Zayn tersenyum senang begitu melihat adik kesayangannya berdiri di depan matanya. Begitu juga dengan Willy. Laki-laki itu pun menanggalkan kaca mata hitamnya, kemudian menyelipkan kaca mata itu ke leher bajunya.
"Will," seru Zayn seraya melangkahkan kakinya mendekati Willy.
"Kak Zayn," sahut Willy. Mereka pun saling berpelukan untuk beberapa saat.
"Kamu apa kabar Will?" tanya Zayn setelah mereka meleraikan pelukan masing-masing.
"Seperti yang Kakak lihat, aku baik-baik saja," sahut Willy sambil merentangkan kedua tangannya.
"Alhamdulillah," ucap Zayn.
"Mama sama papa gimana, Kak? Aku kangen banget sama mereka," tanya Willy kemudian.
"Mereka alhamdulillah baik. Mereka juga kangen banget sama kamu, Will. Terutama mama."
Willy mengalihkan pandangannya ke arah perempuan yang berdiri di sebelah Pak Mirza dan Bu Kania. Amira terkesiap saat Willy tiba-tiba menatapnya. Untuk sesaat kedua pasang mata mereka saling beradu.
Willy tidak bisa melihat wajah Amira dengan jelas karena pada saat itu Amira masih memakai masker dan kaca mata. Rambutnya juga digulung dan memakai topi.
"Itu siapa Kak?" tanya Willy kepada Zayn.
"Apa kamu nggak bisa mengenalinya?" Zayn balik bertanya kepada adiknya.
Willy berjalan mendekati Amira dan berdiri di hadapan gadis itu. "Kamu pasti si Kinci, iya kan?"
Amira mengerutkan dahi. Dia tidak menyangka kalau Willy masih memanggilnya 'si Kinci' sampai sekarang.
"Will, kenapa kamu masih saja memanggilnya Kinci? Sekarang Mira sudah jadi artis terkenal loh di negara kita ini," tanya Zayn yang sudah berdiri di dekat mereka.
"Oya? Tapi bagiku dia itu tetap si Kinci, Kak. Aku benar-benar nggak percaya kalau sebentar lagi kalian berdua akan bertunangan. Ternyata dunia ini begitu sempit," gumam Willy.
"Apa maksud kamu Will?" tanya Amira sambil menjeling ke arah Willy.
"Aku nggak nyangka aja Kinci, kalau kamu sebentar lagi akan jadi kakak iparku." Willy tertawa kecil.
Melihat Willy mentertawakannya, Amira jadi naik darah. "Memangnya kenapa? Kamu nggak suka kalau aku jadi kakak iparmu?" tanya Amira dengan ketus.
"Mira, Willy, ayo kita pulang dulu! Nanti saja kita bicara lagi di rumah. Mama kalian pasti sudah menunggu," tukas Pak Mirza mengakhiri perdebatan antara mereka berdua.
"Iya, Opa. Lagian Mira juga malas berdebat sama dia," sahut Amira lalu mulai melangkah pergi disusul oleh Pak Mirza, Bu Kania, Pak Salman, dan Bu Debby.
Mukanya aja yang jadi ganteng, tapi sifatnya itu dari dulu nggak pernah berubah! Dia selalu saja mengejekku. Menyebalkan! Amira meracau dalam hati.
"Will, Kakak heran, kenapa dari dulu sampai sekarang kamu sama Mira nggak pernah bisa akur. Tiap ketemu, kalian pasti selalu berantem seperti Tom & Jerry. Sekarang kan kalian sudah dewasa. Kakak benar-benar nggak habis pikir." Zayn hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Aku juga nggak tau kenapa Kak," sahut Willy sambil mengangkat kedua bahunya. Kemudian mereka berdua pun berjalan menyusul Amira, serta kakek dan neneknya.
***
Setelah memasukkan semua koper ke bagasi, mereka pun masuk ke dalam mobil. Zayn yang memegang kemudi. Willy duduk di sebelahnya. Pak Salman dan Bu Debby duduk di kursi tengah. Sementara Amira duduk di kursi paling belakang bersama Pak Mirza dan Bu Kania.
Selama dalam perjalanan, Zayn asyik berbincang-bincang dengan Willy. Sesekali Pak Salman dan Bu Debby menimpali percakapan mereka. Sedangkan Amira asyik mengobrol bersama kakek dan neneknya di kursi paling belakang.
Satu jam kemudian, mereka hampir sampai ke tempat tujuan.
"Zayn, kita antar opa Mirza, oma Kania, dan Amira dulu ya!" seru Pak Salman.
