Mendengar perkataan laki-laki itu, Alexa tidak berani untuk mengeluarkan suara. Ketika laki-laki itu menyuruhnya duduk, gadis itu langsung menuruti perintahnya. Alexa segera berjalan menuju kursi yang ada di depan meja kerja laki-laki itu, kemudian langsung mendudukinya. Mata Alexa tiba-tiba menyipit, tatapannya melihat satu gelas besar berisi cairan warna merah kental, tetapi dia tidak bisa menebak apa isinya. Perlahan perut gadis itu terasa bergolak, tiba-tiba Alexa merasa mual.
"Kenapa cairan itu kental dan warnanya seperti darah..?" pikiran Alexa berpikir sendiri. Tetapi dengan cepat gadis itu berusaha untuk menetralisir perasaannya.
"Ah.., mungkin itu juice buah naga. Karena terlalu lama di bawah AC, jadi mengental." pikir Alexa masih memikirkan cairan merah kental itu.
"Dengan siapa kamu tadi kemari..?" suara tegas laki-laki berwajah pucat itu membuyarkan pikiran Alexa. Gadis itu menengadahkan wajahnya melihat ke arah laki-laki tampan itu, dan tatapan mata mereka bertubrukan.
"Sendiri..., apakah tidak boleh aku berjalan-jalan di lingkungan ini sendiri?? Bukannya ini juga lingkungan kerja PT. Andromega.., tidak salah bukan jika aku mengenali setiap ruangan yang ada di building ini." menggunakan logika berpikirnya, Alexa menjawab pertanyaan laki-laki itu. Gadis itu mencoba menenangkan perasaannya sendiri.
Laki-laki itu menaikkan sudut bibirnya ke atas, perlahan muncul ketertarikannya pada gadis itu. Tetapi dengan segera laki-laki itu menepis pikirannya.
"Tidak.., kamu tidak salah. Kesalahanmu hanya terletak pada masuk ke ruang kerja seseorang tanpa mengucapkan kata permisi, dan sudah diijinkan masuk. Apakah kamu menyadari kekeliruanmu?" ucap laki-laki itu, yang pada intinya menekankan jika Alexa membuat sebuah kesalahan.
"Terserah deh.., apa persepsimu padaku. Sepertinya tadi sudah tiga kali aku mengucapkan salam, dan memanggil-manggil penghuni ruangan ini. Jika kamu saja tidak mendengarnya, apakah aku juga akan menyalahkanmu. Tidak kan..?" tidak mau mengakui kesalahannya, Alexa malah mencari alasan. Tiba-tiba matanya kembali terarah ke gelas yang ada di depannya. Dia tidak tahu kenapa, matanya dari tadi ingin melihat cairan merah yang berada di dalam gelas itu. Sepertinya laki-laki itu mengetahui kemana arah mata Alexa mencuri pandang.
"Kenapa kamu dari tadi melihat ke arah minumanku?? Kamu mau..?" ucap laki-laki itu yang kemudian mengambil gelas itu, dan mendekatkan gelas itu lebih dekat ke arahnya.
"Gak.., menjijikkan seperti darah yang mengental." ucap Alexa asal, tetapi perubahan wajah laki-laki itu tampak jelas di mata Alexa. Sejenak mereka terdiam, dan melihat ekspresi laki-laki di depannya itu berubah menyeramkan, hati Alexa menjadi berdebar.
"Tuan Muda..., rapat akan segera dimulai." tiba-tiba terdengar suara Johan dari belakang Alexa. Gadis itu merasa bersyukur karena kehadiran tiba-tiba Johan di ruangan ini, seperti kehangatan kembali menghampiri tubuhnya yang mendadak dingin.
"Kamu..., kenapa kamu bisa berada di dalam ruangan Tuan Muda..??" melihat keberadaan Alexa di dalam ruangan itu, Johan berjalan mendekati gadis itu. Matanya menatap Alexa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Setelah itu, Johan menatap pada Tuan Mudanya. Tetapi sama dengan ekspresi gadis itu, Tuan Mudanya juga tidak memberinya jawaban.
"Aku tidak sengaja nyasar ke tempat ini. Karena rapat sudah akan dimulai.., aku akan ke meeting room ya," tanpa menunggu ijin dari dua orang laki-laki itu, Alexa langsung berdiri dan berlari meninggalkan ruangan itu.
Johan geleng-geleng kepala melihat kekonyolan gadis yang berlari meninggalkannya itu. Kemudian laki-laki itu meminta penjelasan pada laki-laki yang duduk di depannya itu. Tetapi Tuan Mudanya tidak menanggapi rasa penasarannya, laki-laki itu malah menyalakan perangkat komputer di depannya.
