Bulan langsung melaksanakan tugasnya membersihkan setiap meja yang ada di bagian depan resepsionis seperti yang diminta Dinda. Meskipun kondisi fisik Bulan sedang kurang fit, ia tetap berusaha melaksanakan tugas dengan baik karena ia tidak mau dipecat dari pekerjaan ini. Untuk sementara, ia mengesampingkan masalah pribadinya dan tetap berusaha keras menyelesaikan pekerjaannya.
Saat sibuk membersihkan meja, tiba-tiba Bulan mendengar suara keributan tak jauh dari tempatnya berada. Gadis itu mencari sumber keributan itu dan rupanya, ia melihat Dinda sedang mengomeli nenek-nenek renta berpakaian compang-camping yang sedang duduk di salah satu meja hotel VIP dengan santainya.
"Hei Bulan! Kemari kau!" teriak Dinda dengan marah memanggil Bulan. Buru-buru gadis itu datang menghampiri seniornya.
"Iya, Kak? Ada apa?" tanya Bulan bingung, ia juga memerhatikan nenek yang berpakaian compang-camping itu dari atas hingga bawah. Sang nenek yang diomeli hanya diam saja tanpa dosa.
"Kenapa kau biarkan nenek ini duduk di sini? Apa kau tahu kalau meja ini adalah meja VIP!" Dinda mulai menyalahkan Bulan.
"Nenek ini juga tamu di sini Kak," ujar Bulan. Meski ia tidak tahu darimana asal muasal nenek ini hingga ada di sini, Bulan tetap membelanya.
"Apa kau buta? Kau tidak lihat seperti apa pakaiannya? Mana mungkin orang model begini jadi tamu VIP kita? Memangnya dia mampu bayar? Aku tidak ingin ada masalah! Usir dia dari sini!" perintah Dinda dan sontak saja membuat Bulan terkejut bukan kepalang. Teganya seniornya ini mengusir orang tanpa alasan yang jelas apalagi orang itu hanyalah nenek-nenek renta biasa.
"Tidak bisa begitu, Kak. Nenek ini datang ke hotel kita dan kita harus melayaninya dengan baik. Kenapa malah mengusirnya? Lagipula kita tidak bisa menilai orang hanya dari penampilan luarnya saja. Siapa tahu ...."
"Oh ... jadi kau mulai membantahku, ha?" Dinda sengaja memotomg kata-kata Bulan yang belum selesai. "Kau sudah bosan bekerja di sini rupanya, kalau begitu ... kau dan nenek ini ... pergi saja dari sini dan jangan pernah kembali! Kau ... dipecat! Pergi!" bentak Dinda tanpa belas kasih sedikitpun seolah hotel ini adalah miliknya. Kini, mereka langsung menjadi pusat perhatian banyak orang akibat suara Dinda yang lumayan keras juga.
"A-apa? Dipecat?" tanya Dinda. "Kak, jangan bercanda!"
"Apa kau pikir aku bercanda?" bentak Dinda.
"Tapi ... bagaimana bisa aku dipecat hanya karena masalah sepele ini? Siapapun yang datang ke hotel ini memang adalah tamu kita kan, Kak?" Bulan mencoba membela diri.
"Terus siapa yang mau bayar meja ini? Kau?" sengal Dinda tak terima dengan pembelaan Bulan. "Untuk pakaian saja, si nenek ini tidak mampu beli, bagaimana bisa dia bayar meja yang ia duduki sekarang? Kau tahu berapa harga fasilitas VIP di hotel ini? Gajimu sebulan saja tidak akan mampu membayarnya! Jadi kau jangan berlagak jadi pahlawan kesiangan di sini!" Dinda benar-benar kesal dengan sikap Bulan yang sok baik.
"Jadi ... aku benar-benar dipecat?" tanya Bulan antara percaya dan tidak percaya.
"Selain begook, telingamu itu budeg, ya? Kau dipecat dan aku sudah memperingatkanmu tadi, Sedikit kesalahan saja darimu ... maka aku akan memecatmu! Sekarang pergi dari sini dan bawa nenek compang camping ini bersamamu. Kau melakukan kesalahan besar dengan membelanya dan menantangku!" tegas Dinda meskipun hal ini terdengar tidak adil bagi Bulan, tapi itulah kehidupan.
"Tapi ..."
