“Aku tidak bisa. Tidak bisa, tidak bisa.” ucap Lindsey seraya mengelus dada, mengambil napas panjang dan membuangnya.
Kapten dan Piter mengerutkan dahi mereka karena melihat kelakuan Lindsey.
“Aku tidak bisa menundanya lebih lama, Kapt! Ayo kita jalankan misi itu segera!" ucap Lindsey dengan penuh semangat.
Lindsey bangkit berdiri dan bersiap pergi. Namun Katie menarik tangannya.
“Memangnya kamu tahu misi kita apa?” tanya Katie.
Lindsey kembali duduk dengan anggun.
“Kedua klan ini mengalami perselisihan. Dan tugas kita adalah membuat klan klien kita menang.” ucap Kapten.
“Dengan cara?” tanya Piter.
“Membuat musuh klien kita bertekuk lutut.” jawab Kapten.
Semua terdiam. Mereka masih tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Kapten.
“Lindsey, seseorang akan bertekuk lutut jika?” tanya Kapten.
“Lebih lemah.” jawab Lindsey.
“Apa yang membuat target kita lebih lemah?” tanya Kapten.
Lindsey berpikir sejenak. Matanya terbelalak ketika mendapatkan jawabannya.
“Kita akan ‘mencuri’ harta target kita dan menyerahkan ke klien kita lalu klien kita akan memenangkan perselisihan?” ucap Lindsey.
“Betul. Misi kita adalah itu. Yang disebutkan Lindsey tadi.” kata Kapten.
“Wah...” Katie tercengang.
“Target kita. Jarvis Morris. Mafia tanah dan emas. Usia 32 tahun. Orang tuanya meninggal karena sebuah tragedi. Namun dia memiliki ‘anjing yang setia’. Dia mendapat eluruh harta kekayan orang tuanya yang ditafsir mencapai $285 juta atau setara dengan Rp. 4.088.900.000.000.000.” Kapten menampilkan foto Jarvis Morris yang akan menjadi target mereka.
“Whoa! Bagaimana cara membacanya itu?” Piter pun syok mendengarnya. Apalagi Lindsey. Sesak napas.
“Ya, namun keberadaan harta tersebut masih menjadi misteri. Jarvis Morris menjalankan bisnis real estate yang jika ditafsir hanya menghasilkan $15 juta per tahunnya yang setara dengan Rp. 215.200.000.000.” ucap Kapten.
“Kemana sisanya sebesar $260juta?” tanya Katie.
“Itu yang harus kita cari tahu.” jawab Kapten.
“Tunggu. Kalau target kita si Jarvis Morris memiliki harta kekayaan sebesar $285 juta, berapa milik klien kita?” Lindsey menyela pembicaraan.
“Hanya sekitar 10% dari milik Jarvis Morris.” jawab Kapten.
“10%? $28,5 juta?!” Katie syok.
“Perselisihan yang jauh sekali.” ucap Lindsey.
“Tapi kita akan mendapatkan sebanyak 25% dari $285 juta jika kita berhasil mendapatkan harta Jarvis Morris.” balas Kapten.
“25% juga sudah lebih dari cukup untuk kita. Kita bisa berhenti bekerja selamanya hingga beranak cucu.” kata Piter.
“Itu benar. Harta Jarvis Morris memang keterlaluan banyaknya. Baiklah, apa rencana kita terhadap Jarvis Morris?" balas Lindsey.
“Misi kita yang kali ini berbeda dari yang biasa kita lakukan. Kali ini sangat beresiko dan sulit. Kita bisa gagal kapan saja. Namun jika kita berhasil, seperti yang dikatakan Piter tadi, kita bisa berhenti bekerja selamanya hingga beranak cucu. Kalian yakin bisa menjalankan misi ini?” kata Kapten.
“Aku sih yakin bisa.” ucap Piter.
“Aku juga tidak masalah. Asal melakukannya bersama kalian.” ucap Katie.
“Lindsey?” tanya Kapten.
“Bagaimana kalau kita berpindah menjadi memihak kepada Jarvis Morris? Jarvis Morris pasti lebih kuat berpuluh kali lipat dari klien kita, kan?” balas Lindsey.
“Peraturan kita tidak memperbolehkan berpindah pihak, apalagi berpindah ke musuh klien kita, Lindsey.” ucap Katie.
“Jarvis Morris memang jauh lebih kuat dari klien kita. Untuk itu kita ingin membuat dia lemah. Kita bisa mundur dari misi ini jika ada salah satu keberatan.” kata Kapten.
“Tidak. Aku tidak masalah. Ayo kita taklukan Jarvis Morris!” ucap Lindsey.
“Baiklah. Piter, cari tahu aktivitas yang dilakukan Jarvis Morris, tempat yang sering dia kunjungi, orang yang sering dia temui, pokoknya apapun segalanya tentang dia.” Kapten memberi perintah.
