"Aku tunggu di mobil ya sayang... " ucap Rangga kepada Diana yang masih berbincang-bincang dengan Kartika.
"Iya Mas" sahut Diana.
"Ya sudah Kartika, saya duluan ya, kamu menunggu siapa?" tanya Diana sambil berlalu.
"Angkutan bu" Jawab Kartika yang masih menatap Angga. Angga sedang menunggu Diana di depan pintu mobil. Kemudian, membukakan pintu untuk istrinya. Angga kembali memandang Kartika yang masih menatapnya berkaca-kaca, lalu masuk kedalam mobil. Mobil pun berjalan.
Kartika menatap kepergian mobil Angga menitikan air mata. Kini dia mulai sadar suaminya sudah pindah kelain hati.
Kartika meninggalkan pabrik berjalan kaki karena menunggu angkutan belum juga datang.
Sepanjang jalan memori Kartika kembali kemasa lalu ketika sedang merajut kasih dengan Angga.
Masih terngiang di telinga Kartika, janji Angga ketika awal keberangkatan meninggalkan Desa. Angga akan segera kembali, setelah mendapatkan pekerjaan lalu akan menjemputnya.
Tetapi kenapa? janji tinggal janji, Angga bak kumbang yang datang menghisap madu, lalu terbang hinggap kembali menyecap madu yang lain.
Kartika duduk di halte, keadaan sangat sepi, badanya bergetar tidak bisa menahan tangis. Bagaimana nanti caranya, untuk menceritakan tentang Ayahnya kepada Jenita.
Bagi Kartika, buah hatinya yang harus ia jaga jangan sampai tergores hatinya. Namun bagaimana jika kenyataannya nanti, sang Ayah tidak mau mengakui anaknya.
Kartika tidak menyangka cinta semanis madu yang ia teguk bersama Angga dulu, akan berubah sepahit batrawali. 😭😭😭.
Flashback on.
"Kamu asli darimana nak? jika kamu mencintai Kartika anak saya, cepat minta restu kedua orang tuamu, ibu tidak ingin kalian berlama-lama pacaran" titah bu Tini, ketika itu.
"Saya sebatang kara bu, bapak dan ibu saya sudah meninggal dunia, dua tahun yang lalu" jawab Angga.
"Terus... kamu selama ini tinggal dimana nak?" tanya bu Tini terkejut.
"Saya tinggal dirumah Imron bu" jawab Angga sambil menunduk malu, pasalnya, dia hanya seorang gelandangan.
Imron adalah tetangga bu Tini. Usut boleh usut. Imron bekerja di kota xxx. Lalu, bertemu dengan Angga. Saat itu, Angga tidur dimana pun. Bahkan dipinggir jalan.
Karena, rumah peninggalan orang tua Angga di sita oleh rentenir. Semasa hidupnya, orang tua Angga banyak hutang.
Karena kasihan, Imron mengajak Angga pulang ke rumahnya, dan bertemu dengan Kartika. Pada saat itu, Kartika menjadi bunga Desa karena kecantikannya.
Namun, ternyata pilihan Kartika jatuh kepada Angga. Itulah karena Kartika terlau pilah pilih saat itu. Namun justeru Kartika yang terpilih. Angga menikahi Kartika tanpa harta apapun, mas kawin pun dihutang. Kartika menikah yang penting sah, hanya ijab kabul tanpa ada pesta.
Flashback off.
*******
"Mas Rangga mengenal Kartika?" tanya Diana setelah mobilnya meninggalkan toko roti.
Angga menoleh cepat, lalu kembali menatap kedepan. Bibirnya terkatub rapat, lidahnya kelu untuk berucap.
"Mas" Diana mengusap tangan Angga yang sedang memegang setir.
"Oh, tidak. Tidak kenal, siapa tuh Kartika?" gugup Angga.
"Tadi loh Mas, yang menunggu angkutan, aku kira kalian kenal, soalnya Kartika senyum-senyum gitu sama kamu"
"Sudah gitu, handphone Mas Rangga sampai jatuh lagi" Diana menatap curiga.
"Kamu ini ada-ada saja, handphone aku tadi memang jatuh, tapi bukan karena orang tadi" elak Angga.
"Dia itu karyawan baru aku Mas, seminggu kemarin ikut training mengikuti uji coba membuat roti dan kue, ternyata hasilnya luar biasa enak, sepertinya sudah biasa masak gadis itu" tutur Diana.
Angga tidak menyahut, penuturan Diana, mobil terus berjalan tidak lama kemudian dia sampai di kediamannya.
Rumah mewah yang luar biasa besar, berpagar tinggi, tampak ada dua satpam yang sedang berjaga membuka pagar.
Di halaman, ART yang masih gadis berseragam sedang menyiram tanaman. "Selamat sore nyonya... Tuan" ucapnya.
"Sore, Mama ada Mbak?" tanya Diana.
"Ada didalam non" sahut gadis itu.
Diana masuk ke dalam, dengan suara sepatu yang nyaring di ikuti Rangga. Tampak Ibu yang sudah berumur 60 tahun sedang duduk santai.