"Baik, Opa," sahut Zayn.
***
Zayn membunyikan klakson begitu sampai di depan rumah Amira. Amira, Pak Mirza dan Bu Kania pun turun dari mobil. Zayn juga turun untuk membantu mengeluarkan koper Pak Mirza dan Bu Kania dari bagasi.
Beberapa saat kemudian, Aulia keluar dari rumah dan menyambut kedatangan mereka dengan senyuman. Mereka pun saling berpelukan dan saling menanyakan kabar.
Willy yang saat itu baru turun dari mobil, tersentak kaget begitu melihat Amira. Saat itu Amira sudah melepas masker, kaca mata, dan juga topinya. Wajah gadis itu terlihat sangat cantik natural meski hanya memakai make up yang tipis. Rambutnya yang panjang, ikal dan berwarna coklat tergerai dengan begitu indahnya.
Untuk beberapa saat, Willy diam tak bergerak. Dia seolah terhipnotis oleh kecantikan Amira. Apalagi saat melihat gadis itu tersenyum dan menampakkan gigi gingsulnya yang membuat gadis itu terlihat semakin menawan.
Apa benar dia itu si Kinci? Cantik sekali dia. Willy bertanya dalam hati sambil terus menatap wajah Amira. Dia seolah tidak percaya kalau si Kinci yang dulu sering diejeknya, sekarang tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
"Kamu Willy ya?" tanya Aulia yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Willy. Laki-laki itu pun tersadar dari lamunannya.
"Eh iya, Tante," sahut Willy gelagapan.
"Ya ampuuun ... udah segede ini ya kamu Will? Ganteng lagi. Tante bener-bener nggak nyangka. Pasti di Amerika banyak cewek-cewek yang naksir sama kamu," ucap Aulia sambil tersenyum.
"Ah nggak juga kok Tante," sahut Willy sambil cengar-cengir.
"Tante, Oma, Opa, Mira, kalau begitu kami permisi dulu ya!" seru Zayn berpamitan.
"Iya Zayn, makasih banyak ya," sahut Pak Mirza, Bu Kania, dan Aulia.
"Makasih Kak Zayn," sahut Amira sambil menghadiahkan senyuman manis kepada lelaki pujaannya itu.
"Sama-sama. Assalamualaikum," ucap Zayn lalu beranjak masuk ke dalam mobilnya.
"Wa'alaikumussalam," sahut Amira, Aulia, Pak Mirza dan Bu Kania.
Sebelum masuk ke dalam mobil, Willy menoleh ke arah Amira sejenak. Gadis itu pun langsung menjulurkan lidahnya. Willy tertawa kecil. Kemudian dia pun masuk ke dalam mobil.
***
Zayn membunyikan klakson saat tiba di rumahnya. Dia, Willy, Pak Salman dan Bu Debby pun turun dari mobil.
Mendengar bunyi klakson, Esha bergegas keluar rumah untuk menyambut kedatangan mereka. Wanita itu senang sekali begitu melihat putra bungsunya pulang. Dia pun langsung berhambur memeluknya. "Will, Mama kangen sekali sama kamu, Sayang," ucap Esha sambil mendekap tubuh Willy erat-erat. Rasa rindunya kepada putra bungsunya itu sudah tidak terbendung lagi.
"Willy juga kangen banget sama Mama." Willy pun mencium kedua pipi ibunya.
Setelah itu, Esha menghampiri kedua mertuanya. "Assalamu'alaikum, Esha," ucap Pak Salman dan Bu Debby sambil tersenyum.
"Wa'alaikumussalam, Pa, Ma." Esha mencium punggung tangan kedua mertuanya secara bergantian.
"Oh ya Raffi mana? Apa dia masih di kantor?" tanya Pak Salman kepada menantunya.
"Iya Pa. Katanya dia ada meeting penting yang nggak bisa ditunda," jawab Esha.
"Dari dulu suami kamu itu memang gila kerja. Papa salut sekali sama dia," imbuh Pak Salman.
"Iya Pa," sahut Esha. Lalu mereka semua pun masuk ke dalam rumah.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG....................
Wajib tekan LIKE setelah membaca!
Jangan lupa komentar dan vote yg banyak yaa.. makasii.. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ima Kalibaru
q sukanya sama Willy . lebih👍👍👍 lanjut 💪💪💪 author
2021-07-27
0
Lia Yuliana
bu dahlia apa kabar nya
2020-06-16
1
Sakura
si kinci
2020-06-15
1