“Baik, Kapt!” Piter segera beranjak ke meja dia beroperasi. Jarinya sibuk mengetik di atas keyboard.
“Lindsey, Katie, kalian akan bertemu dengan Jarvis Morris secara langsung, dengan penyamaran tentunya. Meskipun dia kaya raya, jangan lupakan fakta bahwa dia adalah mafia yang kejam.” kata Kapten.
“Kapt, sudah ketemu!” Piter memanggil Kapten.
Kapten, Lindsey, dan Katie mendatangi Piter dan komputernya.
“Ini tempat yang sering Jarvis Morris kunjungi. Tidak banyak. Dia selalu pergi bersama tangan kanannya. Aktivitasnya juga hanya bekerja, pulang, bekerja, pulang. Oh, ya. Aku lihat Jarvis Morris rutin mendatangi tempat ini setiap 2 minggu sekali. Dan hanya ke tempat ini Jarvis Morris pergi sendiri tanpa tangan kanannya.” ucap Piter.
“Coba perbesar gambar. Tempat apa itu?” tanya Kapten.
“Klub malam.” jawab Lindsey.
“Mari kita ke tempat itu. Pasti ada alasan mengapa dia rutin datang setiap 2 minggu tanpa tangan kanannya.” kata Kapten.
“Baiklah, aku akan membuatkan akses untuk masuk ke sana. Ngomong-ngomong, siapa yang akan masuk ke sana? Lindsey? Atau Katie?” balas Piter.
“Katie saja. Wajahnya sudah menunjukkan imej orang kaya.” jawab Lindsey.
“Tapi wajahmu menunjukkan imej cewe nakal. Yang ke sana kan tidak mungkin hanya kaya saja. Lagipula, aktingmu jauh lebih bagus dariku. Kalau kamu seorang aktris, pasti kamu sudah mendapatkan piala penghargaan.” balas Katie.
“Bagaimana, Kapt? Lindsey? Atau Katie?” tanya Piter.
“Lindsey saja.” jawab Kapten.
“Kenapa aku?” tanya Lindsey.
“Umurmu sudah 25 tahun. Katie masih 21 tahun, meskipun wajahnya menunjukkan imej orang kaya, tapi wajahnya juga menunjukkan imej anak-anak.” jawab Kapten.
“Benar juga. Katie akan sulit masuk ke sana. Karena akan dikira masih seorang remaja di bawah umur.” tambah Piter.
“Bagaimana dengan wajahku? Apa aku terlihat tua?” balas Lindsey.
“OK. Sudah aku buatkan kartu akses untuk masuk ke klub itu. Kamu akan berperan sebagai pelayan yang menggantikan shift pelayan lain. Shift kamu dimulai dari jam 7.” ucap Piter.
“Hey?! Kenapa cepat sekali? Aku bahkan belum bersiap! Aish!” protes Lindsey.
“Ini bahkan masih jam 5....” ucap Piter.
“Maklumi saja. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu bank berjalannya.” balas Katie.
Geng kejahatan itupun meluncur ke klub malam dengan satu-satunya aset berharga yang mereka miliki yaitu mobil van. Mereka mendatangi tempat itu bukan untuk bersenang-senang melainkan menjalankan misinya.
“Aku rasa aku tidak memerlukan earbuds. Aku harus berhati-hati di depan mafia itu.” ucap Lindsey.
“Lantas, kita berkomunikasi melalui apa?” tanya Piter.
“Aku dan Katie akan ikut turun. Kita memakai earbuds.” jawab Kapten.
“Eh?” Lindsey, Katie, dan Piter terkejut karena untuk pertama kalinya Kapten ikut turun bersama pemeran utama.
“Eh, Piter. Kamu yakin kan kalau si mafia itu datang sendiri tanpa bersama tangan kanannya?” tanya Lindsey.
“Yakin. Aku akan menjaga dari luar.” jawab Piter.
“Baiklah. Biar aku tanya sekali lagi, apa kalian siap menjalani misi ini?” tanya Kapten.
“Piter, siap!”
“Katie, siap!”
“Lindsey, siap!”
“Karena misi kali ini beresiko tinggi, jadi waktu kita.. 30 hari.” ucap Kapten.
“Yes, Kapt!”
“Aku akan turun dari mobil ini terlebih dahulu. Kalian siap melindungiku jika terjadi sesuatu, kan?” kata Lindsey.
“Jangan khawatir.” balas Kapten.
“Baiklah.” Lindsey turun dari mobil van dan masuk ke dalam klub malam dengan menunjukkan kartu akses palsu yang dibuat oleh Piter. Tentu saja Lindsey berhasil masuk, karena Piter membut kartu akses tersebut serupa dengan yang asli.
Suasana klub malam langsung terasa ketika Lindsey masuk dalam. Lampu disco, iringan musik, dan berbagai alkohol. Lindsey segera bergerak mencari ruang ganti pakaian untuk staf dan mulai menjalankan misinya.
