"Sekarang lakukan tugasmu!" seru Usan langsung merebahkan tubuhnya. Sesuai permintaan sebelumnya, Usan ingin Asha sendiri yang bermain-main di atas tubuhnya.
Asha terdiam, kini dia kembali harus berperang melawan keraguannya. Namun, seketika Asha yakin, setelah mengingat Nenek yang membutuhkannya dan juga kematian Sang Ibu yang harus dia selidiki. Saat mengingat semua itu, tiba-tiba saja keberanian yang begitu besar berkobar bak api yang menyala. Tanpa Asha sadari, kini dirinya sudah berada di atas tubuh Usan.
Asha mendekat pada wajah rupawan Usan, mengikis jarak, kemudian menempelkan bibirnya pada bibir tipis Usan. Entah apa yang merasukinya hingga dapat melakukan hal itu dengan baik walau kaku, Asha mencium bibir itu dengan perlahan menuruti instingnya.
Usan pun tak tinggal diam, dia membuat cela agar Asha membuka mulutnya. Ketika itu terjadi, Usan langsung mengusai rongga mulut Asha dengan brutalnya, membuat Asha kaget sekaligus pasrah. Usan tak kunjung merasa puas mencari kehangatan di dalam sana, hingga Asha berontak karena hampir kehabisan napas.
Tak tahan dengan hasrat yang terus menggelora, Usan membalikan badan Asha secepat kilat. Hingga kini, dialah yang berada di atas tubuh Asha dan menguasai permainan. "Karena aku menyukai kehangatan yang kamu miliki, maka akulah yang akan melakukannya," tutur Usan kembali meraup kehangatan di rongga mulut Asha, membuat Asha menggila karena Usan terus bermain-main disetiap titik sensitif di tubuhnya.
Setengah jam berlalu, Asha pun kaget ketika tubuhnya dan Usan sama-sama telah polos sempurna, entah sejak kapan Usan melucuti gaunnya, Asha tak mengingatnya jelas. seketika Asha mengalihkan pandangannya—kala tak sengaja melihat benda gagah yang berdiri tegap seakan siap mengoyak tubuhnya.
Asha memejamkan matanya erat ketika benda keras itu mulai menyatu dengan tubuhnya dan mengoyak harta paling berharga yang selama ini dia jaga. Walau sakit luar biasa yang Asha rasakan, tapi Asha berusaha sekuat tenaga menahan dan memastikan tidak ada setetes pun air mata kesedihan apa lagi penyesalan yang mengalir dari kedua sudut matanya.
Permainan Usan semakin brutal, entah sudah berapa kali pria itu membuat tubuh Asha bergetar hebat. Tapi, dia tak semenit pun membiarkan Asha beristirahat, dia terus bermain brutal tanpa memikirkan Asha yang benar-benar telah kehabisan tenaga.
Walau tubuhnya terasa seperti diremuk-remukkan, Asha tak peduli, dia tetap menahan semua itu demi uang dua ratus juta yang akan mengubah takdirnya ke depan. Setelah ini, Asha pastikan tidak ada satu pun orang yang dapat merendahkan apalagi menyakitinya. Asha pastikan kalau malam ini adalah penderitaan terakhir dalam hidupnya.
Rasa sakit ini, tidak akan pernah aku lupakan.
Asha kemudian menutup matanya di kala rasa ngantuk tak dapat lagi ditahan. Sedangkan Usan, masih terus memuaskan hasratnya walau Asha sudah kehilangan kesadaran.
***
Usan terus memperhatikan gerak-gerik Asha dari layar monitor cctvnya, yang memperlihat Asha terbangun dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Wanita seksi penuh kehangatan yang candu itu, tampak menengadahkan wajahnya ke atas seakan ingin memasukan kembali air mata yang mengalir. "Dia menyesal," gumam Usan pelan.
Melihat Asha bangkit dengan tubuh polosnya, tubuh bagian bawah Usan tiba-tiba bangkit kembali. Entah magnet jenis apa yang ada pada tubuh Asha hingga dapat menarik dan membuat Usan menginginkan tubuh itu lagi dan lagi.
Meksi hasratnya kembali berkobar, tapi Usan berusaha menahannya. Usan memegang dadanya yang berdebar tak beraturan, melihat Asha yang terjatuh ke lantai, membuatnya merasa sakit di hatinya. Usan ingin pergi, berlari menuju wanita yang rapuh itu dan menuntunnya untuk bangkit. Ketahuilah, ini adalah pertama kalinya Usan merasa kasihan kepada seseorang.
