Semakin hari Zayn tumbuh menjadi anak yang pintar karena dia banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca buku. Zayn selalu mendapatkan nilai yang bagus pada setiap mata pelajaran. Dia juga selalu mendapat ranking pertama sejak duduk di kelas satu SD. Anak itu juga tumbuh menjadi anak yang pendiam, patuh dan selalu menuruti perintah kedua orang tuanya. Esha dan Raffi sangat bangga padanya.
Lain halnya dengan Wildan. Willy tumbuh menjadi anak yang keras kepala dan cenderung susah diatur. Esha sampai kewalahan menghadapi anak bungsunya itu. Setiap pulang sekolah anak itu hanya menghabiskan waktunya untuk bermain. Willy paling susah disuruh belajar. Dia selalu menyuruh Zayn untuk membantunya mengerjakan PR. Tak heran jika nilai rapornya sangat jauh berbeda dengan kakaknya.
Suatu hari, Zayn dan Willy menerima laporan hasil belajar semester akhir. Zayn dinyatakan lulus SMA dengan nilai yang sangat bagus dan memuaskan. Sedangkan Willy yang saat itu duduk di kelas 3 SMP dinyatakan tidak lulus. Ada beberapa mata pelajaran yang nilainya di bawah standar kelulusan.
Esha sangat syok ketika menerima laporan itu dari wali kelas Willy. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Willy tidak lulus sekolah.
Ya Tuhan ... apa yang harus ku katakan sama papa? Dia pasti marah besar sama Willy. Esha bergumam dalam hati.
Sore itu ....
Terdengar suara mesin mobil milik Raffi. Jantung Esha berdebar-debar saat mengetahui kalau Raffi sudah pulang dari kantor. Esha menarik napas dalam-dalam. Dia mencoba bersikap tenang.
"Assalamu'alaikum," ucap Raffi saat memasuki ruang tamu.
Esha pun keluar untuk menyambut suaminya. "Wa'alaikumussalam. Udah pulang Pa? Gimana kerjaan di kantor? Lancar?" tanya Esha seraya mengambil jas dan tas kerja Raffi dari tangannya.
"Alhamdulillah semuanya lancar Ma," sahut Raffi sambil tersenyum. "Oh ya, gimana hasil laporan anak-anak? Mereka lulus kan?"
Deg! Jantung Esha semakin berdebar kencang. Dia bingung harus menjawab apa. Esha benar-benar takut kalau Raffi akan marah besar jika mengetahui kalau Willy tidak lulus ujian.
"Ma, kenapa kamu diam saja? Mereka lulus kan?" Raffi mengulangi pertanyaannya lagi karena Esha dari tadi hanya diam saja.
"Emh ... Kamu pasti haus kan Pa? Mama bikinin minum dulu ya?" Esha berusaha mengalihkan pembicaraan.
Raffi mengerutkan dahinya. Dia merasa kalau Esha sedang menghindari pertanyaannya. "Apa yang kamu sembunyikan Ma? Kenapa kamu nggak menjawab pertanyaan Papa?"
"Emh ... sebenarnya ... sebenarnya ... Willy ...."
"Ada apa dengan Willy, Ma?"
"Willy ... Willy nggak lulus Pa." Akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulut Esha.
"Apa?" Raffi tersentak kaget. Kedua bola matanya membulat sempurna. "Willy nggak lulus?"
"Kamu tenang dulu Pa! Mama mohon jangan memarahinya! Kasihan Willy Pa."
"Willy! Willy!" teriak Raffi sambil berjalan menuju kamar anak-anaknya. Esha mengikuti suaminya dari belakang.
Raffi membuka pintu kamar Zayn dan Willy. Dia terkejut karena melihat Willy sedang duduk sambil menangis di pojokan. Zayn terlihat sedang menenangkan adiknya. "Will, sudah jangan menangis lagi!" ucap Zayn sambil mengusap-usap punggung Willy.
Raffi dan Esha pun berjalan mendekati mereka berdua.
"Papa, Zayn mohon jangan marah sama Willy Pa! Kasihan dia Pa. Dari tadi dia nangis terus Pa," kata Zayn mencoba merayu papanya.
Raffi pun berjongkok di hadapan Willy yang sedang menangis sesenggukan sambil menundukkan wajahnya. "Will, kenapa kamu menangis?" tanya Raffi.
Willy masih terus menangis tanpa menjawab pertanyaan ayahnya.
"Lihat Papa Will!" seru Raffi. Willy perlahan mengangkat wajahnya dan menatap Raffi.
"Kenapa kamu menangis?" Raffi mengulangi pertanyaannya.
"Willy minta maaf Pa. Willy janji Willy akan belajar lebih giat lagi Pa," ucap Willy dengan air mata yang bercucuran di kedua pipinya.
"Willy minta maaf Pa, Ma. Willy sudah membuat kalian malu. Willy menyesal. Willy janji mulai sekarang Willy akan belajar lebih giat lagi Pa, Ma."
Mendengar ucapan Willy, Esha tak kuasa menahan air matanya. Raffi yang tadinya ingin marah pun jadi luluh setelah mendengar ucapan Willy.
"Sini Sayang!" Raffi mengangkat kedua tangannya. Willy pun langsung mendekap tubuh Raffi dan menangis di pelukan papanya.
