Bab 13

Pulang dari Bali, semenjak keributan di hotel. Angga dan Diana belum ada yang bertegur sapa, padahal sudah tiga hari. Pagi ini pun ketika di meja makan, keduanya masih membisu. Selesai sarapan Diana beranjak meninggalkan Angga.

"Aku berangkat dulu Ma" Diana mencium punggung tangan Mama Uly.

"Saya juga berangkat Ma" Angga menyusul.

"Ya, kalian hati-hati" Mama tidak tahu bahwa anak dan menantunya itu sedang perang dingin.

Keduanya melangkah keluar, tetapi bukan berangkat satu mobil seperti biasa. Angga membawa mobil sendiri, sedangkan Diana diantar supir.

Angga menyalakan musik rock, mengusir kesunyian.

"Okay... Diana, jika kamu tidak mau mempunyai anak dari aku. Jangan salahkan, jika aku mengambil sikap."

Rangga tersenyum sendiri, mobil yang biasanya ramai oleh celotehan Diana, kini tergantikan suara musik yang memekakkan telinga. Tidak terasa Rangga sampai didepan kantor.

Gedung tinggi menjulang berlantai 10 itulah Pt Diana Group peninggalan Papa Hermawan. Yang saat ini di kelola oleh menantunya. Yakni Ranggano.

Rangga masuk kedalam lift, menuju lantai lima, di situlah ruangannya. Sampai diruangan sudah disuguhkan dokumen yang harus segera ditandatangani. Ditinggal selama seminggu sudah jelas pekerjaannya menumpuk.

"Pagi boss"

"Pagi"

Tampak pria perawakan sedang memasuki ruangan setelah di telepon Rangga. Dialah asisten Rangga, yang bernama Rudy.

"Ada kendala selama kepergian saya Rud?" tanya Rangga pandangannya tanpa berpaling dari tumpukan kertas membuka lembar demi lembar, membacanya kemudian menandatangani.

"Seperti yang saya infokan kemarin boss, ada beberapa klien yang tidak bisa saya handel"

Rangga hanya mengangguk-angguk. Rangga tidak mempunyai sekretaris lantaran Diana melarang.

Setelah berjibaku dengan pekerjaan hingga jam makan siang mereka beristirahat.

"Rud, tolong selidiki anak ini, siapa orangtuanya. Setelah mengetahui identitasnya beritahu saya" Rangga menyodorkan fhoto Jenita yang ia ambil ketika bertemu di Mall.

"Anak siapa ini boss?" Rangga menelisik fhoto.

"Kalau saya tahu, tidak memintamu untuk menyelidiki. Dasar tolol!" Angga menggetok pelan jidat Rudy. Rudy hanya menyahut dengan kekehan.

"Mau makan dimana bos?"

"Gampang, sekarang kamu ikut saya."

"Baik boss"

Selesai membereskan meja kerja yang berantakan, Rudy bergegas menyusul Rangga yang sudah berjalan lebih dulu. Menuju dimana mobil Rangga di parkir.

"Kita mau kemana boss?" tanya Rudy setelah mobil Rangga berjalan.

"Ke DIANA BAKERY"

Tanpa bertanya lagi, Rudy menjalankan mobil sepuluh menit kemudian mereka sampai tujuan.

"Rud, kamu temui wanita ini, biasanya jam segini dia makan di kantin, jangan katakan saya yang suruh" titahnya.

"Siapa ini bos?" Rudy mengamati fhoto Kartika. Merasa heran. Pasalnya, baru 25 menit yang lalu memberi fhoto anak kecil" dan sekarang fhoto wanita. Rudy pikir bosnya ke DIANA BAKERY ingin bertemu istri.

"Jangan banyak tanya! pastikan kamu bisa membawa wanita ini, dan antar ke taman kota, saya menunggu disana"

"Satu lagi, jangan sampai Diana tahu jika kamu menjemput wanita itu."

Baik boss"

Rudy masuk ke kantin, bola matanya berputar mencari sosok wanita yang bos katakan. Senyum mengembang di bibir Rudy, tatkala matanya menangkap sosok wanita yang di cari baru masuk ke kantin bersama temannya menarik kursi hendak duduk.

"Selamat siang Mbak" sapa Rudi setelah Kartika duduk. "Apakah anda yang bernama Kartika?"

"Betul, ada apa ya?" Kartika menatap lekat pria yang belum pernah dia lihat.

"Bu Diana ingin bertemu" bohong Rudy.

"Bu Diana?" Kartika menoleh Sekar yang berdiri di sampingnya. Sekar hanya menggeleng.

"Ada perlu apa ya Pak? Bu Diana memanggil saya." Kartika tidak yakin, jika bos sekaligus madunya itu memanggilnya.

"Saya tidak tahu Mbak, agar lebih jelas mari ikut saya."

