lancip itu mengukir indah bayangannya malam itu.
"Terima kasih karena kamu sudah banyak membantuku di masa lalu, terima kasih juga karena sudah menemaniku hari ini, terima kasih untuk semua bantuanmu. Semua itu akan aku bayar dengan kehangatan tubuhku, untuk itu aku berharap tidak akan pernah ada ketergantungan akan hal lainnya selain urusan ranjang," tegas Asha tapi Usan mengabaikannya.
"Kamu semurahan itu?" sahut Usan terlihat begitu besar kekecewaan di raut wajahnya yang tampan.
"Tentu saja mahal, bukanlah kamu membayarku mahal?" Asha menjawab dengan begitu tenangnya,l seakan kematian Sang Nenek sudah benar-benar dia lupakan hanya dalam hitungan jam.
"Sekarang sudah saatnya kamu pulang, aku tidak suka ada laki-laki di malam kematian Nenekku," kembali Asha mengusir Usan.
"Aku tidak akan pergi meninggalkanmu sendirian," timpal Usan keukeuh.
Asha memutar bola mata jengah kala mendengar respon Usan. "Jangan jatuh cinta padaku," hardik Asha yang mulai merasakan dinginnya angin malam.
"Sayangnya aku memang sudah jatuh cinta padamu," tutur Usan dengan santainya, membuat Asha menatap Usan dengan alis yang berkerut.
Asha merasa cukup kaget dengan pengakuan Usan yang terlalu gamblang dan cepat. Tapi, mengingat siapa pria yang berdiri di sampingnya, Asha pun tak terlalu percaya dengan apa yang Usan utarakan. Cassonava seperti Usan mana mungkin hanya bisa bertahan dengan satu wanita.
Mana mungkin seorang Cassanova seperti Usan dapat memegang teguh perkataannya. Asha yakin bahwa dirinya bukanlah wanita satu-satunya yang pernah Usan ucapakan kata cinta. Beberapa detik kemudian, barulah Asha bisa mengendalikan diri.
"Sepertinya kamu sudah terjerat oleh jeratan yang kamu pasang sendiri. Aku khawatir setelah ini kamu akan memberikanku status, karena kalau iya, maka kamu adalah orang kesekian yang aku olak," imbuh Asha kali ini mampu membuat Usan menatapnya dalam. Usan kaget karena Asha tahu bahwa dia memang sengaja ingin menjeratnya tanpa status, walau ada perasaan cinta sekalipun.
"Sudah jatuh cinta, tentu saja aku sudah terjerat. Untuk itu, aku akan menjeratmu juga, bukankah seru kalau kita bisa sama-sama saling terjerat?" sahut Usan masih dengan seringai menyeramkan.
Jangan mimpi!
Malam itu, Usan pun tidur di rumah Asha, Usan tidur di ruang tamu sedangkan Asha di kamar Neneknya. Mulai saat itu, Usan berjanji tidak akan menyakiti Asha, juga tidak akan menyentuh Asha sebelum berhasil mejerat lagi Asha dan membuat Asha mencintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ummu Khodijah
t
2022-05-22
2
*~W¥^ Al~*
good..
sentuhlah bila sudah halal ya babang..
2022-05-14
3
Puteri Siliwangi
smga cpt di halalin😊❤️
2022-05-13
2