Perasaan Amira terhadap Zayn semakin hari semakin dalam. Hampir tiap hari mereka saling chatting melalui aplikasi whatsapp. Jika tidak bertemu sehari saja, Amira akan sangat merindukan laki-laki pujaan hatinya itu. Sehingga pada suatu hari, Amira berfikir untuk pindah saja ke rumah kakek dan neneknya agar bisa lebih dekat dengan Zayn. Dia pun mengutarakan keinginannya itu kepada kedua orang tuanya.
"Ma, Pa, Mira pengen ngomong sesuatu sama Mama dan Papa," kata Amira pada saat mereka duduk di meja makan untuk sarapan.
"Memangnya ada apa Sayang?" tanya Aulia dengan penasaran.
"Gimana kalau kita pindah ke rumah oma sama opa?"
"Kenapa kita harus pindah?" tanya Amar sambil mengerutkan dahi. Laki-laki paruh baya itu terkejut karena putrinya tiba-tiba ingin pindah rumah.
"Mama tau. Pasti kamu pengen deket kan sama Zayn?" tanya Aulia sambil tersenyum. Dia selalu bisa membaca pikiran anak gadisnya itu.
"Mama tau aja sih," Amira pun membalas senyuman ibunya.
"Papa nggak setuju, Mira. Kalau kita pindah ke sana, bisa-bisa tiap hari papa akan terlambat ke kantor karena jarak rumah opa dengan kantor papa kan lumayan jauh."
"Papa kan bisa berangkat lebih awal, Pa. Mira mohon Pa! Kita pindah ya Pa?"
Karena Amira terus saja merengek seperti anak kecil, akhirnya Amar pun luluh dan menuruti keingan anak semata wayangnya itu. "Ya sudah, kita pindah ke rumah opa dan oma. Tapi jangan sekarang ya! Hari Minggu nanti kita baru pindah."
"Yeaaayyy ... makasih ya Pa!" Amira pun berhambur merangkul leher ayahnya dari belakang.
"Mira sayang Papa ... muah." Amira mengecup pipi kanan papanya.
"Papa juga sayang sama Mira. Apa pun akan papa lakukan demi kebahagiaan kamu, Sayang."
"Thank you, Papa!" ucap Amira. Aulia tersenyum memperhatikan mereka berdua.
***
Hari Minggu kemudian, Amar sekeluarga pindah ke rumah Pak Mirza dan Bu Kania. Kebetulan selama ini rumah itu tidak pernah ditempati, karena Pak Mirza dan Bu Kania jarang pulang ke Indonesia. Setiap hari Minggu Aulia memberi tugas kepada Bi Minah dan Pak Imam untuk membersihkan rumah itu. Jadi biarpun tidak pernah ditempati, rumah itu tetap terjaga kebersihannya.
Raffi, Esha dan Zayn datang untuk membantu mereka pindahan karena kebetulan mereka tidak ada acara. Amar, Pak Imam, Raffi dan Zayn bergotong royong menurunkan barang-barang dari mobil pick-up yang disewa Amar kemudian mengangkatnya masuk ke dalam rumah. Sementara Aulia, Esha, Amira dan Bi Minah bergotong-royong membersihkan rumah dan memasak.
Setelah semuanya beres, mereka semua pun duduk berkumpul di meja makan untuk beristirahat sambil menikmati makan siang.
"Amar, Lia, kenapa nggak dari dulu aja kalian pindah ke sini? Kenapa baru sekarang?" tanya Esha.
"Kalau bukan karena Mira, kami juga nggak akan pindah ke sini Sha. Mira yang merengek-rengek seperti anak kecil minta pindah ke sini agar dia bisa dekat dengan Zayn," sahut Amar.
"Papa, kenapa bilang begitu di depan mereka Pa? Mira kan malu!" seru Amira sambil melirik ke arah Zayn.
"Kan memang itu kenyataannya Sayang." Aulia menimpali sambil tersenyum menggoda putrinya.
"Mama kenapa ikut-ikutan? Udah ah Mira mau pergi aja." Amira pun berdiri lalu melangkah pergi meninggalkan mereka semua.
"Kamu mau kemana Sayang?" teriak Aulia. Namun Amira tidak menggubris teriakan ibunya. Gadis itu terus melangkah keluar dari rumah.
"Biar Zayn yang mengejar Mira, Tante," ucap Zayn kepada Aulia.
"Oke Zayn," sahut Aulia.
Zayn pun beranjak menyusul Amira ke halaman rumah. Ternyata Amira sedang duduk di gazebo yang ada di taman. Amira terkejut karena Zayn datang menghampirinya. Dia merasa sangat malu kepada Zayn karena ucapan kedua orang tuanya tadi. Amira pun menundukkan wajahnya.