"Sudah jangan nangis lagi! Masak anak laki-laki cengeng. Apa kamu nggak malu hm?" ucap Raffi seraya mengusap-usap punggung Willy. "Mulai sekarang kamu harus belajar yang rajin ya!"
"Iya, Pa."
Sejak saat itu, Willy berubah menjadi anak yang rajin belajar. Dia ingin membuktikan kepada kedua orang tuanya dan juga kakaknya kalau dia bisa lulus ujian dengan nilai yang bagus.
***
Berita tentang ketidak lulusan Willy sampai ke telinga Pak Salman dan Bu Debby. Mereka terkejut saat mengetahui kalau Willy tidak lulus ujian. Mereka pun langsung pulang ke Indonesia untuk menghibur dan memberi semangat pada cucu bungsunya itu.
"Opa, Oma, Willy akan buktikan sama mama, papa, dan kakak kalau Willy adalah anak yang pintar. Willy bukan anak yang bodoh. Setelah ini Willy pasti bisa lulus ujian dengan nilai yang bagus seperti kakak. Willy janji," ucap Willy kepada kakek dan neneknya.
"Iya Sayang. Willy adalah anak yang pintar. Oma percaya sama Willy. Willy pasti bisa lulus dengan nilai yang bagus," sahut Bu Debby.
"Mulai sekarang Willy harus lebih rajin belajar ya! Jangan mau kalah sama
kakak!" imbuh Pak Salman.
"Iya, Opa."
"Oma, Opa, apa Willy boleh ikut Oma sama Opa ke Amerika?" tanya Willy kemudian.
Semua orang terkejut mendengar pertanyaan Willy. Terutama Esha.
"Apa yang kamu katakan, Sayang? Kenapa kamu mau ke Amerika?" tanya Esha kepada Willy.
"Willy mau sekolah di Amerika Ma. Willy akan buktikan kalau suatu hari nanti Willy bisa membuat mama, papa, dan kakak bangga pada Willy."
Esha menggelengkan kepalanya. "Enggak Sayang. Mama nggak setuju kalau kamu sekolah di Amerika. Mama nggak mau pisah sama kamu, Sayang."
"Papa juga nggak setuju Will. Siapa yang akan mengawasi kamu kalau kamu sekolah di Amerika?" Raffi menimpali.
"Esha, Raffi, kalian tenang saja! Kan ada mama yang akan mengawasi Willy" sahut Bu Debby.
"Iya Raffi, Esha, kami senang kalau Willy memutuskan untuk sekolah di Amerika. Dengan begitu, kami nggak akan merasa kesepian lagi," imbuh Pak Salman.
"Tapi Ma, Pa, Esha nggak sanggup kalau harus jauh dari Willy."
"Sudahlah Esha, kita turuti saja kemauan Willy!" sahut Bu Debby.
"Will, apa kamu benar-benar ingin sekolah di Amerika?" tanya Zayn kepada adiknya.
"Iya Kak. Aku akan membuat kalian semua bangga padaku. Aku akan rajin belajar. Dan aku akan lulus dengan nilai yang bagus. Aku janji Kak."
Zayn tersenyum mendengar ucapan adiknya. "Bagus Will. Kakak akan selalu berdoa untuk keberhasilanmu."
"Makasih Kak," sahut Willy.
Akhirnya Raffi dan Esha pun terpaksa menuruti kemauan Willy. Mereka tidak bisa membantah keinginan Willy karena tekad Willy sudah bulat. Anak itu tetap ingin sekolah dan kuliah di Amerika.
***
Setelah menempuh ujian ulang dan dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, Willy pun ikut bersama kakek dan neneknya ke Amerika. Esha, Raffi, dan Zayn mengantar kepergian mereka sampai di bandara.
"Ma, Pa, Raffi titip Willy ya! Tolong jaga dia baik-baik!" pesan Raffi kepada kedua orang tuanya.
"Kamu tenang saja Raffi. Kami berdua pasti akan menjaga Willy dengan baik," sahut Bu Debby.
"Will, jaga dirimu baik-baik ya!" ucap Zayn seraya memeluk adiknya.
"Iya, Kak. Tolong jaga mama sama papa ya Kak!"
"Pasti."
Kini giliran Esha yang memeluk Willy. Drama perpisahan antara ibu dan anak pun dimulai.
"Will, jaga diri kamu baik-baik ya Sayang. Mama pasti akan sangat merindukanmu. Jangan lupa hubungi mama setiap hari ya!" ucap Esha sambil memeluk Willy dengan erat. Dia seolah tidak ingin melepaskan Willy. Air matanya tidak berhenti mengalir.
"Iya Ma. Willy akan menelpon Mama setiap hari. Mama jangan sedih ya!"
"Mohon perhatian, bagi penumpang penerbangan dari kota Jakarta menuju New York, pesawat akan segera lepas landas. Dimohon untuk membawa barang-barang Anda ...." (Suara mikrofon).
"Ayo Will!" ajak Pak Salman dan Bu Debby. Esha pun meleraikan pelukannya dan melepas kepergian putra bungsunya dengan berat hati.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG......................
Wajib tekan LIKE dan jangan lupa berikan VOTE dan komentarnya ya!Mohon dukungannya! makasii.. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Suryani Rasjid
sedih banget😔
2020-06-15
3
febri farid
sedih bikin nangis
2020-06-03
2
Yanti Mama'y Qila
kena pergaulan bebas nati dia
2020-06-02
3