"Sial!" umpat Usan kala melihat Asha yang telah dipenjarakan.
"Kamu ajaklah gadis itu pulang, tidak perlu pedulikan aku, aku baik-baik saja," tutur Asha sejujurnya tak ingin membuat Usan khawatir padanya.
"Sial, dia benar-benar pergi," gumam Asha ketika Usan benar-benar pergi meninggalkannya seorang diri di dalam penjara itu.
Asha merasa begitu lelah, hingga akhirnya memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan berbaring di lantai dingin tahanan. Apa pun yang terjadi kepada nasibnya saat ini, Asha tak ingin menangis dan terlihat lemah. Dia harus tetap terlihat kuat.
***
Di Mansion Talsen Baldev.
"Mommy, coba lihat ini," unjuk Arra pada Mommy Ziva. Siang itu Arra telah pulang dari kampus karena hanya menghadiri satu kelas.
"Ada apa lagi, Sayang?" tanya Mommy Ziva heran. Arra segera duduk di sebelah Mommy Ziva, kemudian memutar video di mana Asha tengah menganiaya dua orang wanita seksi berpakaian seragam karyawan TB Grup bagian keuangan.
Melihat adegan mengerikan itu, Mommy Ziva langsung menyingkirkan ponsel Arra darinya, kala tak sanggup melihat darah di mana-mana tanpa disensor sedikit pun.
"Kenapa wanita itu sangat mengerikan, Sayang?, padahal Mommy sangat mengagumi desain-desainnya," Mommy Ziva menutup wajahnya dengan wajahnya yang tiba-tiba memucat.
"Untung saja Mommy membatalkan perjodohan antara desainer ini dengan Kak Simone. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Kak Simone."
"Kamu benar sayang. Mommy salah, tidak seharusnya Mommy menjodohkannya kepada wanita pilihan Mommy yang belum tentu bagaiamana kualitas dalamnya. Mommy tidak akan lagi mencarikan jodoh untuk Kakakmu itu," tutur Mommy Ziva membuat Arra ingin berteriak saking bahagianya.
"Bagus Mommy, pilihan yang tepat. Jangan sampai suatu hari nanti Kak Simone menyalahkan Mommy. Biarkan dia mencari calon Istrinya sendiri," balas Arra bersemangat.
"Ada apa denganmu, Sayang? Kenapa tiba-tiba jadi cerdas," goda Mommy Ziva sambil merasai kening Putrinya.
"Mommy aku baik-baik saja, lebih baik sekarang Mommy hubungi Kak Usan. Gosipnya Kak Usan belain desainer itu, bahkan dia ada di kantor polisi sekarang."
"Apa!" teriak Mommy Ziva kaget.
"Ayolah Mommy, cepat hubungi Kak Usan. Jangan sampai desainer itu menggoda Kak Usan, Mommy tahu sendiri Kak Usan itu adalah Cassonava yang sukanya celap celup. Melihat wanita seseksi itu pasti dia pasti akan tergoda," hasut Arra.
"Kamu benar, Sayang. Mommy tidak mau Kakakmu mendapatkan wanita yang tidak benar, Kakakmu harus bersama dengan wanita baik-baik," Mommy Ziva langsung menghubungi nomor Putranya, tapi sayang tak kunjung diangkat oleh Usan.
"Sekretaris Evan saja, Mommy. Hubungi Sekretaris Evan saja," Mommy Ziva mengangguk dan langsung menghubungi Sekretaris Evan, karena Sekretaris Evan pasti akan mengangkat panggilan darinya.
"Hallo Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" jawab Sekretaris Evan di seberang sana.
"Usan di mana?" tanya Mommy Ziva to the point.
"Tuan sedang berdiskusi dengan keluarga kedua wanita yang kekasihnya pukuli," jawab Sekretaris Evan jujur. Itulah dia, berurusan dengan Nyonya dan Tuannya, maka tidak ada satu kebohongan pun yang akan terucapkan olehnya, kecuali hanya kondisi tertentu saja.
"Berikan ponsel kepadanya," pinta Mommy Ziva.
"Maaf, Nyonya. Sepertinya Tuan tidak akan mau."
"Kamu pastikan dia pulang." karena terlalu kesal, Mommy Ziva langsung memutuskan panggilan.
"Bagaimana Mommy?" tanya Arra penasaran.
"Sudahlah, besok pagi Mommy aku menyuruhnya pulang dengan membawa desainer itu. Mommy butuh penjelasan darinya.
***
Atas kekuasaan yang Usan miliki, dia berhasil membuat kedua orangtua dua wanita yang Asha hajar mau mencabut tuntutan, setelah Usan janjikan banyak uang pastinya. Memang itulah yang mereka tunggu, mereka bahkan tak peduli bahwa anak mereka akan ditahan, karena yang terpenting bagi mereka adalah uang.
Bersama dengan salah satu polisi, Usan kembali ke penjara di mana Asha ditahan. Tiba di sana, Usan memegang dadanya yang tiba-tiba terasa ngilu kala melihat Asha yang terbaring di lantai dingin dengan memeluk diri agar tetap merasa hangat dan nyaman.
Asha segera bangkit ketika mendengar suara berisik saat polisi penjaga membuka gembok di pagar tahanannya. Dengan raut wajah linglung Asha bertanya. "Ada apa ini? Kenapa dibuka lagi?"
"Kamu bebas, Sayang," ujar Usan langsung memeluk Asha dengan eratnya. Asha menikmati pelukan hangat yang Usan berikan, pelukan yang mampu membuat Asha merasa nyaman. Namun, beberapa detik kemudian Asha tersadar dan langsung menjauhkan diri.
"Ayo kita pulang, kakimu sepertinya terluka. Naiklah ke punggungku, aku akan menggendongmu," Usan langsung memposisikan diri, tapi Asha malah melewatinya dan berjalan dengan sendirinya.
"Aku baik-baik saja," tolak Asha dan Usan hanya dapat menghela napas kasar. Bagaimana mungkin wanita ini selalu menolaknya, padahal jelas wanita lain berlomba-lomba menginginkan dirinya.
Tiba di parkiran, Usan membantu Asha masuk ke dalam mobil, sedangkan Sekretaris Evan sudah standby di kursi kemudi.
Usan mengangkat salah satu tangannya untuk mengelus kepala Asha. Tak disangka dia dikejutkan dengan tangan berlumuran darah.
"Asha kamu?" Usan memperlihatkan tangannya yang berumur darah. Karena Asha menggunakan gaun berwarna merah mencolok, hingga darah yang mengalir dari belakang kulit kepalanya tak terlihat. Sedangkan Asha juga tak menyadari luka robek di kulit kepalanya, lantaran sudah sering mendapatkan luka saat dahulu sering dirundung, hingga tubuhnya menjadi kebal akan luka.
"Itu—"
"Evan, ke rumah sakit sekarang!"
"Baik, Tuan."
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🍇Sari01_
ntah kenapa enggak suka sama sifat arra terlalu memgadu domba tanpa liat kebenaran,
2022-06-01
1
ana Imaa
merasa pabeulit
2022-05-31
1
Ummu Khodijah
h
2022-05-22
1