"Seperti biasa., pimpin rapat itu. Aku mengikutinya secara online saja, dan wakili aku untuk bicara. Aku tidak mau gadis itu mengetahui jika aku CEO perusahaan ini." ucap laki-laki itu sambil tersenyum kecil. Johan tidak mempercayai pemandangan yang dia lihat di depannya, karena melihat laki-laki yang bernama Ravendra itu tersenyum.
*********
Alexa segera mengikuti petunjuk arah yang disampaikan laki-laki berwajah pucat tadi padanya. Tidak lama, dia sudah berada di depan meeting room, dan segera gadis itu memasuki ruangan. Tatapan Boss Ridwan langsung menghujam padanya, ketika mengetahui dia muncul di ruangan itu. Laki-laki itu mengangkat tangan memberi isyarat padanya agar duduk di dekatnya. Karena tidak mengenali seorangpun di ruangan itu, Alexa mendatangi Boss Ridwan.
"Duduklah disini.., aku tadi mencarimu. Tetapi rekan-rekanmu mengatakan jika kamu lebih dulu menuju ruangan ini." bisik Boss Ridwan pada Alexa. Laki-laki itu menggeser kursi untuk diduduki oleh Alexa.
"Iya Boss.., maaf aku tadi tersesat, dan salah masuk ruangan." ucap Alexa lirih sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya.
"Ya lupakan.., nanti wakili aku melaporkan tentang draft konsep desain produk yang tadi pagi kita diskusikan. Kamu lebih menguasainya daripada aku." ucap Boss Ridwan meminta Alexa untuk mewakilinya. Tanpa memiliki keberanian untuk menolak, Alexa hanya menganggukkan kepala, menyetujui perintah yang diberikan laki-laki itu.
Tidak lama kemudian, Alexa melihat Johan berjalan memasuki ruangan, dan sejenak mereka berpandangan, tetapi dengan cepat Alexa menundukkan wajahnya. Sekretaris perusahaan langsung berdiri melihat kedatangan Johan, dan tanpa diduga laki-laki itu kembali melirik ke arah Alexa, dan tersenyum smirk padanya. Alexa pura-pura mengabaikan tatapan laki-laki itu, dia malah mengalihkan pandangan ke arah kertas print out yang ada di depannya.
Sekretaris perusahaan segera memoderatori acara rapat, dan mempersilakan Johan untuk mewakili CEO berbicara. Alexa terkejut menyadari status yang dimiliki oleh laki-laki yang sering terlibat adu mulut dengannya itu.
"Jika dia asisten pribadi.., jangan-jangan laki-laki berwajah pucat tadi adalah CEO perusahaan ini." tiba-tiba Alexa terkejut dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba saja bibirnya menjadi kelu mendengar Johan mengarahkan rapat, dan meminta laporan dari masing-masing divisi. Gadis itu menundukkan kepala, dan mengarahkan tatapannya pada iPad yang ada di tangannya. Dia sama sekali tidak berani untuk beradu pandang dengan Johan.
"Alexa.., sebentar lagi giliranmu. Aku hanya menyampaikan kata pengantar saja, selanjutnya kamu sendiri yang mempresentasikan hasil karyamu." bisik Boss Ridwan menyadarkannya dari lamunan.
"Siap Boss." jawab gadis itu singkat.
"Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk IT Design Division untuk melaporkan hasil kerja kami. Untuk mempersingkat waktu, tolong Miss Alexa untuk mewakili tim kita menyampaikan laporan kita." tiba-tiba terdengar suara Boss Ridwan memerintahnya untuk bicara. Miss Kathleen yang duduk tidak jauh dari mereka, mengerenyitkan keningnya.
"Baiklah disini saya akan melaporkan draft konsep dari design kami terbaru. Dasar pemilihan konsep adalah kami mencoba untuk mengenali siapa target dari customer kita kali ini. Based on interview dengan bagian riset pemasaran, dalam bulan ini produk yang akan launching menyasar kids dengan kisaran usia maksimal lima tahun. Oleh karena itu, tim kami lebih mengedepankan penggunaan colouring dan animasi untuk mempengaruhi aware dan interesting dari calon konsumen sasaran." Alexa mengawali presentasinya dengan menggunakan kalimat untuk membangun ketertarikan peserta rapat lainnya. Seperti yang sudah dia perkirakan, orang-orang dalam meeting room memandangnya dengan penuh antusias.
**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
❤ $he ¥ ❤
😍😍😍😍
2022-04-10
2