Keesokan paginya. Sesuai permintaan Daddy Lolan, Usan terpaksa harus mengantar Adiknya yaitu Arra untuk pergi ke kampus. Setelah itu, barulah Usan berangkat ke kantor. Mengantar si bawel Arra adalah hal yang paling menyebalkan bagi Usan, karena letak kampus Arra menuntut ilmu berlawanan arah dengan perusahaan.
Bukan hanya itu saja, selama mengantar Arra, Usan juga harus siap mendengar curhatan Arra yang selalu menceritakan hal yang sama, yaitu cerita tentang sahabatnya yang jatuh cinta kepada Kakaknya sendiri. Gadis manja yang sudah berusia dua puluh tahun itu, biasanya berangkat ke kampus dengan diantar oleh Simone, kakak tertua mereka.
Namun, karena Sang Kakak tengah beristirahat total untuk memulihkan kakinya, maka kedepannya Usan-lah yang harus mengantar Arra. Daddy Lolan sama sekali tidak mengizinkan Sang Putri di antar oleh orang lain, selain Simone, Usan dan dirinya sendiri. Arra adalah Putri yang begitu berharga baginya, hingga tak ingin membuat Sang putri berada dalam sebuah masalah apalagi bahaya.
"Oh iya, Kak. Temanku yang menyukai Kakaknya sendiri itu sangat—"
"Temanmu itu adalah kamu sendiri bukan?, dan Kakaknya itu adalah Kak Simone," potong Usan membuat Arra membulatkan matanya sempurna, karena saking kagetnya dengan peryataan Sang Kakak yang mengetahui rahasia terbesar dalam hidupnya.
"Sejak kapan Kak Usan tahu?" tanya Arra dengan bibir bergemeretak gugup. Detak jantung Arra berdetak lebih kencang, suhu tubuhnya tiba-tiba memanas, tapi kedua telapak tangan dan kakinya malah terasa dingin. Arra semakin bergetar tubuhnya, dia juga merasa kekurangan oksigen hingga napasnya menjadi tak teratur.
Usan tak menjawab dan memilih tetap fokus pada kemudinya. "Hiks ..." tangis Arra membuat Usan mengumpat dalam hati.
"Apalagi? Kalau kamu benar-benar mencintai Kak Simone, ya nikahi saja dia, nyatakan perasaanmu kepadanya dan tanya bagaimana perasaan dia kepadamu. Begitu saja kenapa harus dipersulit," sahut Usan geram dengan tingkah Sang Adik yang tetap cengeng meski sudah duduk di bangku perkuliahan.
"Kakak bagaimana, sih? Malah mengajariku hal yang tidak benar, walau menikah sedarah di Negera kita dilegalkan. Tetap saja Mommy dan Daddy tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi kepada keluarga kita," jelas Arra menyeka kasar air matanya, kemudian mendengus untuk menyatakan kegalauannya.
"Ya sudah, pendam saja sendiri perasaanmu," jawaban asal Usan lagi-lagi membuat kesal Sang Adik.
"Kak Usan tidak mengerti bagaiamana perasaanku. Aku juga ingin melupakan dan memendam perasaan ini. Tapi, semakin dilupakan dan semakin dipendam, rasa cintaku semakin besar, Kak. Apa yang harus aku lakukan, Kak Usan?" Usan menghembuskan napasnya kasar.
Sesungguhnya Usan sangat membenci Kakaknya yaitu Simone, karena kedua orang tuanya selalu membandingkan-bandingkan dirinya dengan Sang Kakak. Bahkan, mereka terus memaksa dan menyuruh Usan untuk menjadi seperti Simone, seorang laki-laki hebat, cerdas, dan mampu membawa TB Grup semakin di kenal di kancah internasional.
Tidak seperti dirinya, yang bisanya hanya menyusahkan. Meski punya IQ yang sebanding dengan Sang Kakak, tapi Usan bukanlah pria rajin seperti Simone. Jika Simone hanya menghabiskan waktunya untuk berkutat dengan buku-buku pelajaran. Maka Usan menghabiskan waktunya hanya untuk berkutat dengan pistol-pistolnya yang canggih, karena menembak adalah hobi dan keahliannya bahkan sejak masih di dalam perut Sang Mommy.
