Jam menunjukkan pukul lima sore saat Zayn tiba di rumahnya. Dia pun berjalan dengan santai memasuki rumahnya yang kebetulan pintunya sedang terbuka lebar. Senyuman tipis tak lekang dari bibir laki-laki itu. Senyuman yang menandakan kalau hatinya sedang berbunga-bunga.
"Assalamu'alaikum Ma, Pa," ucap Zayn kepada kedua orang tuanya yang sudah berdiri menyambut kepulangannya di ruang tamu.
"Wa'alaikumussalam," sahut Raffi dan Esha bersamaan.
"Anak Papa kelihatannya seneng banget hari ini," ucap Raffi saat melihat senyuman di bibir anak sulungnya itu.
"Biasa aja Pa," Zayn berusaha menyangkalnya.
"Jangan bohong kamu Zayn! Papa kan juga pernah muda. Pasti kamu lagi falling in love kan?" Raffi berusaha memancing Zayn.
"Falling in love apaan sih Pa?" Zayn masih pura-pura di depan kedua orang tuanya.
"Mama ikut senang Sayang, kalau kamu sama Mira saling jatuh cinta." Esha menimpali sambil mengukir senyuman di bibirnya.
"Zayn juga senang kalau Mama senang."
"Oh ya Sayang, apa kamu udah beli cincinnya?" tanya Esha kemudian.
"Udah Ma." Zayn mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna merah dari saku celananya lalu menunjukkannya kepada ibunya. Esha pun membuka kotak cincin itu. Matanya langsung terpana saat melihat kilau berlian yang bertahta di tengah-tengah cincin itu.
"Waahh ... bagus banget cincinnya. Coba lihat Pa!" Esha menunjukkan cincin itu kepada Raffi.
"Bagus juga," ucap Raffi sambil manggut-manggut.
"Apa cincin ini Mira yang pilih?" tanya Esha kemusldian.
"Zayn yang pilih Ma."
"Kenapa bukan Mira yang pilih?"
"Dia minta Zayn yang pilihkan Ma. Tapi Mira juga suka kok sama cincin itu. Cincin itu sangat pas di jari manisnya."
"Oohh ... syukurlah kalau begitu. Kamu simpan baik-baik cincin ini!" Esha mengembalikan kotak cincin itu kepada Zayn.
"Iya Ma. Kalau gitu Zayn mandi dulu ya Ma, Pa."
"Iya Sayang."
Zayn pun berlalu meninggalkan kedua orang tuanya dan masuk ke dalam kamarnya.
***
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam saat Zayn asyik termenung di dalam kamarnya. Dia berbaring di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya. Lalu tiba-tiba saja bayangan wajah Amira melintas di pikirannya.
Apa benar aku sudah jatuh cinta pada gadis itu? Kenapa belakangan ini aku selalu saja memikirkannya? Apa karena sebentar lagi kami akan segera bertunangan? Zayn bertanya dalam hati.
Banyak pertanyaan yang yang muncul di pikiran Zayn. Lalu dia pun bangun lalu mekangkah menuju kabinetnya. Zayn membuka laci kabinetnya kemudian mengeluarkan sebuah buku diari dan pulpen. Zayn pun menarik kursi lalu duduk dan mulai menulis sesuatu.
Sejak kecil Zayn memiliki hobi menulis di buku diari. Buku itu menjadi teman curhatnya setiap hari. Semua yang ia alami dan ia rasakan, selalu dituangkannya ke dalam diari itu.
Selesai menulis, Zayn menyimpan kembali buku diari itu ke laci mejanya. Setelah itu dia beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudu. Zayn hendak melaksanakan salat sunah istikharah untuk meminta petunjuk kepada Sang Pencipta perihal jodohnya.
Jam di dinding kamar Zayn sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Selesai melaksanakan salat sunah istikharah, laki-laki itu pun berbaring kembali di atas tempat tidur kemudian mulai memejamkan mata hingga terlelap.
Zayn berjalan di sebuah taman yang penuh dengan aneka bunga yang berwarna-warni. Kemudian Zayn melihat seorang perempuan berjilbab sedang duduk di sebuah bangku kayu. Perempuan itu duduk membelakanginya hingga dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah perempuan itu.
Zayn mencoba untuk mendekati perempuan itu. Dia berjalan selangkah demi selangkah hingga jarak mereka semakin lama semakin dekat. Tapi tiba-tiba saja ....
