Pamitan lembur jam ke nol pada mamanya, Alexa berangkat lebih pagi dari biasanya. Gadis muda itu sengaja menghindar ketemu dengan Johan dan Alexander, karena kedua laki-laki itu sudah berjanji akan menjemputnya. Lebih baik menghindari omongan rekan-rekan kerjanya di perusahaan, daripada menjadi sasaran gosip yang tidak jelas. Selain itu, Alexa juga merasa tidak begitu kenal dengan kedua laki-laki itu.
"Cempaka..., Cempaka..." kondektur bis kota menawarkan tumpangannya. Alexa langsung berdiri dan bergegas memasuki bis dari pintu depan.
Seorang laki-laki berkaca mata tebal menggeser duduknya ke pinggir, dengan maksud memberi tempat duduk untuk Alexa. Melihat kursi bagian depan sudah terisi penuh, akhirnya Alexa duduk di samping laki-laki itu.
"Turun dimana Miss?" tanya laki-laki yang duduk di samping Alexa. Merasa dipanggil laki-laki di sampingnya, Alexa menoleh.
"Turun di Halte Karya.." jawab Alexa singkat.
"Halte Karya..? Sama berarti dengan saya.., jika boleh tahu, Miss kerja ya, dimana?" merasa diladeni pertanyaan pertamanya, laki-laki itu melanjutkan pertanyaannya. Merasa bored juga, akhirnya Alexa berpikir tidak salah mengobrol dengan laki-laki itu.
"PT. Andromega.., masnya?" tanya Alexa balik bertanya. Tanpa diduga, laki-laki itu mengulurkan tangannya.
"Saya Johny..., kebetulan tujuan kita sama Miss. Kebetulan juga, hari ini hari pertama saya bekerja di perusahaan itu. Untung ketemu dengan Miss.., jadi saya tidak merasa sendiri. Boleh tahu.., nama Miss siapa?" laki-laki bernama Johny itu terlihat sumringah, ketika mengetahui gadis yang duduk di sebelahnya, ternyata juga bekerja di perusahaan tempat dia diterima.
"Alexa.., panggil Lexa saja. Sudah mau sampai.., siap-siap yukk!" Alexa mengabaikan uluran tangan Johny, tetapi dia menyebutkan namanya. Melihat Halte Karya sudah di depan mata, Alexa segera berdiri dan bersiap di depan pintu. Laki-laki muda bernama Johny juga melakukan hal yang sama.
*********
Alexa meninggalkan Johny di ruang tunggu depan receptionis, karena tidak mau bertemu dengan Johan dan Ravendra, gadis itu langsung menuju kubiknya. Baru saja masuk, Alexa melihat Aniss tertunduk di atas mejanya. Ketika Alexa memperhatikan dari dekat, ternyata gadis itu terlihat sedang menangis.
"An.., what happend?" Alexa mendekati Aniss, sambil mengusap punggung gadis muda itu, Alexa bertanya. Aniss mengangkat wajahnya, kemudian memeluk Alexa dengan erat. Beberapa saat, Alexa membiarkan Aniss melepaskan rasa sesak di hatinya dengan memeluk dan mengusap punggungnya perlahan. Setelah berhasil menguasai hatinya, Aniss menatap mata Alexa.
"Mau cerita..?? Jika tidak, dan menurutmu ini rahasia, lupakan saja." Alexa dengan suara pelan kembali bertanya, setelah melihat Aniss sudah mulai tenang.
Aniss terdiam, dia terlihat ingin cerita, tetapi sepertinya gadis itu belum yakin untuk menceritakan masalahnya pada Alexa. Belum lama mereka saling mengenal, membuat Aniss belum begitu percaya sepenuhnya pada gadis itu.
"An.., apapun masalahmu.., jangan sampai mempengaruhi kerjamu hari ini. Jika perlu bantuanku, aku bisa handle sebagian tugas atau pekerjaanmu. Aku tinggal ya, tenangkan dirimu karena sebentar lagi teman-teman pasti sudah akan datang." melihat Aniss sudah mulai tenang, Alexa minta ijin untuk kembali ke kubiknya. Aniss menganggukkan kepalanya, kemudian membuka tumbler miliknya. Perlahan Aniss meminum air hangat dari tumbler yang dia pegang.
Sambil menepuk pelan punggung Aniss, Alexa berjalan meninggalkan gadis itu, kemudian menuju kubiknya untuk menikmati sarapan pagi. Karena berangkat lebih pagi dari biasanya, Nyonya Sarah sudah menyiapkan bekal teh manis panas dan nasi goreng buatannya. Sejak kecil, perempuan paruh baya itu sudah membiasakan putrinya untuk mengutamakan sarapan pagi.
