"Eh, anak bunda, sudah pulang? Kok cemberut sih... kenapa?" Tanya Tika ketika Jenita pulang sekolah TK, dalam keadaan manyun. Tika berjongkok di depan anaknya mengusap pucuk kepadanya, penuh kasih sayang.
"Bunda... Jenita mau ketemu Ayah, kata bunda, Ayah masih ada kan? Jeni malu bun, di katain temen-temen, katanya Jeni anak haram." Jenita pun menangis. Pertanyaan seperti ini sudah sering Kartika dengar. Namun sebisa mungkin Tika beralasan.
"Sudah berapa kali bunda bilang sayang... Ayah sedang mencari uang untuk kita, jangan dengarkan omongan orang" terang Tika.
"Bunda bohong! Teman-teman Jeni Ayahnya pada kerja, tapi berangkat pagi pulang sore" Jenita rupanya sudah mulai bisa berpikir.
"Iya, iya... besok kita cari ke Kota, sekarang Jeni ganti baju, terus makan ya nak" Tika mengalah.
"Yee yeee... Jeni senang, terimakasih Bun" Jeni memeluk Kartika erat.
"Iya... nanti kita cari Ayah sama-sama, tapi jangan terlalu berharap ya nak, soalnya bunda belum tahu alamatnya." Kartika menatap anaknya sendu.
"Iya Bun" sahut Jenita lalu kekamar mengganti pakaianya, setelah meletakkan baju kotor di keranjang. Jenita tiduran sambil menatap photo Ayah dan bundanya. Fhoto ketika menikah dulu. "Ayah... kita akan segera bertemu" gumam Jeni.
Lalu, Kartika duduk di lantai, bersandar tembok, berpikir keras. Tidak ada pilihan lain demi Jeni, dia ingin mencari suaminya, walupun tidak berhasil yang penting sudah berusaha daripada terus mengharapkan yang tidak pasti.
Malam harinya Jeni sudah tidur sementara Tika ngobrol dengan Ibu Tini di depan televisi.
"Bu, kayaknya aku harus pergi ke Kota" lirih Tika.
"Ke kota? Mau main ke rumah kakakmu?" Tanya Ibu Tini.
"Iya Bu, itu salah satunya, Tika juga ingin mencari info, barangkali Kak Aldi tahu keberadaan Angga" Kata Tika. Aldi adalah kakak Iparnya, suami Arum kakak kandung Tika satu-satunya.
"Buat apa kamu mencari Angga lagi, laki-laki seperti itu tidak usah dicari, kenapa sih? Kamu nggak mencari surat cerai, banyak kok laki-laki baik yang bersedia menikahimu!" tutur bu Tini kesal, jika mengingat menantunya yang tidak bertanggungjawab itu.
"Iya bu, tapi masalahnya, bukan diriku yang aku pikir. Ibu kan tahu, bagaimana Jeni berkeras ingin bertemu Ayahnya"
"Biar bagaimana, Angga itu Ayah biologis Jeni, jika memang Angga sudah tiada kita bisa memberi penjelasan kepada Jeni."
"Lagian... kita kan nggak tahu, apa yang terjadi dengan Angga, mungkin ada masalah lain, yang membuatnya tidak bisa pulang." Kartika berpikir positif.
"Iya sudah... terus kapan kamu mau berangkat?" tanya bu Tini mengalah.
"Minggu depan bu, menunggu Jeni libur" jawab Tika.
"Sebaiknya kamu telepon Mbakmu dulu ya, jangan langsung datang" titah bu Tini.
"Baik bu"
Malam ini juga Kartika menghubungi Mbak Arumi yang tinggal bersama anak dan suaminya di kota.
Derrrttt... deerrrttt.
Arumi. "Hallo dek"
Tika. "Hallo Mbak, maaf mengganggu, sudah tidur ya?"
Rumi. "Belum Dek, ada apa? Tumben, Ibu baik-baik saja kan?"
Tika. "Ibu baik Mbak, alhamdulillah... minggu depan, aku mau berkunjung ke rumah Mbak Rum bolehlah nggak?"
Rumi. "Kamu ini? Bicara apa sih... ya jelas boleh lah Tik" sahut Arumi.
Kakak beradik itupun saling berbincang Kartika mengutarakan niatnya, dan Arumi menyetujui.
*******
Seminggu kemudian. "Kamu hati-hati ya nak, sampai kota segera kabari Ibu ya" Bu Tini memeluk anak dan cucunya bergantian, air matanya membasahi pipi keriputnya.
"Iya bu, Ibu juga baik-baik dirumah, doakan Tika cepat menemukan Mas Angga ya, supaya kita bisa cepat berkumpul lagi dengan Ibu" kata Tika.
Tika mengeratkan pelukan, anak dan ibu itupun menumpahkan air mata. Tika sebenarnya tidak tega meninggalkan ibu Tini seorang diri dirumah. Tetapi, apa boleh buat, selama ini Kartika belum pernah berpisah dengan Bu Tini, jika sedang mengunjungi Arumi ke kota pun, pasti jalan berdua.
"Bunda... Nini... jangan pada nangis, ayo berangkat" Jeni memisah pelukan Nini dan bundanya.
"Hati-hati ya sayang... kalau sudah ketemu Ayah, segera pulang ya" Nini bergantian memeluk cucu keduanya dengan sayang.
"Pasti Ni, Nini jangan menangis, bukankah Nini sering bilang, Jeni nggak boleh cengeng, kok malah Nini sama Bunda yang cengeng" kata Jeni menirukan nasehat Nini kepadanya. Nini melepas pelukanya terkekeh menatap cucunya yang tampak lucu.