Bruk! Zayn terjatuh dari tempat tidurnya. Sontak ia pun tersadar dari mimpinya. Laki-laki itu mengaduh kesakitan karena badannya jatuh terjerembap di atas lantai yang keras. Dia pun mengusap-usap bagian tubuhnya yang terasa sakit.
"Kenapa aku bisa sampai jatuh?" gumamnya lirih. Kemudian dia pun berdiri lalu kembali berbaring di atas tempat tidurnya.
Mimpi apa aku tadi? Kenapa tiba-tiba aku bisa jatuh ke lantai? Zayn berusaha mengingat-ingat kembali mimpinya tadi.
O iya. Aku tadi mimpi melihat bidadari. Bidadari yang memakai jilbab. Siapa* perempuan itu? Aku nggak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Apa perempuan itu Mira? Tapi Mira kan nggak pakai jilbab*?
Ya Tuhan ... apa perempuan itu adalah jawaban dari sholat istikharahku? Tapi siapa perempuan itu?
Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan dalam pikiran Zayn. Namun laki-laki itu tidak bisa menemukan jawabannya. Kemudian dia pun memutuskan untuk kembali tidur.
Lebih baik aku tidur lagi. Mungkin saja perempuan itu akan muncul lagi dalam mimpiku, gumamnya dalam hati kemudian mulai memejamkan matanya kembali.
***
Keesokan paginya, Zayn terbangun saat mendengar ketukan dari luar pintu kamarnya. Dia pun berusaha membuka kelopak matanya dan mencoba untuk bangun dari tempat tidur.
"Bangun Zayn, sudah Subuh!" seru Esha dari balik pintu.
"Iya, Ma."
Esha pun pergi setelah mendengar sahutan dari putranya.
Zayn masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudu. Tepat pukul lima pagi, dia pun melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Cling! Tiba-tiba saja ponsel Zayn mengeluarkan bunyi yang menandakan kalau ada pesan whatsapp yang masuk. Dia pun meraih ponsel di atas kabinetnya kemudian melihat ke layar. Ternyata Amira yang mengirim pesan kepadanya. Dia pun segera membaca pesan itu.
{ Assalamu'alaikum cinta. }
Zayn terkejut karena Amira memanggilnya 'cinta'. Dia tersenyum kemudian mengetik balasan.
{ Wa'alaikumussalam. Tumben nih manggil aku cinta? }
{ Iya kan aku cinta sama kamu. }
Zayn tersenyum senang begitu membaca balasan dari Amira. Lalu dia pun mulai mengetik lagi.
{ Aku juga cinta sama kamu. Btw udah salat Subuh belum nih? }
{ Udah. Kamu? }
{ Udah juga. }
{ Mira, semalam aku mimpi ketemu bidadari. }
{ Oya? Pasti bidadari itu aku. Iya kan? }
{ Entahlah. Aku nggak bisa melihat wajahnya karena bidadari itu sedang duduk membelakangiku. }
{ Anggap aja itu aku ... hehe .... }
{ Mira, boleh nggak aku mengatakan sesuatu? }
{ Apa? }
{ Pasti kamu akan terlihat lebih cantik kalau kamu pakai jilbab. }
Lalu tiba-tiba saja Amira menelpon. Zayn pun segera menjawabnya.
"Kenapa tiba-tiba menelponku?" tanya Zayn dengan penasaran.
"Aku cuma mau bilang kalau aku belum siap untuk memakai hijab. Maaf ya Kak, bukannya aku nggak mau. Dulu mama sama papa juga sering menyuruhku untuk berhijab. Cuman aku aja yang belum siap."
"Nggak pa-pa, Mira."
"Kak Zayn nggak marah kan?"
"Enggak. Buat apa aku marah."
"Makasih Kak, kamu udah mau ngertiin aku."
"Sama-sama, Mira."
"Ya udah, aku tutup dulu ya telponnya. Assalamu'alaikum cinta."
"Wa'alaikumussalam cinta."
Mereka pun mengakhiri percakapan mereka.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG.......................
Wajib LIKE, vote dan komen yang banyak yaa.. makasii 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Y.S Meliana
bidadari yg lain kah
2021-03-18
1
eli anggawati
penasaran siapa ya bidadari berjilbab
2020-06-20
1
Suryani Rasjid
yah moga sj berjodoh
2020-06-15
1