Sejak kepulangan Willy, Pak Salman, dan Bu Debby, kediaman keluarga Anggara menjadi lebih ramai. Raffi dan Esha sangat bersyukur kepada Allah, karena mereka bisa berkumpul kembali bersama kedua anaknya.
Sore itu mereka sekeluarga duduk berkumpul di ruang tengah menikmati minuman, kue dan aneka cemilan sambil berbincang-bincang.
"Will, bagaimana kuliahmu di Amerika?" tanya Raffi setelah menyesap kopi hitam kesukaannya.
"Sebenarnya Willy ada surprise untuk kalian semua," ujar Pak Salman sambil melebarkan senyumnya.
"Surprise apa Will?" tanya Esha dengan penasaran.
"Tunggu sebentar ya Ma!" Willy berdiri dari tempat duduknya lalu melangkah menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu.
"Sebenarnya ada apa Ma, Pa?" tanya Raffi kepada kedua orang tuanya.
"Kita tunggu saja Raffi! Nanti biar Willy yang akan menyampaikannya pada kalian semua," seru Bu Debby.
Tak lama kemudian, Willy kembali ke ruang tengah sambil membawa sesuatu di tangannya. Semua mata tertuju ke arah benda yang sedang dipegangnya.
"Apa itu Will?" Esha penasaran dengan benda yang ada di tangan Willy.
Willy menempatkan tubuhnya di samping ibunya kemudian menyerahkan benda itu kepadanya. Ternyata benda itu adalah selembar ijazah dan selembar transkrip nilai. Seketika kedua mata Esha terbelalak.
"Will, ini ... kamu sudah lulus kuliah?" Esha menatap wajah Willy. Dia seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Raffi dan Zayn terkejut mendengar ucapan Esha. Mereka pun beranjak mendekatinya, kemudian melihat kedua benda itu. Mereka membaca ijazah dan transkrip nilai Willy dengan seksama. Setelah itu, senyuman pun terangkat di bibir mereka.
"Will, Papa benar-benar bangga sama kamu. Kamu bisa lulus S1 di Amerika hanya dalam waktu tiga tahun?" seru Raffi dengan wajah yang berbinar-binar.
"Iya Pa. Willy ikut program fast track di sana. Alhamdulillah, Willy berhasil lulus dalam waktu tiga tahun."
"Kenapa kamu nggak pernah kasih tau papa kalau kamu ikut program fast track, Will?"
"Willy emang sengaja, Pa. Kalau Willy kasih tau sebelumnya, namanya bukan surprise dong Pa."
"Alhamdulillah. Kakak juga bangga sama kamu, Will. Kamu bisa lulus kuliah dengan nilai rata-rata A dan IPK 3,9? Kakak bener-bener nggak nyangka kamu bisa mengalahkan kakak," imbuh Zayn sambil tersenyum puas.
"Aku kan sudah pernah bilang, kalau aku pasti bisa mengalahkan Kakak."
"Mama senang sekali Will, akhirnya kamu bisa membuktikan pada kita semua kalau kamu bisa berubah menjadi anak yang pintar. Mama bangga sekali sama kamu, Sayang," ucap Esha dengan haru. Bulir-bulir air bening pun meluncur di kedua pipinya. Willy dengan sigap mengusap air mata di kedua pipi perempuan yang telah melahirkannya itu.
"Jangan nangis dong Ma! Willy nggak tega lihat air mata Mama."
"Nggak pa-pa Sayang, ini kan air mata kebahagiaan." Esha berusaha mengukir senyuman di bibirnya.
"Jadi kamu nggak akan balik lagi ke Amerika kan, Will? Kamu nggak akan ninggalin mama lagi kan?" tanya Esha sambil menggenggam erat tangan kanan Willy dengan kedua tangannya.
"Mama tenang saja Ma. Mulai sekarang Willy akan tinggal di sini sama Mama. Willy nggak akan ninggalin Mama lagi."
"Alhamdulillah. Makasih, Sayang. Mama senang sekali. Kita harus merayakan keberhasilanmu. Malam ini mama akan masak makanan yang spesial buat kita semua."
"Willy juga udah kangen banget sama masakan Mama."