"Tidak ada tapi-tapian! Kau bukan karyawan lagi di hotel ini! Cepat pergi atau aku panggil keamanan untuk mengusir kalian," ancam Dinda dan ia tidak main-main dengan ucapannya.
Semua orang yang melihat kejadian tak terduga ini hanya bisa diam menyaksikan Bulan diperlakukan tidak adil oleh seniornya sendiri hanya karena ia membela nenek-nenek yang entah bagaimana caranya ia bisa masuk ke hotel ini. Sebab, tidak ada siapapun orang yang melihat nenek ini datang. Secara tiba-tiba itu nenek sudah main duduk saja di ruang VIP yang membuat Dinda langsung marah.
Rekan-rekan Bulan yang lain tidak bisa berbuat apa-apa saat seniornya memecat Bulan secara tiba-tiba dihadapan banyak orang. Dinda memang kepala pelayan yang berhak merekrut dan memberhentikan bawahannya. Termasuk apa yang ia lakukan pada Bulan sekarang. Namun, Bulan tidak salah tapi kenapa malah dipecat?
Tubuh gadis yang selalu bernasib malang alias Bulan, memang langsung lemas lunglai seolah ia tak punya tenaga lagi untuk berjalan. Sepertinya, ia sudah terbiasa mengalami nasib sial seperti ini karena dalam kurun waktu dua hari, gadis itu terus saja dirundung masalah bertubi-tubi. Bulan pun akhirnya memilih pasrah akan keadaan dan menerima keputusan sepihak Dinda yang memecatnya dengan sangat tidak adil. Apalagi hanya karena hal sepele.
Dalam diam, Bulan berjalan pelan menghampiri nenek renta berpakaian compang-camping itu untuk membantunya bangun berdiri dari tempat duduknya. "Ayo, Nek. Kita pergi dari sini. Hotel ini mungkin tidak pantas untuk orang seperti kita." Bulan tersenyum manis pada nenek itu dan mulai menggenggam erat tangan seorang nenek asing yang tidak ia kenal.
"Tapi, aku suka tempat ini Neng, tempatnya bagus," ujar nenek itu mulai buka suara. Mungkin nenek ini tidak mengerti dengan situasi yang tengah terjadi di sini. Bahkan gara-gara membela si nenek, Bulan kehilangan pekerjannya.
"Aku akan membawa Nenek ke tempat yang lebih nyaman daripada tempat ini. Hotel ini hanya khusus untuk orang-orang berkelas, Nek. Dan kita tidak termasuk. Percayalah padaku, tempat yang akan kutunjukkan pada Nenek, jauh lebih indah daripada tempat ini." Bulan membujuk nenek yang tak ia kenal agar mau pergi dengannya.
Melihat wajah cantik Bulan yang tersenyum ramah padanya, akhirnya si nenek menuruti ajakan gadis itu. Keduanya pergi berjalan keluar dengan disaksikan seluruh mata yang memandang trenyuh ke arah Bulan dan nenek renta yang dituntunnya. Dengan ketegaran hati yang kuat, Bulan mencoba mengikhlaskan semuanya dan ingin membuka lembaran hidup baru begitu dirinya keluar dari hotel ini.
Tetap berada di hotel ini tak membuat Bulan bahagia apalagi setelah kejadian sial yang menimpanya sehingga ia harus kehilangan kesuciannya. Mungkin, ini dalah jalan yang terbaik bagi Bulan agar hati dan pikirannya tak lagi tersiksa. Akhirnya, Bulan sendiri memilih memantapkan hati dan jiwanya untuk mengambil keputusan penting dalam hidupnya.
Yah, sudah diputuskan. Bulan akan menerima perjodohan yang sudah diatur keluarganya dengan si pria tua cacat dan kembali melanjutkan pendidikannya di kampus yang tinggal hanya mengerjakan skripsi saja. Begitu lulus, ia akan mencari pekerjaan yang lebih layak ketimbang hanya menjadi seorang pelayan hotel. Itulah keputusan mutlak Bulan yang ia ambil.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Tuty rahayu Rahayu
jgn2 it nenek ny raja LG,yg sedang mau prenk raja git,sedih jg Thor cerita ny
2022-10-23
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
si Dinda belagu bener dah seolah tuh hotel punya dia
mungkin Dinda jadi kesayangan para petinggi d itu hotel makannya dia berani bertindak sesuka hati
2022-06-18
0
Shakila Rassya Azahra
yg sabar ya bulan tenang aja bahagia sedang menantimu 😘
2022-05-22
0