Bab 9

Setelah Kartika menceritakan semuanya. Arum menyediakan kudapan, sambil berbincang-bincang masalah lain.

"Jangan panggil saya Pak Mas, saya baru 28 tahun loh, hehehe" Devan terkekeh kemudian menyeruput teh, obrolan pun semakin hangat.

"Oh, gitu... baiklah, kalau saya 32, terus istri saya ini 30 tahun" Aldi mengusap pundak Rumi.

Devan manggut-manggut, sambil mengupas kacang kulit, lalu menyantapnya. Lima menit kemudian, Devan check jam di lenganya.

"Ternyata sudah Malam Mbak Arum, Mas Aldi. Saya permisi dulu" Devan menghabiskan teh yang tinggal sedikit.

"Padahal kalau mau menginap ada kamar kosong Dev, sebaiknya menginap saja." ucap Aldi tulus.

"Terimakasih Mas Aldi, lain kali saja."

"Ini uang kamu tadi, besok buat kontrol saja. Saya menolong kamu tulus kok" Devan meletakkan uang lima lembar merah di atas meja.

"Tapi Pak" Kartika terperangah.

"Jangan tapi-tapian"

"Baiklah Pak... jujur. Saya memang sedang membutuhkan uang ini, tapi saya pinjam ya, bulan depan kalau sudah terima gaji, saya bayar."

Devano tidak menjawab geleng-geleng menatap Kartika yang keras kepala.

"Sekali lagi saya terimakasih Pak, sudah merepotkan" ucap Kartika yang dari tadi hanya diam, menyimak obrolan Devano dan kakaknya, kini mulai mencair. Sedikit melupakan kekecewaannya terhadap Angga.

"Kamu dari tadi terimakasih terus" tersenyum manis. "Besok jangan masuk kerja dulu, pulihkan kesehatan kamu" sambungnya perhatian.

"Baik Pak"

Devan keluar dari rumah, setelah bersalaman. Kartika mengantarkan keluar.

"Anakmu lucu, saya senang sama anak kecil, boleh ya, nanti kapan-kapan saya ajak jalan-jalan?" ucap Devan sambil mengenakan sepatu.

"Boleh Pak, tapi jangan diculik."

"Memang tampang saya penculik ya?" Devano berkaca di jendela. Kartika tersenyum menggeleng.

"Saya bertemu Jeni baru sekali, tapi kok wajahnya familiar ya," Devan mengingat-ingat.

Deg. Kartika terkejut, jangan sampai Devano tahu jika Jeni anak Rangga, yang sudah melupakan anaknya. Lantaran, sekarang sudah menjadi orang kaya. Wajah Jeni dengan Rangga memang seperti pinang di belah dua.

Devano masuk kedalam mobil kemudian kembali pulang.

********

Sore hari setelah ashar, Arumi berniat ke supermarket untuk membeli keperluan bulanan. "Tik, Jenita aku ajak ya?" Arumi menyembulkan kepala kedalam kamar Kartika.

"Memang Mbak Rum nggak repot? mengajak Nisa, sama Jeni," Kartika tidak bisa menemani badanya masih terasa lemas.

"Ya nggak lah... mereka itu kan sudah besar tik" kata Rumi kemudian menutup pintu kembali.

Kartika bangun lalu keluar dari kamar.

"Ya sudah Mbak, aku pesankan taksi dulu" Kartika memesan taksi tidak menunggu persetujuan Rumi.

"Mbak, aku titip uang ini, tolong Jeni belikan boneka kelinci yang besar, kasihan Mbak, dia ingin boneka itu" Kartika menatap anaknya yang sedang bersenda gurau dengan Anisa berkaca-kaca. Anaknya itu dari kecil tidak pernah bahagia. Tidak seperti anak-anak seusianya di besarkan dalam keluarga yang utuh. Dan apa yang di minta bisa didapat.

"Ya sudah sini, kok malah nangis sih?" Arum Ambil uang dari tangan Kartika. Kartika memang sedang menangis tidak kuat setiap ingat penderitaan anaknya pasti bersedih.

10 menit kemudian taksi datang mereka berangkat.

"Di swalayan, jangan bikin repot bude ya sayang" Kartika mengantarkan sampai halaman.

"Nggak bun, bunda hati-hati dirumah ya" Jenita berpesan selayaknya orang dewasa. Hanya di Jawab senyuman oleh Kartika kemudian mengusap lembut kepala Jeni.

*******

"Mas, kita ke swalayan dulu ya, cari bekal untuk besok" Kata Diana didalam mobil saat di jemput, Rangga.

"Okay... " Rangga menuju swalayan. Ingin membeli aneka snek ringan untuk bekal ke Bali.

"Bagaimana? pekerjaan hari ini Na, lancar?" tanya Rangga tanpa menoleh karena fokus dengan setir.

"Ada kendala di bagian pruduksi Mas, Kartika sudah dua hari nggak masuk kerja, katanya sakit"

Deg. Angga menoleh Istrinya, sekilas. "Memang tidak bisa digantikan yang lain, bukanya yang bagian produksi banyak ya" Rangga mencoba untuk bicara santai. Padahal di hatinya gemuruh ingat telah mendorong istri tuanya hingga jatuh.

