Rangga berlari mengejar Kartika. "Kartika... tunggu..." Namun Kartika tidak lagi menoleh, cepat naik angkutan.
Bayangan Kartika yang menangis tadi membuat hatinya kembali luluh lantak. Kartika sangat terluka, luka tak berbekas, dan dia yang telah menggoreskan luka itu. Jika boleh, ia ingin mengobati luka itu, kembali seperti dulu mengukir cinta bersama wanita yang dicintainya.
Ranggano menatap angkutan sendu, jika di izinkan ia ingin merajut cintanya yang telah terkoyak. Mungkin bukan hanya terkoyak tetapi Rangga sadar dialah yang sudah merobek robek cinta itu.
Dan apa tadi dia bilang, cerai? oh tidak. Aku tidak ingin berpisah denganya. Aku ingin membesarkan anak ku bersama.
Tidak ia pungkiri, Kartika adalah cintanya sedangkan Diana adalah hartanya. Ya. Egois memang, tetapi dia bosan hidup miskin, bosan menjadi gelandangan.
"Anda tidak apa-apa bos?" Rudy yang mengamati sejak tadi dari kejauhan mendekati bosnya yang masih berdiri di pinggir jalan.
"Mari bos, pulang" lirih Rudy. Rangga mengikuti Rudi, masuk kedalam mobil. Didalam mobil saling diam, larut dalam pikiran masing-masing. Sebenarnya Rudy penasaran juga ingin mengetahui, apa yang terjadi dengan Rangga. Namun, sangatlah tidak tepat jika menanyakan itu saat ini.
*******
Kartika PoV.
Andai aku tahu akan dipertemukan dengan Angga dalam keadaan dia sudah menikah lagi. Tentu aku tidak akan gigih mencarinya.
Lebih baik tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Rangga, daripada tahu lalu membuatku semakin terluka.
Jujur aku masih mencintainya, kenapa pria brengsek itu masih bersemayam dalam ingatanku. Ya Allah hapuskan cinta yang ada dalam hatiku.
Di dalam angkutan air mataku tidak berhenti mengalir, tidak menyadari jika menjadi pusat perhatian sesama penumpang.
Pikiranku kacau, entah harus kemana saat ini? kembali ke pabrik dalam keadaan seperti ini jelas tidak mungkin. Biar saja aku di marahi Mbak Nana dan bu Yoyoh, belum lagi Adelia yang suka mencari muka pasti akan menyudutkan aku.
"Mbak mau turun dimana?" supir mengejutkan aku. Aku menoleh kanan kiri sudah tidak ada siapa pun.
"Memang ini dimana bang?" tanyaku seperti linglung tidak ingat arah.
"Ini sudah sampai ful Mbak, Mbak sih, menangis terus," ucapnya.
"Ya Allah... saya kelewat bang, abang putar balik nggak?"
"Nggak, saya mau pulang makan siang dulu, Mbak naik yang lain saja."
"Ya sudah bang, saya turun disini saja" aku turun dari angkutan berjalan mencari angkutan yang sama. Sudah 10 menit menunggu belum datang juga.
"Crooott" sebuah mobil melintas menerobos genangan air, bekas hujan tadi malam mungkin? Duh gusti... baju seragamku basah, mana kotor lagi! cekk. Lengkap sudah penderitaan aku.
Aku ambil tisu dari tas kecil, lalu mengelap bagian yang terkena air kotor. Walaupun tidak kering setidaknya bisa mengurangi air keruh yang menempel di baju.
"Mbak, saya minta maaf, gara-gara saya, baju Mbak menjadi kotor" ucap seorang wanita mungkin pengemudi mobil itu. Aku mengangkat kepala, dia sudah berdiri di depanku.
"Kartika?" ucapnya.
"Linda?" aku tersenyum rasa kesalku hilang, ternyata dia Linda, teman sekolahku. Sesaat kami terdiam. "Kamu disini?" kami berucap bersamaan.
"Iya, rumah aku tidak jauh dari sini" Linda menyahut.
"Kamu sendiri ngapain disini? terus kenapa muka kamu ruwet kayak benang kusut begitu? sudah gitu nangis lagi," dia nyerocos seperti beo.
Aku menunduk kembali mengusap baju kotorku tidak berusa manjawab.
"Tika"
Aku mengangkat kepala, menatap wajah ayu nya bahagia terpancar disana. Aku menarik nafas perlahan, membuangnya kasar. "Ceritanya panjang." aku menyahut.
"Kamu mampir kerumah ku dulu ya, mumpung kita bertemu disini, kalau sengaja ingin berkunjung nggak kesampean." pintanya.
Aku diam berpikir dulu, apa iya aku harus kesana? tetapi apa salahnya, sudah sejak lama aku ingin berkunjung. Namun, selalu ada saja yang membuat gagal.
"Baiklah" pada akhirnya aku menyetujui.
Aku duduk di sebelahnya, dan menoleh ke belakang rupanya dia baru selesai belanja. Terbukti banyaknya barang dibelakang.
"Aku habis belanja dari pasar induk" katanya seolah tahu, apa yang aku pikirkan.
"Belanja segitu banyak, untuk berapa bulan Lin?"
"Hehehe" Linda justeru terkekeh. "Aku belanja buat bikin dagangan, biasanya asisten yang belanja. Terapi... mobil cup nya nggak muat, jadi aku membantunya," tuturnya panjang.
