Siapa Jodohku?
Terdengar bunyi petir yang menggelegar. Tak lama kemudian, ada titik-titik air yang jatuh dari dada langit. Semakin lama hujan turun semakin lebat. Pagi yang tadinya cerah pun berubah menjadi gelap seketika.
Pagi itu, Amar sedang bekerja di kantor saat tiba-tiba ponselnya berbunyi dengan nyaring. Sejenak dia menghentikan pekerjaannya lalu meraih ponsel yang terletak di meja kerjanya. Di layar ponsel itu tertulis kata 'HOME'. Seketika raut wajah laki-laki berusia 26 tahun itu terlihat cemas. Dia pun segera menjawab panggilan tersebut. "Halo, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Nyonya Aulia sepertinya mau melahirkan, Tuan. Air ketubannya sudah pecah," sahut Bi Minah di ujung talian.
Amar tersentak kaget. "Apa? Bi, Bibi dan Pak Imam tolong bawa Lia ke rumah sakit terdekat sekarang juga! Saya akan segera ke sana."
"Baik, Tuan."
Amar pun memutus sambungan telepon lalu segera membereskan meja kerjanya. Setelah itu, dia meminta izin kepada atasannya untuk pulang lebih awal.
Setelah mendapatkan izin, Amar segera berlari keluar dari kantornya. Ya Allah ... aku mohon selamatkanlah Aulia dan juga bayi kami, doa Amar dalam hati sambil terus berlari.
Di luar hujan turun begitu derasnya. Namun Amar tidak peduli. Yang ada di pikirannya saat itu cuma Aulia dan juga bayinya. Dia pun berlari menerobos hujan menuju parkiran. Dengan cepat ia masuk ke dalam mobilnya, kemudian tancap gas menuju rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit, Amar langsung turun dari mobil dan berlari sekencangnya menuju ruang IGD. Di sana dia melihat dua asisten rumah tangganya. "Bi Minah, Pak Imam dimana nyonya Aulia?" tanyanya dengan cemas.
"Dokter sedang memeriksanya Tuan," sahut Bi Minah.
Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruang periksa. Amar segera menghampirinya. "Dokter, bagaimana kondisi istri saya?"
"Air ketuban ibu Aulia pecah dini, Pak. Kami menyarankan agar ibu Aulia segera dioperasi caesar."
"Lakukan apa saja Dokter! Tolong selamatkan istri dan anak saya!"
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak. Silahkan tanda tangani dulu surat persetujuannya!"
"Baik Dokter!" Tanpa berpikir panjang, Amar pun langsung menandatangani surat persetujuan tersebut.
Suster segera membawa Aulia menuju ruang operasi. Amar menggenggam erat tangan kanan istrinya dan mendampinginya sampai di depan ruang operasi.
"Aaahh ... sakiiit!" jerit Aulia sambil terus memegangi perutnya dengan tangan kiri.
"Sayang, bertahanlah, demi anak kita," tutur Amar menguatkan istrinya.
"Bapak tolong tunggu di luar!" kata suster saat mereka akan memasuki ruang operasi. Amar menuruti perintah suster. Dia pun melepaskan tangan istrinya. Lalu suster segera membawa Aulia masuk ke ruang operasi.
Menit demi menit pun berlalu, Amar, Bi Minah dan Pak Imam menunggu Aulia di depan ruang operasi dengan gelisah. Dalam hati Amar tak henti-hentinya berdoa kepada Allah demi keselamatan istri dan anaknya.
"Tuan, apa Tuan tidak mengabari tuan Mirza dan nyonya Kania?" tanya Bi Minah memecah keheningan.
"Iya Bi. Saya akan segera menghubungi mereka." Amar merogoh ponsel di saku celananya lalu menghubungi nomor ibu mertuanya.
"Assalamu'alaikum, Amar" ucap Bu Kania di ujung talian.
"Wa'alaikumussalam. Lia akan segera melahirkan, Ma. Dia sekarang ada di ruang operasi."
Bu Kania terkejut mendengar ucapan menantunya. "Bukankah usia kandungan Lia belum sembilan bulan?"
"Air ketuban Lia pecah dini Ma. Dan bayinya harus segera dikeluarkan."
"Oke Amar, mama sama papa akan segera pulang ke Indonesia."
"Makasih Ma. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Amar pun mengakhiri panggilannya. Setelah itu, dia menghubungi kedua orang tuanya yang ada di kampung dan juga sahabatnya, Raffi.
***
Setengah jam kemudian, bayi Aulia berhasil dikeluarkan dengan selamat. Begitu lahir, bayi itu menangis dengan kencangnya. Lalu salah seorang suster keluar dari ruang operasi untuk menemui ayah sang bayi.
"Selamat ya Pak. Bayi Anda sudah lahir dengan selamat. Jenis kelaminnya perempuan dan sangat sehat," ucap suster tersebut sambil menyunggingkan senyuman.
"Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya aku telah menjadi seorang ayah," ucap Amar lalu meraup mukanya dengan kedua telapak tangannya. Dia merasa lega dan bahagia.
Amar pun segera masuk menemui bayinya. Bayi itu terlihat sangat cantik dan lucu. Kulitnya putih bersih, bibirnya merah, rambutnya hitam dan lebat. Amar begitu terharu ketika menggendong malaikat kecilnya untuk pertama kali. Tak terasa ada butiran kristal bening yang menetes dari pelupuk matanya.