"Sore Ma" sapa Diana dan Rangga bersamaan.
"Kok tumben, kamu bisa pulang bareng Rangga, memang tidak ada supir yang menjemput?" tanya Mama.
"Ada Ma, tapi saya yang ingin menjemput Diana" sahut Rangga.
Biasanya Diana memang di jemput supir, tetapi entah kenapa? seminggu ini Rangga yang ingin menjemput.
"Aku mandi dulu Ma" kata Diana. Mereka menapaki anak tangga, setelah di iyakan Mama Uly.
*********
Sebelum magrib, Kartika sampai di kediaman Mbak Rumi. Dia langsung menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur.
Kartika menumpahkan Air matanya yang ia tahan sedang tadi.
"Tika... kamu kenapa pulang-pulang kok nangis, sampai begitu? kamu nggak diterima kerja?" cecar Mbak Rumi berjongkok mendekati adiknya.
Kartika kemudian duduk, berhadapan dengan Rumi. "Bukan itu masalahnya Mbak, tapi aku sudah bertemu Angga" hiks hiks.
"Terus..." Rumi megerutkan dahi, seharusnya jika Adiknya sudah menemukan Angga tentu senang, bukan malah menangis.
"Angga... Angga, sudah punya istri lagi Mbak" hiks hiks. Tangis Kartika semakin kencang, panggilan sayang-sayang Rangga dan Diana tadi terus terngiang di telinga. Membuat dadanya sesak.
"Kamu tahu darimana? mungkin kamu salah orang" Rumi masih berpikir positif. Arumi naik ke kasur, mengusap pundak adiknya.
Kartika pun menceritakan tentang pertemuannya dengan Angga tadi, sambil sesegukan.
"Sudah Tika... jangan sedih, untuk apa kamu menangisi pria brengsek seperti Angga" tutur Arumi kesal.
Laki-laki nggak mau di untung, ketika keblangsak dulu mengemis meminta pertolongan kepada Ibu Tini. Karena saat itu Ibunya Imron mengusir Angga. Angga memohon tinggal di rumah bu Tini.
Tetapi ketika sudah hidup enak, seolah lupa akan kebaikan orang yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Ibu Tini tidak pernah membedakan antara Arumi, Kartika maupun Angga. Bahkan Ibu Tini merelakan anaknya dinikahi tidak memandang siapa Angga. Namun parahnya lagi, Angga kini telah melupakan anak istrinya.
" Sudahlah Tik, sebaiknya kamu mandi, sebentar lagi maghrib, pasti anakmu akan mencarimu, dia sekarang sedang mandi juga." kata Rumi kemudian keluar dari kamar.
"Iya Mbak" Kartika segera ambil handuk di jemuran kecil. Lalu kekamar mandi dapur. Kartika segera mandi, khawatir Jeni mengetahui jika dia sedang menangis pasti anaknya ikut bersedih.
******
"Bunda, tadi Jeni sudah sekolah" tutur Jeni ketika sudah mau tidur, dia bercerita dengan bundanya.
"Terus... tadi belanjar apa?" tanya Kartika tiduran miring menopang kepala menatap anaknya.
"Belum belajar, cuma perkenalan gitu bun, terus ditanya nama Ayah sama bunda" tutur Jeni sedih, ingat ketika ditanya oleh bu Guru siapa nama Ayahnya tidak tahu lalu di soraki teman-temannya.
"Loh kok sedih... kenapa?" Kartika mencium pipi Jeni.
"Nama Ayah siapa bun? tadi kan di tanya sama bu Guru" Jeni cemberut.
"Memang bunda belum pernah bercerita sama kamu ya?" Kartika merasa bersalah kepada anaknya.
"Belum" lirih Jeni.
"Nama Ayahmu Angga, bagus nggak?"
"Angga? bagus-bagus" Jeni menatap Kartika berbinar-binar. Padahal hanya menyebut namanya saja. "Angga. Pantas, Ayah ganteng ya bun, namanya saja bagus." pungkas Jeni. "Hoaaam..." Jeni pun lama-lama tidur.
Kartika tersenyum masam. Tapi sayang... sifat Ayahmu tidak sebaik wajah dan namanya sayang.
Kartika selama ini tidak memberi tahu nama Angga kepada Anaknya, bukan tanpa alasan. Karena rasa kecewanya jika bukan karena Jeni. Kartika mungkin sudah menghapus nama Angga dari ingatanya. Namun, walaupun bagaimana Angga adalah Ayah kandung Jeni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ayu Ilyas
kaya cerita sinetron y🤭
2023-07-12
0
Shuhairi Nafsir
Arumi sosok kakak yang perihatin dan penyanyang, Angga dibuatnya kapok dan menyesal tidak mendapat keturunan dari Diana.
2022-12-08
1
💓🌹Nai_Zalfa🌹😘💓
pantesan pernikahan Angga n Diana udh lima tahun tapi belum punya anak,itu karena Angga telah mengabaikan nafkah untuk anak dan istri nya.
2022-10-18
1