Malam itu mereka merayakan keberhasilan Willy dengan makan malam bersama di rumah. Esha beserta asisten rumah tangganya telah memasak makanan yang spesial untuk seluruh anggota keluarga. Meja makan pun penuh dengan makanan dan minuman yang lezat. Mereka sangat bergembira karena sudah lama mereka tidak menikmati suasana makan malam bersama seperti itu.
***
Jam menunjukkan pukul sembilan malam saat Willy mengetuk pintu kamar kakaknya. "Masuk!" sahut Zayn dari dalam.
Willy pun membuka pintu lalu mengayunkan langkah memasuki kamar kakaknya. "Kamu lagi ngapain Kak? Belum tidur?" tanya Willy menghampiri kakaknya. Kebetulan saat itu Zayn sedang duduk sambil menulis sesuatu di buku diarinya.
"Belum ngantuk. Kakak nggak lagi ngapa-ngapain kok, cuma iseng aja," sahut Zayn kemudian menutup buku diari itu dan memasukkannya ke dalam laci meja.
"Ada apa kamu mencari Kakak?" tanya Zayn sambil menatap wajah adik kesayangannya itu.
"Emh ... aku cuma ingin tanya sesuatu sama Kakak."
"Tanya apa?"
"Apa Kakak benar-benar mencintai si Kinci?"
Zayn mengerutkan dahi. "Kenapa kau tanyakan itu?"
"Enggak. Aku cuma ingin tau saja. Setauku kan selama ini Kakak nggak pernah pacaran selain sama buku -buku Kakak." Willy terkikik.
"Kurang asam kamu, Will," sahut Zayn sambil tersenyum kecut.
"Loh, emang benar kan apa yang ku bilang?" Willy terkikik lagi.
"Dulu sih iya. Tapi sekarang semuanya sudah berubah sejak ada Mira dalam hidup Kakak."
"Jadi, Kakak benar-benar sudah jatuh cinta sama si Kinci itu?" tanya Willy dengan penasaran. Perlahan Zayn menganggukkan kepala sambil mengedipkan kedua matanya.
"Wah ... aku benar-benar nggak nyangka, ternyata si Kinci bisa mencairkan hati Kakak yang beku. Akhirnya kakakku sekarang sudah nggak jadi presiden jomblo lagi. Selamat ya Kak."
"Makasih Will. Lalu bagaimana denganmu? Apa kamu nggak punya pacar selama tinggal di Amerika?"
"Dulu sih ada Kak."
"Dulu? Lalu sekarang?"
"Udah putus. Soalnya aku nggak mau mikirin cewek dulu Kak. Aku mau fokus belajar dan membuktikan pada kalian semua kalau aku bisa berhasil dan membuat kalian semua bangga padaku."
"Sekarang kan kamu sudah berhasil. Apa kamu nggak mau kembali lagi sama mantan pacar kamu itu?"
Willy menggelengkan kepala. "Soalnya aku nggak yakin kalau aku cinta sama dia, Kak. Aku nggak suka sama cewek yang terlalu agresif seperti dia. Aku lebih suka sama cewek yang agak jutek."
"Agresif? Apa dia orang Amerika?"
"Bukan. Dia orang Indonesia juga. Sekarang dia masih kuliah di sana."
"Oohh ... kakak pikir dia cewek bule." Kini giliran Zayn yang terkikik.
"Sialan kamu, Kak!" Willy melempar bantal ke muka Zayn, tapi Zayn menangkapnya dengan sigap.
"Aku nggak suka sama cewek bule. Aku lebih suka cewek dalam negri. Lagi pula papa sama mama pasti nggak akan setuju kalau punya mantu bule, iya kan?" tanya Willy.
"Amit-amit deh. Kakak aja nggak setuju, apalagi mereka."
Tawa mereka pun pecah. Kakak beradik itu asyik berbincang-bincang sampai tak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Tepat pukul sebelas malam, mereka pun menyudahi perbincangan mereka dan bersiap-siap untuk tidur.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG.........................
Wajib tekan LIKE setelah membaca! Jangan lupa LIKE dan komentarnya yaa ... Terima kasih .... 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nazala Ajja
kayaknya amira sama zayn gak jodoh dech
2020-08-18
2
Sakura
wili cerdas yah
2020-06-15
1
Suryani Rasjid
smoga zayn sm mira sj
2020-06-15
2