BAB 18 KSD_Berniat Menjadi Diri Sendiri

Hari-hari berlalu begitu saja, selain tugas menumpuk Dhani juga tak hilang dari fikiranku. Sudah setengah bulan aku tak melihatnya. Aku rindu akan dirinya. Rasa ini sungguh beda ketika aku meninggalkan Fian di Kalimantan. Rindu ini sangat menyiksaku.

Tapi apakah Dhani masih sudi sekedar tersenyum padaku. Aku makin merasa bersalah, ketika mengucapkan kata terakhir sebelum Dhani benar-benar menjauhiku.

"Ya Allah berikanlah yang terbaik untukku". Batinku.

Ku ambil sandal swalow biru yang biasa aku pakai kemana pun. Hari ini jadwalku mengikuti ekskul pencak silat. Dalam hal ini aku menargetkan diri sendiri supaya bisa memenangkan pemilihan kandidat untuk tiga bulan lagi.

Aku sedikit percaya diri dengan bekal sebelum berangkat ke ponpes ini. Semoga saja penyamaranku tidak terbongkar sebelum benar-benar aku mengharumkan ponpes ini.

"Ra, kamu akhir-akhir ini sering melamun". Rani menjajariku berjalan menuju tempat latihan.

"Biasa saja Ran, aku lagi mager saja".

"Magermu itu tidur, bukan melamun. Aku saja tahu masa kamu lupa dengan kebiasaanmu".

"Hehe". Aku hanya nyengir kuda.

...***...

Sesampainya di tempat latihan aku merasa sangat bosan. Entah dari mana datangnya bosan benar-benar menghampiriku.

Semua teman-temanku sibuk dengan latihannya, tapi aku sendiri malah duduk di bawah pohon mangga.

"Ra, kamu baik-baik saja?". Mbak pelatih mendekatiku.

"Aku baik-baik saja. Aku bosan".

"Kamu bosan? Bosan dengan latihan ini atau bagaimana. Padahal atas dasar pertimbangan ku dengan Mas Ferdinan kamu sudah terpilih karena latihannya sangat mumpuni".

Ferdinan disini bukan wakil ketua OSIS, namun pelatih pencak silat kebetulan memiliki nama panggilan yang sama dengan wakil ketos.

"Iya mbak, aku mengerti".

"Baiklah, semangat untuk kedepannya".

"Mbak, apa ada event juga buat tingkat pelatih. Serasa tidak adil kalau sudah lulus dan tidak ada event buat yang sudah di sahkan menjadi anggota silat ini".

"Ada, dan hadiahnya lebih besar. Juara satu tingkat kecamatan saja mendapat lima juta. Tapi kalau tingkat siswa hanya satu juta".

"Oh ya, apa desa ini sudah ada yang mewakili". Aku berbinar.

"Setiap tempat latihan boleh mengirimkan anggotanya tidak perduli satu desa. Asalkan satu tempat latihan satu orang putra dan putri".

"Hmmm, boleh lah. kalau di sini warganya sampean yang ikut lomba atau siapa mbk. Sepertinya hanya sampean pelatih putri".

"Aku sudah cukup dengan melatih saja, lumayan besar bayarannya dari Abah. Aku juga memiliki seorang putra. Sudah berusia dua tahun".

"Oh, ya! Suami mbak jaga anak di rumah?". Aku sangat antusias dengan kehidupan Riah.

"Itu". Bibir Riah di manyunkan menunjuk Ferdinan, ternyata mereka suami istri.

"Wah, keren. Atlit senior nih. mbak pengesahan tahun berapa?".

"2017".

"Keren sih, 2017 sudah menjadi pelatih, atlit pula".

"Iya Ra, makasih".

"Oh, ya mbak, tadi katanya pertimbangan dari sampean aku yang mewakili?". Aku memastikan lagi.