Meski begitu membenci Sang Kakak, tapi Usan tak pernah sekali pun mengabaikan Kakaknya itu. Karena Usan sadar, masalahnya bukanlah karena kesalahan Kakaknya. Tapi, karena kesalahannya sendiri yang tak ingin belajar dan hanya mementingkan bermain-main.
Namun, di satu sisi Usan juga menyalahkan Daddynya, di mana Sang Daddy tak pernah melihat dan memandang betapa hebat dirinya dalam bidang yang dia geluti. Betapa hebatnya dia ketika dinobatkan sebagai penembak jitu yang handal. Jelas dirinya juga punya kelebihan yang bahkan tidak dimiliki orang lain. Namun, apa bisa dikata, kedua orangtuanya tidak menyukai apa yang kini dia lakukan.
Untuk itulah Usan berubah menjadi pria kejam dan tak berbelas kasihan. Dia menjadi ketua di Gangsternya, menjadi Cassanova yang terus berburu gadis gadis hangat. Bahkan, Usan juga bersumpah untuk tidak akan pernah menikah. Hidupnya seakan hancur, tapi Usan tak ingin menyalahkan siapa pun. Dia hanya ingin hidup sesuai kemauannya sendiri, tapi tetap menghormati dan menyayangi orang-orang di sekitarnya, terutama anggota keluarganya.
Untuk masalah Sang Adik yaitu Arra, Usan juga khawatir. Walau mereka tinggal di negara yang melegalkan cinta sedarah, tapi tidak mungkin kedua orangtuanya akan merestui. Tapi, Usan tetap berusaha mengerti akan perasaan Adiknya.
Malahan dia merasa kasihan kepada Arra, bagaiamana pun Usan ingin yang terbaik untuk Adik kesayangannya. Usan akui kalau Simone adalah pria yang tepat untuk Arra. Namun, cinta keduanya terhalang restu juga terhalang darah yang sama.
"Hapus air matamu dan turunlah. Kita sudah sampai di kampus," usir Usan.
"Kak Usan jahat!" sentak Arra langsung turun dari mobil Sang Kakak.
Setelah memastikan Arra telah masuk perlataran sekolah dengan aman, barulah Usan memutar kembali arah jalannya untuk menuju perusahaan. Jika tadi Usan membawa mobil dengan kecepatan sedang, maka kini Usan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Dengan cepat mobilnya melesat di jalan raya yang cukup ramai. Bak aktor laga di film-film Action, Usan berbelok-belok melewati setiap mobil yang menghadap jalannya. Tak berselang lama, Usan pun tiba di perlataran parkir perusahaan TB Grup di mana kini dirinya menjabat sebagai CEO sekaligus sebegai salah pewarisnya.
"Tuan, Nona Asha sudah menunggu Tuan cukup lama di ruangan," lapor Sekretaris Evan menyambut kedatangan Tuannya.
"Benarkah? Kenapa tidak menghubungiku?"
"Karena saya tahu Tuan sedang mengantar Nona Arra," balas Sekretaris Evan.
"Lantas, apa gunanya melapor sekarang?" bentak Usan melangkah lebar menuju kantornya.
"Karena Tuan pasti akan merah bila saya tidak melapor," sahut Sekretaris Evan dan Usan pun langsung masuk ke dalam ruangannya dengan terburu-buru.
"Selamat pagi, Tuan Usan," sambut Asha berdiri dari sofa tempatnya semula duduk.
"Kamu datang sendiri menemuiku, apakah sudah tak sabar ingin melihatku?" balas Usan percaya diri.
"Hem, Tuan benar. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Tuan Usan," jawab Asha semakin mendekat dan mengikis jarak hingga berada begitu dekat.
"Mulutmu ini benar-benar semanis madu."
"Tuan ingin merasakannya?"
*
*
*
Simone Atlemose (Simone)
Harra Atlemose (Arra)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🥀
belum tau doi, kalau simone anak angkat. ups😀 aku yakin nikah sama simone nanti Ara. jadi gak sabar🤤
2023-07-29
0
Dede Dahlia
tenang kalau menikah sama simone ga apa² kalian kan ga sedarah simone anak angkat momy sama dady kamu.
2022-10-20
0
Fairuz Aurelia
yg jadi visual pemeran dlm novel mu ini artis negara Mane si Thor yg pria tampanx minta ampunnn,,,yg cewek cantik kyk barbie
2022-07-18
0