"Sayang, ini Papa." Diciumnya kedua pipi tembam bayi mungil itu. Lalu dengan suara lirih, dia pun melafazkan azan ke telinga kanan bayinya kemudian ikamah ke telinga kirinya.
***
Beberapa waktu kemudian, Raffi dan Esha tiba di rumah sakit. Mereka berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang operasi.
"Assalamu'alaikum," ucap Raffi dan Esha ketika mereka bertemu dengan Amar, Bi Minah dan Pak Imam di depan ruang operasi.
"Wa'alaikumussalam. Raffi, Esha, makasih kalian sudah datang," sahut Amar.
"Amar, bagaimana keadaan Aulia? Apa bayi kalian sudah lahir?" tanya Esha dengan cemas.
"Alhamdulillah, sudah Sha," sahut Amar.
"Alhamdulillah ...." Esha dan Raffi merasa lega.
"Lalu bagaimana dengan kondisi Lia?" tanya Raffi kemudian.
"Alhamdulillah, Lia juga selamat Fi."
"Syukurlah," sahut Raffi.
Setelah dipindahkan ke ruang rawat, mereka pun menemui Aulia dan juga bayinya.
"Assalamu'alaikum Lia," ucap Raffi dan Esha kepada Aulia.
"Wa'aiaikumussalam Esha, Kak Raffi. Makasih ya kalian udah dateng."
"Sama-sama, Lia."
"Oh ya, Zayn mana?" tanya Aulia.
"Zayn di luar sama bibi. Dia kan masih kecil, jadi nggak boleh masuk ke rumah sakit," sahut Raffi.
Esha pun mendekati bayi Aulia yang sedang tertidur pulas di dalam box bayi. Dia tersenyum melihat bayi mungil itu.
"Aulia, Amar, selamat ya! Bayi kalian cantik banget. Persis seperti ibunya." Esha pun menggendong dan menciumi kedua pipi bayi itu.
"Makasih Sha," sahut Amar dan Aulia.
"Semoga kelak dia tumbuh menjadi anak yang sholeha, pintar, dan berbakti kepada kedua orang tuanya," imbuh Esha. Semua orang pun mengamini.
Amar menggenggam tangan Aulia lalu mengecup lembut keningnya. "Makasih ya Sayang, kamu sudah memberiku seorang bayi yang sangat cantik dan lucu."
"Sama-sama Sayang."
"Aku sangat bahagia."
"Aku juga. Sayang, apa kamu sudah menghubungi mama sama papa?"
"Sudah. Mereka akan segera pulang ke Indonesia. Aku juga sudah menghubungi ayah sama ibu. Insyaallah siang ini mereka akan berangkat ke Jakarta."
Aulia tersenyum senang. "Mereka pasti sangat bahagia karena sudah menjadi seorang kakek dan nenek."
"Iya Sayang, mereka sangat bahagia mendengar berita kelahiran cucunya."
"Aulia, Amar, apa kalian sudah menyiapkan nama untuk bayi kalian?" tanya Esha kemudian.
"Sudah Sha. Namanya Felicia Amirah Lashira, yang artinya anak perempuan cerdas yang memiliki berbagai macam kesuksesan hidup dan selalu dapat dipercaya banyak orang," sahut Aulia.
"Masyaallah ... bagus banget namanya," puji Esha.
"Nama panggilannya Amira," imbuh Amar.
"Amiraaa ...." Esha memanggil bayi itu kemudian mengecup pipinya lagi.
"Bagaimana kalau kita jodohkan saja Zayn dan Amira?" celetuk Raffi tiba-tiba.
Esha, Amar dan Aulia terkejut mendengar ucapan Raffi. Mereka pun saling berpandangan.
"Kak Raffi, Amira ini kan baru saja lahir, masak udah dijodoh-jodohin sih!" protes Esha kepada suaminya.
"Ya nggak pa-pa Sha. Kelak kalau mereka berdua berjodoh, kita kan bisa jadi besan," sahut Amar kemudian tertawa.
Aulia langsung angkat bicara. "Aku nggak setuju. Jika sudah besar nanti, biarlah mereka menentukan masa depan mereka masing-masing. Kalau memang mereka ditakdirkan berjodoh, suatu saat nanti mereka juga akan bersatu. Kita nggak perlu jodoh-jodohin mereka."
Aulia tidak mau kalau masa lalunya terulang kembali. Perjodohan yang tidak dilandasi rasa cinta, telah membuat rumah tangganya dengan Raffi hancur berantakan. Dia tidak ingin putrinya mengalami hal yang sama.
"Aku sependapat denganmu, Lia," sahut Esha.
"Ya sudahlah. Terserah kalian saja para istri. Kita berdua ngalah aja ya Mar?" tukas Raffi.
"Iya, Fi. Lebih baik kita ngalah saja. Kalau kita nggak ngalah, pasti mereka pada ngambek sama kita," sahut Amar.
Esha dan Aulia saling memandang kemudian tertawa. Raffi dan Amar memang selalu mengalah jika berdebat dengan istri-istri mereka.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG...................
Minta dukungan 👍, ❤, ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, VOTE dan komentarnya ya gaess!! Makasii.. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nancy Adnan
Lanjut
2021-05-04
0
Sitichodijahse RCakra
oooh ini sambungan nya senang br nemu
2021-04-11
1
Astia Ningsih
mantap
2021-03-05
1