Kartika menatap Sekar minta pertimbangan dan hanya di angguki seolah menjawab "ikut saja"

"Mari Mbak" Rudy mengulangi.

"Baiklah"

"Se, aku tinggal dulu ya, semoga nggak di pecat," bisik Kartika.

"Semangat dong, dipecat! memang kamu buat salah apa?" Sekar menyemangati.

Kartika mengikuti Rudi yang sudah berjalan lebih dulu. Ternyata bukan naik mobil pribadi. Rudy mengajak Kartika naik taksi.

"Kok kita naik taksi Pak? bukanya bu Diana dipabrik." Kartika merasa janggal.

"Bu Diana menunggu diluar Mbak" kilah Rudy.

Kartika pun diam, merogoh ponsel, lalu kirim chat Sekar bahwa dia dibawa keluar dari pabrik. Kartika kembali memasukan handphone pikiranya mulai resah. Sebab, menurut Sekar. Bu Diana saat ini tetap berada di pabrik tidak kemana-mana.

"Kita sudah sampai Mbak" Rudy mengejutkan Kartika. Kartika turun setelah dibukakan pintu oleh Rudi. Ketika Rudy membayar taksi, Kartika hendak lari khawatir dia di culik.

"Tunggu Mbak, sekarang ikut saya" Rudy menahan lengan Kartika.

"Tapi saya mau di bawa kemana? bapak bohong kan?! kalau saya di panggil bu Diana.

Sedangkan bu Diana saja sekarang di pabrik!" Kartika mencecar.

"Ayo" Rudy menarik tangan Kartika, membawanya masuk kedalam taman. "Lepas" Kartika menghempas tangan Rudy.

"Lepaskan dia Rud" ucap Angga, menengok cepat sambil mengibas tangan kebelakang agar Rudy meninggalkan dia berdua.

"Kamu!" Diana menatap Angga penuh kebencian.

"Iya, duduk sini" Angga menunjuk kursi taman.

"Saya tidak sudi" Kartika membuang muka kasar.

"Jangan khawatir, aku tidak mau ngapa ngapain kamu, bukankah kamu juga masih merindukan aku." ucap Angga tersenyum kikuk.

"Lagi pula, aku sudah punya istri yang sangat mencintai aku."

"Hahaha" Kartika tertawa sakartis. "Cinta anda bilang! kalau saya bilang, anda itu kacung!"

"Kamu!" Angga mengangkat tangan.

"Apa, anda mau memukul saya? silahkan!" Kartika mendekatkan wajahnya. Angga menurunkan tanganya. Menatap bola mata Kartika jantungnya masih berdebar. Ternyata cintanya masih ada walupun terbagi. Sementara Kartika mlengos kesal.

Harusnya kamu sadar Mas, kamu ini di mata Diana tidak bedanya dengan supir, mengantar kesana kemari, membawakan tas, membukakan pintu."

"Maaf, kalau selama ini aku tidak pernah memberi kamu kabar, tapi terus terang aku masih mencitai kamu." ucapnya deplomatis.

"Cih! semenjak saya mendengar sumpah serapah anda di toilet tempo hari, jangankan rasa cinta! rasa simpati saya pun telah hilang!" sinis Kartika.

"Maaf, aku salah, aku ingin kita bicara baik-baik"

"Tidak usah basi-basi! cepat bicara, saya ingin bekerja kembali!" Kartika memunggungi Angga, menahan air matanya yang hampir menetes.

"Aku ingin kita membesarkan anak-anak kita sama-sama"

Dasar pecundang! suka sekali laki-laki ini, mempermainkan wanita. Dia pikir mau di kemanakan istri mudanya itu.

Kartika memutar badan menatap Angga sebal. "Enak saja anda bicara, bukankah kemarin anda sudah bilang, anak saya bukan anak anda! anak boleh tidur dengan pria lain!" hiks hiks hiks. Kartika menjatuhkan badanya ke tanah, bertopang lutut. Tangisnya pecah.

"Tika, maafkan aku..." Angga bersimpuh di depan Kartika ingin meraih tangan Kartika namun di tepis kasar.

"Jangan sekali lagi, mengungkit soal anak, dia anak saya, bukan anak anda. Tolong ceraikan saya, jika dalam tiga bulan anda tidak menceraikan saya. Saya yang akan menggugat cerai."

Kartika pun segera pergi meninggalkan Rangga yang masih bersimpuh. Kartika berlari sekencang-kencangnya sampai di pinggir jalan naik angkutan.

Terpopuler

Comments

Uneh Wee

Uneh Wee

apa mau mu angga hah

2022-12-02

0

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Duh Jd pen ke bali

2022-05-07

0

🍂Daun 🍁 Kering🍂

🍂Daun 🍁 Kering🍂

Kartika Kak,bukan Diana 😁

2022-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!