"Evan, tambahkan uang 100 juta lagi untuk wanita yang ada di hotelku. Pastikan juga dia pulang ke rumahnya dengan selamat. Satu lagi, ingat alamat rumahnya karena aku masih menginginkannya," titah Usan pada Sekretaris Evan.
"Baik, Tuan."
Beberapa jam kemudian, Sekretaris Evan pun kembali ke ruangan Tuannya untuk melaporkan tugas yang baru saja dia jalani.
"Tuan, Nona Asha tidak mau menerima bonus pemberian Tuan." lapornya.
"Kenapa?"
"Nona bilang dia tidak ingin menerima belas kasihan. Dia hanya menjual dan Tuan membeli sesuai harga, Nona tidak ingin terikat budi jasa. Jadi, dia menolak."
"Menarik."
***
Tiga tahun kemudian.
Malam itu, Usan berangkat ke club Blue Sea, untuk menemui sahabatnya yaitu Xean. Tiba di sana, seperti biasa Usan langsung menuju ruangan khusus di mana Xean berada.
"Akhirnya kau datang juga, kau benar-benar akan rugi kalau tidak datang malam ini," sambut Xean yang berprofesi sebagai seorang Dokter. Tapi, dia sangat membenci profesi yang menurutnya adalah kutukan turun temurun itu. Tak heran, bila dia adalah Dokter yang selalu berulah.
Lihatlah bagaimana penampilannya, mana ada seorang Dokter dipenuhi tato di sekujur tubuhnya, tapi orang-orang sudah tak lagi heran, karena itulah keunikannya. Meski selalu membuat masalah dan bekerja sesuka hati, tapi dia adalah Dokter terbaik di rumah sakit milik Daddynya.
Dia selalu berhasil melakukan operasi tingkat tersulit sekali pun, dialah Dokter Xean, Dokter tertampan dan terhebat, namun sayangnya dia adalah seorang playboy cap buaya.
"Ada apa?" tanya Usan langsung duduk di hadapan Xean yang kini dikelilingi oleh wanita-wanita cantik yang hanya mengenakan bra dan juga cd.
"Masuklah ke kamar, aku sudah menyiapkan wanita yang juga memiliki ranjang terhangat dan pastinya dia juga masih bersegel," tutur Xean sambil meneguk anggur yang disuapkan kepadanya.
"Ini adalah wanita ke-seribu yang kau katakan penuh kehangatan. Tapi, tidak ada satu pun yang bisa menandingi kehangatan yang akan dapatkan tiga tahun lalu."
"Aku pastikan kali ini berbeda karena yang kali ini benar-benar masih perawan, tubuhnya juga sangat seksi persis seperti gadis yang kau ceritakan. Aku yakin kau akan mendapatkan kehangatan ranjang seperti tiga tahun lalu, coba saja dulu."
Mendengar ucapan Xean yang begitu meyakinkan, Usan pun melangkahkan kakinya menuju sebuah kamar khusus yang ada di ruangan itu. Usan berharap wanita ke-seribu ini benar-benar mampu membuatnya mendapatkan kehangatan seperti tiga tahun lalu. Jika tidak, maka Usan tidak akan menyerah mencari di mana keberadaan gadis pemilik ranjang terhangatnya.
Masuk ke dalam kamar, Usan langsung disuguhkan pemandangan indah seorang wanita tanpa busana yang terbaring menggoda di atas ranjang. Melihat itu, seketika jiwa kelelakian Usan bangkit, Usan naik ke atas ranjang sambil menatap menginginkan perempuan yang kini mengusap rahangnya berusaha menggoda.
"Benar masih perawan?" pertanyaan tiga tahun lalu kembali Usan utarakan.
"Coba Tuan rasakan," wanita penggoda itu mengambil tangan Usan, lalu menuntunnya untuk merasakan inti di bawah sana.
"Sempit bukan?" tanyanya dengan raut wajah khas wanita penggoda.
"Lakukan tugasmu!" seru Usan merebahkan tubuhnya secepat kilat. Wanita bayaran itu pun langsung melakukan tugasnya. Usan merasa wanita itu begitu ahli, tapi tetap saja Usan tidak merasakan kehangatan seperti dulu. Apa yang dilakukan oleh wanita itu, tak mampu membuatnya menggila, hanya ada nafsu seperti biasanya.
Lolan menikmati ketika wanita mulai melakukan inti kegiatan dan benar saja ada darah tanda keperawanan. Tapi, Usan bukanlah laki-laki yang dapat dibohongi dengan begitu mudah. Tentu dia tahu bagaimana rasa asli dan palsu.