"Mira, kenapa kamu duduk di sini?" tanya Zayn. Kemudian laki-laki itu pun duduk di sebelah Amira.
"Emh ... aku ... aku malu sama Kak Zayn," sahut Amira masih dengan wajah tertunduk.
"Kenapa harus malu? Aku senang kok kamu pindah ke sini."
"Benarkah?" Amira mengangkat wajahnya sambil tersenyum ke arah Zayn. Sejenak pandangan mereka saling beradu.
"Tentu saja, Mira. Kita kan bisa ketemu tiap hari," sahut Zayn sambil tersenyum menampakkan lesung pipitnya.
"Oh ya Mira, sebelum kita bertunangan, gimana kalau kita PDKT dulu mulai dari sekarang?" tanya Zayn tiba-tiba.
Hah? PDKT? gumam Amira dalam hati. Gadis itu sontak membulatkan kedua matanya. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Seorang Zayn Bastian Anggara yang terkenal pendiam dan tidak pernah pacaran seumur hidupnya, mengajaknya PDKT?
"Gimana Mira?" Zayn mengulangi pertanyaannya.
"Eh ... Iya Kak. Mira setuju."
Mereka berdua pun terdiam untuk beberapa saat sambil menikmati keindahan taman. Lalu tiba-tiba saja Zayn teringat kenangan masa kecilnya.
"Mira, kamu inget nggak dulu waktu kita masih kecil kita bertiga sering main sama-sama? Aku, kamu dan Willy," tanya Zayn tiba-tiba.
"Tentu saja aku masih ingat Kak. Dulu Willy selalu saja mengerjaiku dan membuatku menangis. Kak Zayn yang selalu menghapus air mataku."
Mereka berdua tersenyum mengingat masa kecil mereka.
Aku nggak akan pernah melupakan semua kejadian itu kak. Karena sejak saat itulah aku mulai menyukaimu. Bagiku kamu adalah malaikat pelindungku, gumam Amira dalam hati.
"Mira, apa kamu ingat dulu Willy selalu memanggilmu apa?" tanya Zayn lagi.
"Tentu saja aku ingat. Dulu dia selalu mengejekku dan memanggilku 'si Kinci' karena katanya gigiku mirip dengan gigi kelinci," sahut Amira sambil tertawa.
Amira memiliki gigi gingsul di sebelah kiri depan sehingga dulu Willy selalu memanggilnya dengan sebutan 'si Kinci'. Namun sekarang gigi gingsul itu malah menambah kecantikan dan daya tarik di wajah gadis itu jika dia sedang tersenyum.
"Udah lama banget kami nggak ketemu. Kira-kira udah hampir tujuh tahun kan sejak Willy pindah ke Amerika?" tanya Amira.
"Iya." jawab Zayn singkat.
"Mungkin sekarang dia sudah lupa sama aku."
"Apa Willy nggak pernah menghubungimu, Mira?"
Amira menggelengkan kepalanya. "Sama sekali nggak pernah. Aku juga nggak tau kenapa."
"Mungkin dia malu karena waktu itu dia nggak lulus ujian nasional. Waktu itu dia sangat terpukul. Sepanjang hari dia hanya menangis dan mengurung dirinya di dalam kamar. Aku sungguh kasihan padanya ...."
"Sejak saat itu, dia nggak pernah keluar rumah apalagi bermain. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk belajar dan terus belajar. Setelah lulus ujian susulan, dia pun ikut oma sama opa ke Amerika."
"Dulu mama juga sempet cerita sama aku, Kak. Mama tau dari tante Echa. Kasihan Willy."
"Tapi kamu nggak usah khawatir, Mira. Sekarang Willy sudah banyak berubah kok. Sekarang nilai pelajarannya selalu bagus. Kami semua bangga padanya."
"Oya? Syukurlah kalau begitu."
Mereka berdua asyik berbincang-bincang tentang masa kecil mereka. Kadang perbincangan mereka diselingi dengan canda tawa. Tanpa mereka sadari, ada empat pasang mata yang sedang memperhatikan mereka dari kejauhan. Siapa lagi kalau bukan kedua orang tua mereka. Raffi, Esha, Amar dan Aulia sangat senang melihat kedekatan anak-anak mereka.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG.......................
Wajib tekan LIKE setelah membaca! Jangan lupa berikan vote dan komentarnya juga ya.. makasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Marincha Maha
kok sama yaa gigi Amira kek aku,gigi kinci terletak di kiri depan.
2020-06-17
2
Sakura
aduh amira suka banger sama zayn sampai segitunya deh
2020-06-15
2
Yanti Mama'y Qila
visualx Zayn siapa ya,,,
2020-06-02
2