"Iya, kalau kamu ada halangan Mia yang akan menggantikanmu. Sudah jauh hari Mia latihan dengan keras, namun setelah kedatanganmu, ternyata kamu lebih baik". Aku manggut-manggut mendengarkan penjelasan Riah.

"Biar Mia saja mbak". Fikiran ku berubah, aku ingin memberitahukan identitas ku, aku bisa mengikuti event dan hadiahnya lebih besar.

"Loh! kamu yang terbaik Nera, itu sudah di ajukan ke ndalem".

"Hmm, atas pertimbangan ku pribadi juga begitu mbak. Mia sudah bekerja keras, bahkan dia sangat semangat. Biarkan dia saja".

"Tapi kamu lebih baik".

"Okey, aku akan mewakili tinggat warga". Warga disini sebutan untuk anggota yang sudah di sahkan.

"Loh". Riah terpaku menatapku bingung. "Tapi kamu belom di sahkan".

"Harus pengesahan Jawa ya mbak, sebenarnya aku sudah di sahkan di Kalimantan. Aku juga punya tiga siswa atlit yang sudah mencapai tingkat nasional". Jelasku.

"Hah!". Riah bengong.

"Sampean tahu tidak bocah 12 tahun asal Kalimantan yang mengikuti ajang tingkat nasional sekitar delapan bulan lalu, namanya Ashif Barkhiya. Dia bocahku".

"Heh, yang benar saja kamu". Riah menampol punggungku dengan lengannya.

Aku berlari menghindari pukulan selanjutnya, namun tetap dikejar oleh Riah.

"Sialan kamu Ra! Beraninya ya!!". Aku tetap berlari.

"Jangan lari, kemari kamu. Rasakan ini". Riah menendangku berulang kali di area bokong. Sehingga aku kesusahan menghindari lari sambil lonvat-loncat seperti sirkus saja. Larinya sangat kencang, aku hampir terkejar.

Setelah jarak lumayan jauh, aku salto belakang beberapa kali supaya Riah semangat mengejar ku.

"Mas Ferdinan, istrimu minta di tenangkan".

"Sialan kamu Ra".

Lelah sekali akhirnya aku menyerah dari kejaran Riah. Kami duduk lagi di bawah pohon mangga sebelumnya bersama Riah.

"Dasar kamu Ra, sikap kamu tidak memperlihatkan. Pantas saja langsung nyangkut materinya. Kamu pengesahan tahun berapa". Nafas Riah terdengar ngos-ngosan.

"2012 mbak". Sahutku tenang.

"What!!". Mata Riah melotot, hampir copot. "Ini sudah tahun 2022, sudah 10 tahun kamu melatih". Riah lebih terkejut lagi.

"Tidak penting mbak, yang penting apakah aku bisa mewakili event ini?".

"Bisa, sangat bisa. Nanti aku ajukan". Riah merangkul ku. "Tapi apa kamu bodoh, mau capai-capai latihan seperti kemarin". Lanjutnya.

"Aku bosan saja, tidak ada hal yang membuatku diet, hahaha".

"Dasar kamu ya!". Riah menyubit perutku. "Benar, perutmu tidak ada lemak, hanya kulit".

...***...

"Ra, benar kamu udah jadi pelatih". Angga duduk di sampingku.

"Iya kak, memangnya si Dhani tidak cerita kala kakak bercerita aku ikut latihan ini".

"Dia hanya bilang, kamu sok bodoh padahal pandai dalam segala hal".

"Aku rindu, tapi Dhani terlanjur menjauhiku".

"Biar ku sampaikan salammu untuknya, tapi apakah kamu tidak memiliki seseorang selain dia?".

"Hmmm". Aku ragu untuk menjawab. "Tidak ada, aku hanya tidak ingin ada wanita lain masuk di antara aku dan Dhani".

Ya Allah maafkan aku, bukannya ingin berkhianat, hanya saja masih belum sah menjadi istri Fian.

"Kalau kamu memiliki orang disana selesaikan. Jika sudah selesai kembalilah ke Dhani".