Setelah Lindsey masuk, Kapten dan Katie menyusul masuk ke dalam. Lindsey tersadar bahwa dia tidak begitu ingat wajah Jarvis Morris. Padahal Jarvis Morris adalah tujuan Lindsey datang ke tempat itu. Lindsey mendatangi Kapten untuk memastikan wajah target sasarannya.
“Kamu sudah mengingat wajahnya?” tanya Kapten.
“Sudah.” jawab Lindsey.
“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan?” tanya Kapfen.
“Menggodanya? Membuat dia mabuk agar dia menceritakan semuanya?” balas Lindsey.
“Membuat dia tertarik denganmu. Cukup 5 detik, Lindsey. Jika Jarvis Morris sudah melihat wajahmu selama 5 detik, artinya dia sudah tertarik padamu.” kata Kapten.
“5 detik? Itu mudah.” balas Lindsey.
“Ngomong-ngomong, darimana kamu mengetahuinya?” tanya Lindsey.
“Aku dan Piter menganalisanya. Dia tidak pernah menari dan selalu berada di VIP Room dari datang hingga pulang. Dia senang jika ada yang menuangkan minuman di gelasnya, dia akan mengusir orang yang menggodanya, orang yang tidak dia sukai, dan orang yang membuat dia tidak nyaman.” jawab Kapten.
“Begitukah? Baiklah, itu mudah.” balas Lindsey.
“Dia datang ke sini sungguh hanya ingin bersenang-senang.” ucap Kapten.
Lindsey mengangguk. “Baiklah, aku mengerti.” Lindsey berjalan ke ruang staf untuk mengecek di ruang manakah Jarvis berada. Rupanya Jarvis telah memesan ruang nomor 6. Setibanya Lindsey di sana, ruang itu masih kosong, dan tidak ada siapapun di sana.
Lindsey bergegas ingin keluar setelah melihat ruangan itu kosong. Namun seseorang muncul di belakangnya tepat ketika Lindsey membalikkan badannya. Jarvis Morris?
Akhirnya Lindsey bertemu dengan Jarvis Morris si mafia kaya raya itu.
“Pegawai baru?” ucap Jarvis Morris seraya berjalan menuju sofa.
“I..iya. Hanya pengganti.” balas Lindsey. Perkataan Katie tidak salah. Lindsey benar-benar gugup sekarang!
5 detik!
Tiba-tiba sesuatu di dalam dirinya mengingatkan tentang 5 detik yang disampaikan Kapten tadi.
“Ambilkan sebotol minuman nomor 68.” ucap Jarvis. Tangannya mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakan api. Lindsey melihatnya. Dengan jelas. Begitu tampan! Dan Lindsey pun masih diam di tempat hingga Jarvis menghembuskan asap rokoknya.
Seketika Lindsey tersadar. Dia pergi mengambil minuman yang dimaksud Jarvis. Rupanya memang benar Jarvis sering pergi ke tempat itu, nomor urut merek dan jenis minuman pun dia tahu. Lindsey kembali membawakan minuman yang diminta Jarvis beserta sebuah gelas.
“...Dia senang jika ada yang menuangkan minuman di gelasnya.” Tiba-tiba kalimat perkataan Kapten terngiang di telinga Lindsey hingga menggerakkannya untuk menuangkan minuman ke gelas.
“Butuh uang?” tanya Jarvis.
Lindsey mengarahkan pandangannya ke wajah Jarvis. Aku hanya membutuhkan 5 detik saja, kan?
Lindsey mulai menghitung di dalam hati. Pandangannya masih fokus menatap wajah Jarvis. Begitu juga dengan Jarvis.
1... Jarvis menatapku.
2...
3... Haruskah aku menyerah?
4... Tapi Jarvis masih menatapku.
5... Jarvis tertarik padaku.
“Lindsey.” ucap Jarvis.
“Ya?” refleks Lindsey ketika namanya dipanggil.
Lindsey langsung menyadari bahwa terdapat tanda pengenal namanya yang sudah dibuatkan oleh Piter. Argh, kenapa Piter memakai nama asli, sih?!
“Mau minum denganku?” tanya Jarvis.
Bersambung...
Halo. Terima kasih sudah membaca novel ini. Berikan dukunganmu kepada Author dengan memberikan like, tips, komentar, dan vote. Jangan lupa tambahkan novel ini ke favorite kamu agar mengetahui up episode terbaru. Episode terbaru akan diupdate hari ini.
Bantu novel ini masuk ke ranking dengan memberikan like dan komentar semakin dikenal banyak orang🤗❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Yulia Prihatin91#SoLo#
jarvis semoga bukan casanova
2023-05-01
0
Uli Sinaga
keren thor.
2023-01-25
0
Nynda Fadilah
up
2022-07-19
1