Aku baru ingat temanku ini pengusaha di kota. Tetapi entah apa usahanya, aku nggak tahu. Sedangkan suaminya bekerja sebagai dosen, bahkan aku mendengar selentingan terakhir, suaminya sudah menjadi rektor di bidang kerjasama.
"Sudah sampai... " ucapnya, ternyata benar, rumahnya tidak jauh dari terminal xx.
"Masuk-masuk" Linda menarik tanganku mengajaknya masuk kedalam. Sampai di ambang pintu aku melihat tiga wanita menurunkan belanjaan.
"Duduk Tik" ucapnya, lalu dia ke belakang tak lama kemudian, dia kembali membawa minuman, cemilan, dan juga baju yang dilipat rapi.
"Tidak usah repot Lin,"
"Nggak repot kok, sebaiknya kamu ganti baju dulu" ucapnya. Menyodorkan baju ke arahku.
"Terimakasih ya Lin"
"Sama-sama"
"Aku numpang kamar mandi ya Lin" kataku. Setelah diiyakan, di tunjukkan letak kamar mandi. Aku mengganti baju, ternyata bajunya pas dibadanku, aku mematut diri didepan kaca sepertinya baju ini masih baru.
Kami bercerita panjang lebar setelah keluar dari kamar mandi. Karena sudah setahun tidak bertemu, terakhir bertemu ketika lebaran tahun kemarin, dia pulang ke kampung.
"Kamu sebenarnya usaha apa Lin?" pertanyaan ini sudah aku tahan sejak tadi.
"Ayo aku kasih tau" Linda mengajak aku kebelakang rumah, tanah luas kira-kira 100 meter persegi di tutup dengan kanopi di atasnya. Aku terperangah, disana ternyata banyak karyawan yang sedang produksi makanan ringan. Kentang, jagung manis dan singkong. Ada yang merajang kentang, singkong, Ubi, tales dan yang terakhir kentang.
"Subhanallah..." aku menutup mulut. "Jadi ini usahamu Lin" aku kagum dengan keberhasilan teman SMK aku ini.
"Iya, awalnya aku hanya iseng Tik, daripada bekerja diluar rumah, selain suamiku tidak mendukung waktu aku buat anak-anak dan suami berkurang."
"Kamu sekarang kerja dimana Tik?"
Aku menceritakan pekerjaan aku. Linda mengangguk-angguk.
"Kalau kamu mau, kamu boleh bergabung disini Tik," ajaknya serius.
"Aku bilang Mbak Rum, dulu ya Lin, soalnya anakku sudah sekolah di SD xx, jauh soalnya dari sini."
"Ya sudah... besok kita pikirkan lagi, kamu istirahat dulu gih, kayaknya kamu lelah banget." Aku mengangguk. Kami duduk di kursi sofa ngobrol sambil tiduran di kursi panjang.
"Tik, kamu kenapa? kamu belum bisa menemukan suami kamu?" tanya Linda pelan.
"Sudah Lin" aku langsung ingat Angga, mataku kembali mengembun.
"Terus..." Linda sepertinya penasaran. Ku ceritakan semuanya. Karena aku percaya dengan Linda, dia temanku dari SD hingga sekarang. Ia selalu menjadi pendengar setia dan tidak lagi bercerita kepada orang lain tentang aipku.
"Ya Allah... yang sabar ya Tik"
Linda mendekat lalu memeluk aku. Aku menumpahkan air mataku.
"Cerita hidupmu, ternyata seperti di sinetron ya Tik, boleh nggak kisahmu aku bikin novel?" ucapnya. Aku terkejut. "Jangan!" jawabku cepat.
"Kenapa? tenang saja Tik, namumu di samarkan, jadi jangan khawatir." ia membujukku.
"Memang kamu suka menulis novel?" sahabatku ini ada-ada saja, kuliah jurusan tata boga kenapa jadi hobby menulis.
"Suka, tapi tukisanku nggak bagus seperti yang jurusan sastra lah... palingan aku baca sendiri kalau aku senggang." pungkasnya. Waktu hampir sore aku pamit pulang. Sebenarnya, dia ingin mengantarkan aku tetapi mobilnya sedang di pakai untuk mengantar barang.
Author PoV.
Kartika menunggu angkutan dipinggir jalan, waktu sudah jam 5 sore. Namun, ternyata jam segitu angkutan penuh terus, memuat karyawan yang baru pulang kerja dan anak-anak sekolah.
"Suuuuttt... " mobil berhenti di depanya. "Ayo naik" Kartika menatap pria yang menurunkan kaca setengahnya.
"Pak Devan? kenapa Bapak bisa ada disini sih?" Kartika terkejut.
"Naik dulu, nanti aku cerita"
"Baiklah" Kartika ingin membuka pintu belakang.
"Eiiit... jangan disitu dong! aku bukan supir. Sini, duduk di depan"
Kartika menggaruk-garuk kepala, sesaat berpikir. Apakah benar, dia duduk di depan? sedangkan dirinya masih punya suami.
"Kartika..." Devan menyembulkan kepala keluar kaca mobil.
"Iya-iya" Kartika bergegas duduk di depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
jngn" yng jd linda ini othor
2024-09-21
1
Uneh Wee
oh pengusaha yah thour nya enak yah moga lancar segala nya
2022-12-02
0
Senajudifa
huh...sampai bab ini dulu thor emosi jiwa aku pagi2
2022-06-22
0