Hanya sekali pelepasan, Usan langsung menyingkirkan wanita itu menjauh dari tubuhnya. Usan bangkit dan memasang kembali pakaiannya dengan cepat.
"Kenapa, Tuan? Apa pelayanan saya kurang memuaskan?" Meski begitu, saya adalah gadis perawan, Tuan harus memberikan saya kompensasi yang besar," cerca wanita bayaran itu tak terima.
"Aku tak suka wanita palsu, kau tulis saja berapa pun yang kau mau," balas Usan melemperkan sebuah cek kepada wanita itu, wanita itu tersenyum puas. Dengan uang yang akan dia minta, dia dapat melakukan operasi berpuluh-puluh kali lagi dan dia sama sekali tidak akan rugi.
"Usan, kau mau ke mana?" tanya Xean kecewa karena kembali gagal menemukan wanita yang diinginkan oleh sahabatnya itu. Usan mengabaikan pertanyaan Xean. Usan tetap melaju pergi.
Sudah tiga tahun, Xean maupun Usan tak kunjung menemukan keberadaan wanita yang dicari. Wanita ke-seribu ini gagal dan itu artinya, Xean harus menelan kenyataan pahit bahwa dirinya benar-benar telah kalah dalam pertaruhan ini.
Itu artinya, Xean akan terus menjalani hidup sebagai seorang Dokter hingga nanti dia menemukan wanita yang juga mampu membuatnya menggila, bila berhasil menemukan jodoh yang sesungguhnya, maka hukuman pertaruhannya dan Usan barulah akan dapat dicabut.
***
Keesokan paginya, seperti biasa Usan dihadapkan dengan berbagai macam dokumen yang perlu dia baca, analisis, lalu tanda tangani.
"Aku bisa gila melihat benda ini. Evan!" panggil Usan berteriak.
"Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sekretaris Evan sopan.
"Kau saja yang urus benda menyebalkan ini," Usan memilih bersandar di kursi kebesarannya sambil memejamkan matanya lelah.
"Baik, Tuan. Akan saya laksanakan, tapi untuk saat ini juga Tuan harus pergi ke ruang meeting untuk bertemu dengan partner kerja kita yang baru," tutur Sekretaris Evan memerintah.
"Sial! Kapan dunia menyebalkan ini akan berakhir!" kesal Usan, tapi dia tetap melangkah pergi menuju ruangan meeting yang ada di lantai bawah.
Tiba di ruangan itu, Usan langsung duduk di singasananya, yaitu sebuah kursi kebesaran yang letaknya di tengah-tengah sehingga dia bisa menatap satu persatu wajah bawahannya, yang terlihat tegang setelah kehadirannya.
"Nona, silahkan dimulai," ucap seorang pria terlihat berani.
"Kau keluar," usir Usan. Baginya, dialah yang berkuasa untuk mengatakan kapan acara dimulai, siapa pun yang berani melanggar. Maka, hanya akan ada dua kata yang keluar dari bibir tipisnya, yaitu keluar dan dipecat.
"Tapi, Tuan. Salah saya apa?"
"Kau dipecat, sekarang keluarlah sebelum aku menghabisimu," tekan Usan membuat pria itu pergi dengan menelan kekecewaan. Kejadian itu, membuat suasana di ruang meeting semakin mencengkam.
Tuan Usan seribu kali lipat lebih kejam dari Tuan Simone, yaitu Kakak dari Usan yang kini tak bisa memimpin perusahaan karena masih dalam masa pemulihan usai kecelakaan.
Di dalam ruangan itu, satu pun tidak ada yang berani mengangkat wajah ataupun bersuara. Hanya ada seorang wanita yang mengangkat wajahnya dengan tersenyum smirik, Usan membalasnya juga dengan senyuman smirik. Jelas Usan mengenal seorang perempuan yang mampu menarik perhatiannya itu. "Aku menemukan si Culun pemilik ranjang terhangat."
*
*
*
Tiga Tahun Kemudian....
Usan (CEO TB Grup)
Asha (pemilik Dash Boutique)
Alxean Jonason (Dokter Xean)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Widi Widurai
krn bagi dia sgtu udah banyak kali yaa.. pdhl harusnya buka harga tinggi dlu baru nego 😅
2023-10-07
0
eiyta💞
cap buaya..🤭🤭
2023-03-23
0
Iwan Ridwan
author pintar cari
2023-03-18
0