Dengan bekal seadanya, Kartika meninggalkan rumah, lalu berangakat ke kota.
*******
"Assalamualaikum..." Kartika sudah sampai dirumah Mbak Rumi.
"Waalaikumsalam"
Ceklek" pintu pun dibuka keluarlah wanita cantik yang mirip Kartika.
"Alhamdulillah... kalian sudah sampai" sapa Arumi lalu memeluk Kartika, dan Jeni bergantian. Kemudian mengajak masuk kedalam dan duduk diruang tamu. Rumah sederhana tipe 80 milik Mbak Rumi, lumayan besar, untuk ukuran dikota besar seperti Jakarta.
"Kak Anisa mana Bude?" tanya Jenita.
"Dia dikamarnya, sana, masuk gih" titah Arumi kepada Jenita. Jenita pun bergegas menemui kakak sepupunya.
"Kak Anis"
"Jenita?"
Anis dan Jenita saling melepas kangen, sudah setahun yang lalu, mereka tidak bertemu.
"Kata Mama, kamu mau tinggal disini ya? aku senang, kita nanti sekolah sama-sama ya, kamu tahun ini, masuk SD kan?" tanya Anis panjang lebar.
"Iya, tapi aku malu kak, kalau sekolah nanti seperti dikampung, aku selalu di katain teman-teman, anak buangan lah, anak haram lah" adu Jeni sedih.
"Sudah Jen, disini kan kamu ada aku, jadi ada yang membela" mereka ngobrol seperti orang dewasa. Anisa kini sudah kelas dua SD.
Kartika dan Arumi juga sedang ngobrol "Bang Aldi belum pulang ya Mbak?" tanya Tika sambil mengeluarkan oleh-oleh titipan Ibu Tini, saat ini mereka berada didapur.
"Belum, biasanya maghrib baru sampai" jawab Arumi.
"Waah... kamu membawa apa Tik? banyak banget" Arumi menelisik bawaan adiknya. Ada pete, sayuran, kacang-kacangan, dan bumbu-bumbu.
"Biasa Ibu Mbak, apa-apa suruh dibawa, biar mencicipi katanya, habis mau membawa oleh-oleh jajanan disini juga banyak."
"Nggak apa-apa sih Tik, aku malah senang, cuma kasihan, kamu bawanya pasti berat"
"Nggak apa-apa Mbak, toh aku sudah sampai, oh iya, aku numpang kamar mandi ya Mbak"
"Silahkan"
Kartika pun ke kamar mandi yang terletak di dekat dapur, membersihkan badanya yang sudah terasa lengket. Selesai mandi, Kartika kembali ke ruang tamu, melihat kakaknya sudah ngobrol dengan Renaldi suaminya. Ternyata, Renaldi sudah pulang.
"Kakak sudah pulang" sapa Tika.
"Sudah, kamu apakabar Tik?" Aldi menoleh Tika yang berjalan disampingnya.
"Baik kak" sahutnya singkat kemudian duduk di depan Rumi. Mereka ngobrol tentang kabar, setelah itu, Tika membicarakan tujuan awal, yaitu mengenai Angga.
"Kamu mau cari kemana Tik? sudah hampir 6 tahun loh, suamimu pergi" kata Aldi pesimis.
"Ya... siapa tahu kak, namanya juga usaha, besok saya mau mencari kerja, sekaligus mencari info, semoga Angga bisa segera di ketemukan" jawab Kartika penuh harap. "Selama aku belum mendapat kontrakan dan pekerjaan, boleh nggak kak, saya titip Jeni?"
"Kamu nggak boleh mencari kontrakan dulu, sebelum menemukan Angga Tik, di sini tuh rawan, kamu pikir kami tenang, memikirkan kalian hanya tinggal sendirian"
"Apa lagi, kalau Jeni kamu tinggal kerja nanti, masa mau dirumah sendiri" Arumi memberi gambaran yang terburuk.
"Iya Tik, biar Jeni tinggal disini, lagian kan ada kamar tamu kosong" Aldi menambahkan.
"Sudah... kita pikirkan besok, sekarang kita makan dulu" pungkas Rumi. Setelah makan mereka tidur.
Keesokan harinya, Tika menyiapkan sarapan membantu Rumi. "Kamu masak apa Tik?"
"Membuat nasi goreng pete Mbak" sahut Tika singkat sambil tersenyum ke arah Rumi.
"Kamu jadi mau mencari kerja hari ini?" tanya Rumi sambil membawa masakan, dari dapur ke meja makan.
"Jadi Mbak, titip Jeni ya"
"Tenang... Tik, insyaallah Jeni aman bersama aku"
Mereka pun sarapan bersama, selesai sarapan Aldi berangkat mengendarai motor.
Jeni juga ingin berangkat, sudah berpakaian rapi. "Kamu jangan nakal ya nak, bunda mau cari kerja juga, doakan bunda cepat mendapat perkerjaan ya nak" Tika mencium pipi anaknya.
"Cari Ayah juga ya bun" kata Jeni memelas.
"Inyaalah ya nak, tapi seperti yang bunda bilang kemarin, jangan terlalu berharap"
"Iya bunda" Jeni menatap kepergian bundanya hingga masuk kedalam angkutan umum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
auliasiamatir
semoga Tika ketemu sama suaminya.
2022-09-09
0
Fira Ummu Arfi
bommm likeeee kak 💃💃
2022-08-27
0
Helen Apriyanti
sodara yg baik sllu mndukung dn kwatirkn sodara nya ..syukur lh.. smngttt tika ..smngttt kk authorr lnjutt bca
2022-05-06
0