Angga seperti mengetahui isi hatiku. Aku hanya diam tanpa berkomentar lagi.

"Ya sudah, kalau gitu aku kembali ke asrama dulu".

"Iya kak".

Tak berselang lama Mia datang menghampiriku. "Mbak, kalau sampean warga harusnya punya sikap".

"Ya".

"Bukannya ngajarin yang benar malah nyamar jadi siswa supaya mewakili lomba".

"Ya".

"Jangan bodoh gitu mbak, apa sampean tidak malu kepergok udah jadi pelatih sama mbak Riah, pantas mbak Riah marah ngejar-ngejar sampean".

"Ya".

"Ya doang, punya mulut tidak toh mbak ini".

"Apa matamu buta! Mulutku ada, apa kamu tidak di ajari sopan santun sehingga bicaramu seperti itu pada seseorang yang lebih tua!!". Aku berlalu begitu saja kebetulan Rani sudah mendekatiku.

Malas sekali aku, jika harus berdebat. Apa tidak ada satu orang pun yang sayang padaku disini. Apa tidak ada satu orang pun yang mendukungku disini. Apa tidak ada satu orang pun yang menjadi penyemangat ku disini. Apa tidak ada seorang pun.

"Haaachhhhh, apa aku akan tetap mondok disini".

"Tetap dong Ra, banyak yang mengagumimu. Termasuk aku". Rani menjawab dengan tenang.

"Hanya kamu, tidak ada yang lain".

"Banyak, jika kamu ingin membuka hatimu. Kamu ingin membuka lembaran baru, jadilah dirimu sendiri. Aku merasa kamu banyak menyimpan sesuatu". Rani menatap selidik padaku.

"Okey, aku akan menjadi diriku sendiri".

"Ya, mulailah".

"Ran, antarkan aku membeli sebuah buku tebal".

Tanpa menjawab Rani mengantarkanmu ke koperasi sebelum kembali ke asrama.

"Assalamualaikum". Aku memanggil kang santri senior yang sedang menjaga koperasi.

"Wa'alaikumsalam, mau cari apa mbak".

"Buku gelatik besar, yang isinya 400 lembar".

"Berapa biji?".

"Satu aja dulu kang. Kalau memang ada, lain kali ku memesan lagi".

"Siap mbak, apa lagi?".

"Ice cream Cornetto rasa coklat dua".

"Apa lagi?".

"Sudah".

"Bukunya 21 ribu, es nya dua 16 ribu, jadi totalnya 37 ribu".

"Terimakasih kang".

Aku dan Rani kembali ke asrama, dipertengahan jalan antara asrama dan koperasi aku melihat Dhani sedang ngopi bersama temannya yang selalu dengannya. Aku juga tidak tahu siapa dia.

Aku melirik sekilas, dia menatap ku datar. Sama sekali tidak menunjukkan hal romantis sedikit pun. Tidak tebar pesona sedikit pun. Wajahnya datar dan acuh, menjadi dingin.

Temannya menyenggol lengannya dua kali tapi tetap diam.

"Apakah dia masih menantikan ku dan anak-anakku di surga?". Batinku.

Aku jadi tertantang, sampai kapan dia akan mendiamkan ku. Apa aku harus benar-benar kehilangannya. Ku buang nafasku kasar.