Melihat telur ceplok dan sosis goreng di sisi nasi gorengnya, Alexa tersenyum senang. Gadis itu segera mengeluarkan sendok dan mulai menyuapkan nasi ke mulutnya. Sambil menyalakan perangkat komputer, Alexa menghabiskan nasi goreng buatan mamanya. Sesekali gadis itu menyesap teh panas sebagai penghilang rasa haus.
"Hoyyy... kok bau makanan?? Jadi laper nih." tiba-tiba terdengar teriakan Irwan dari arah pintu masuk. Seperti seekor kucing, laki-laki muda itu berjalan masuk dan mengendus tiap kubik. Tidak beberapa lama, akhirnya laki-laki itu sampai di kubik Alexa. Melihat ada potongan sosis di lunch box di meja Alexa, tanpa minta ijin, tangan Irwan langsung mencomot potongan sosis dari lunch box tersebut.
"Ihh usil kamu Ir.." teriak Alexa memprotes ulah usil Irwan. Laki-laki itu malah tertawa, sambil mengambil potongan sosis yang lain.
"Ha..., ha..., ha... lumayan pengganjal perut." ucap Irwan sambil berjalan menuju kubiknya.
**********
Dengan muka menahan kesal, Ravendra masuk lift menuju ruangannya. Johan yang berada di sampingnya tidak berani mengajak laki-laki itu berbicara. Sejak dari rumah Alexa untuk menjemput gadis itu, dan ketika Nyonya Sarah menyampaikan jika gadis itu sudah meninggalkan rumah sejak pagi, aura dingin mengiringi perjalanan mereka. Tidak ada sepatah katapun keluar dari bibir laki-laki itu.
"Tuan Muda.., rekanan bisnis kita dari PT. Garuda. Tbk mengundang kita untuk hadir dalam acara amniversary mereka yang ke 11. Apakah Tuan Muda ada waktu untuk menghadirinya?" mengisi kesepian, Johan memberanikan diri membuka pembicaraan dengan Ravendra. Ravendra tidak menjawab, bahkan terkesan tidak mendengarkan perkataan Johan.
"Bagaimana Tuan Muda.., karena sejak tadi sekretaris perusahaan itu sudah melakukan konfirmasi pada saya?" tidak mendengar jawaban dari Ravendra, Johan mempertegas lagi pertanyaannya.
"Jika kamu bisa menugaskan Alexa untuk menemaniku, aku akan datang. Tapi jika tidak.., silakan kamu datang sendiri atau kirim perwakilan untuk mewakiliku." ucap Ravendra tanpa memandang Johan. Mendengar jawaban itu, Johan hanya melihat Tuan Muda nya sekilas.
"Tuan Muda apakah memiliki ketertarikan pada gadis itu?? Bagaimana jika Alexa tahu tentang status Tuan Muda sebenarnya?" heran melihat perubahan Tuan Muda nya, Johan memberanikan diri untuk bertanya.
Sejauh dia mendampingi Ravendra, belum pernah laki-laki itu mengatakan jika dia tertarik pada seorang gadis muda. Bahkan beberapa rekan bisnis berusaha untuk mendekatkan putri mereka dengannya, tetapi Ravendra selalu menghindar dan tidak jarang laki-laki itu malah marah pada mereka. Kali ini sepertinya Tuan Muda ketemu batunya, baru saja ingin mengenal gadis yang diincarnya, malah ditinggalkan pergi duluan oleh gadis itu.
Tidak lama, lift sudah berhenti di lantai tempat ruang kerja mereka berada. Tanpa menjawab pertanyaan Johan, Ravendra berjalan duluan meninggalkan laki-laki itu. Johan ikut terdiam, dia menyusul langkah Ravendra karena membawakan tas kerja laki-laki itu.
Sesampainya di dalam ruangan, Ravendra menekan tombol rahasia yang ada di dekat meja kerjanya. Almari arsip di belakang tempatnya duduk berputar dan bergeser ke samping. Terlihat sebuah ruangan dengan cahaya temaran dan suhu pendingin yang sangat rendah. Tanpa melihat ke belakang, laki-laki itu segera masuk ke dalam ruangan.
"Aku harus mengembalikan staminaku dulu." Ravendra berpikir sendiri, kemudian mengambil botol berisi air berwarna merah. Perlahan laki-laki itu menuangkan isi botol ke gelas kosong yang ada di atas meja, kemudian dengan segera Ravendra meminumnya tanpa jeda. Aura kemerahan mulai bergerak di wajahnya yang terlihat pucat.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
❤ $he ¥ ❤
semangatt Authorr.....
semangatt Babang Vampir....Ravend
2022-04-10
0