"Masalahnya hanya dia yang bisa membuat kue dan roti itu, jika diganti orang selain keseringan gagal" Diana mendesah kasar.

Rangga tidak menimpali karena mereka sudah sampai tempat yang di tuju.

Diana ambil keranjang kemudian memilih-milih produk kesukaannya.

"Yang, aku ke konter dulu ya" Rangga menepuk pundak istrinya.

"Iya Mas"

Mereka berpisah, Rangga ingin kekonter membeli pulsa.

"Kak Anisa, kak Anisa. Lihat deh, ini boneka bagus ya?" Jenita menunjukkan boneka yang ia sukai kepada Anisa.

"Iya sih... tapi aku nggak suka boneka, suka kebayang kalau hidup gitu." Nisa ngeri kas anak jika ketakutan.

"Ah kakak! mana ada boneka hidup." Jenita geleng-geleng heran.

Anisa melihat-lihat produk lain mengangkat lalu meletakan kembali.

Lalu Jenita, masih menelisik boneka kelinci yang besarnya seperti tubuhnya sendiri. Boneka bermata merah, kumis hitam, kuping panjang, berwarna putih bersih. Jeni lalu tersenyum gemas spontan mencium boneka yang di kemas dalam plastik tersebut.

"Haii... sedang mencari apa?"

Suara berat mengejutkan Jeni. Jenita mendongak, menatap pria tampan, bertubuh tinggi, dua orang berbeda abad itu saling pandang. Deg deg. Jantung pria berdetak, begitu juga dengan Jeni.

Jeni beringsut mundur, dengan boneka yang masih dalam pelukan. Jeni mengangkat boneka untuk menutup separoh wajahnya.

Pria tampan itupun berjongkok di depan Jeni. "Haiii... jangan takut" ucapnya kemudian, menyingkirkan boneka yang menutupi satu bola mata Indah Jenita.

Jenita bergemi membiarkan pria itu menyentuh pipi putih kemerahan miliknya.

"Kamu mau beli boneka?" pria itu tersenyum.

Melihat pria itu tersenyum ramah, Jenita membalas senyuman.

"Iya, tapi kata bunda... nanti, kalau bunda sudah punya rejeki" jujur Jeni.

"Bundamu kemana?" pria yang berpakaian kemeja dan celana bahan itu mengerlingkan mata ke sekeliling, mencari wanita yang di sebut Jeni.

"Bunda nggak ikut"

Pria itu mengerutkan dahi. "Ibu macam apa? yang tega membiarkan anaknya pergi ke Mall sendiri?"

"Bunda saya lagi sakit Om" Jenita seolah tahu yang dipikirkan pria itu.

"Oh gitu... terus... kamu kesini sama siapa?" pria itu menopang dagu menatap Jenita.

"Sama bude, lagi milih-milih sayur di sebelah sana."

"Ya sudah... ayo ikut Om kekasir. Om mau belikan kamu boneka ini." Pria itu menuntun Jeni.

"Nggak mau... kata bunda saya nggak boleh minta-minta, nggak boleh menerima pemberian orang yang nggak dikenal." Jeni menirukan pesan Kartika.

"Betul kata bunda kamu, tapi... kamu sama Om sudah kenalan kan? ayo" tidak kehilangan akal pria itu membujuk Jenita.

Bak kerbau di cucuk hidungnya, Jeni mau di gandeng pria itu menuju kasir. Dalam perjalanan Jeni melirik ice cream, pria itupun peka. "Kamu mau?"

Jeni mengangguk, malu-malu.

"Mau pilih yang mana?" pria itu menoleh sembari membuka freezer.

"Yang rasa stroberi" Jeni menunjuk ice cream dalam kemasan mangkok kecil. Pria itu mengambil beberapa macam buah Ice cream, lalu membawanya ke kasir.

"Bonekanya Om simpan di penitipan ya, nanti kalau kamu mau pulang, baru di ambil, nomer ini kamu simpan, terus berikan ke Mbak ini" Pria itu menunjuk penjaga penitipan.

Jenita mengangguk.

"Putrinya cantik banget Pak, mirip sekali wajahnya dengan bapak." kata penjaga kasir.

Jeni dan pra itu, saling pandang lalu terkekeh.

"Mas Rangga, sudah selesai membeli pulsanya?" Diana mendekati Rangga yang masih betah berduan dengan Jenita, hingga melupakan tujuan awal yaitu membeli pulsa.

Ya pria itu ternyata Rangga.

*******

"Anisa... kamu kamu kenapa nak? mana Jeni?" Arumi terkejut melihat Anisa mendekatinya.

"Jenita hilang Ma... Jenita hilang... hiks hiks.

Terpopuler

Comments

Uneh Wee

Uneh Wee

tukang bohong pastii ketauan tar juga rangga ketauan sama diana belang nya dia semoga diana org nya baik hati ga sombong

2022-12-02

1

Senajudifa

Senajudifa

nah lo yg kehilangan anak ...kutukan cinta hadir

2022-06-20

0

Azzam Zahra

Azzam Zahra

fadil

2022-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!