Episodes
1 BAB 1 KSD_Jangan Makan Sebelum Berdoa
2 BAB 2 KSD_Ku Beri Nama "Mas"
3 BAB 3 KSD_LDR Di Mulai
4 BAB 4 KSD_Penjara Suci
5 BAB 5 KSD_Selamat Datang Balekambang
6 BAB 6 KSD_Birrul Walidain
7 BAB 7 KSD_Rindu
8 BAB 8 KSD_Dhani Sialan
9 BAB 9 KSD_Dasar Ponakan Abah
10 BAB 10 KSD_Akhlak Lebih Penting Dari Pada Ilmu
11 BAB 11 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
12 BAB 12 KSD_Di Kasih Hati Minta Jenggot
13 BAB 13 KSD_Tentang Memiliki
14 BAB 14 KSD_ Dhani Menjadi Ultraman
15 BAB 15 KSD_Demi Sebuah Cinta
16 BAB 16 KSD_Benci Dan Cinta
17 BAB 17 KSD_Kehilangan
18 BAB 18 KSD_Berniat Menjadi Diri Sendiri
19 BAB 19 KSD_Berjuang Dalam Diam
20 BAB 20 KSD_Salah Paham
21 BAB 21 KSD_Telepon Dari Fian
22 BAB 22 KSD_Rindu Dayat
23 BAB 23 KSD_Dayat Akan Berkunjung
24 BAB 24 KSD_Ijin Ke Pasar
25 BAB 25 kSD_Kejutan Spesial
26 BAB 26 KSD_Baikan Dengan Iza
27 BAB 27 KSD_Bukan Aku Untuk Mu
28 BAB 28 KSD_Curhatan Iza
29 BAB 29 KSD_Nomor Nera
30 BAB 30 KSD_Masih Nomor Tiga
31 BAB 31 KSD_Dayat Pulang
32 BAB 32 KSD_Liburan Berakhir
33 BAB 33 KSD_Happy Nice Dream
34 BAB 34 KSD_Kiriman Istimewa
35 BAB 35 KSD_Menang Sebelum Bertanding
36 Bab 36 KSD_Juara Umum
37 Bab 37 KSD_Jatuh Sampai Ke Hati
38 BAB 38 KSD_Lomba Mencintai Mu
39 BAB 39 KSD_Elegan Lah Dalam Bercinta
40 BAB 40 KSD_Udang Asam Manis
41 BAB 41 KSD_Bagai Pinang Di Belah Dua
42 BAB 42 KSD_Bocah Tengil Kesayangan
43 BAB 43 KSD_Persetan Dengan Cinta
44 BAB 44 KSD_Mancing Patin Umpan Ayam
45 BAB 45 KSD_Berjuang Dan Bersabar
46 BAB 46 KSD_Rasa Pengkhianatan
47 BAB 47 KSD_Tentang Menghormati
48 BAB 48 KSD_Kembali Ke Pondok
49 BAB 49 KSD_Penjara Suci Lagi
50 BAB 50 KSD_Ngantuk
51 BAB 51 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
52 BAB 52 KSD_Masih Bersama Gus Ashif
53 BAB 53 KSD_Anisa Kepo
54 BAB 54 KSD_Matur Abah
55 BAB 55 KSD_Dhani Pulang
56 BAB 56 KSD_Perjodohan
57 BAB 57 KSD_Hasil Perjodohan
58 BAB 58 KSD_Saringan Dari Kecamatan
59 BAB 59 KSD_Jangan Biasakan Memaki
60 BAB 60 KSD_Kehadiran Reyhan
61 BAB 61 KSD_Kehadiran Dhani
62 Sedetail Itu Cinta Mu?
63 Go Kecamatan
64 Nera Bersedih
65 Berteman Dengan Marissa
66 Nera Viral
67 Ternyata Pacar Ku Bocil
68 Go Provinsi
69 Rahasia Dhani Terbongkar
70 Kembali Ke Asrama
71 Basic English Club
72 Rindu Dhani
73 Merindu
74 Doa Ibu
75 Farewell Party
76 Menjelang Ujian
77 Menjelang Haflah Akhirussanah
78 Rindu Tapi Gengsi
79 Kehadiran Ayah
80 Anak Petani
81 Muwada'ah (Haflah Akhirussanah)
82 Berita Duka
83 Masih Di Rumah Ida
84 Masa Lalu Nera
85 Sopan Santun
86 DP Nafkah
Episodes

Updated 86 Episodes

1
BAB 1 KSD_Jangan Makan Sebelum Berdoa
2
BAB 2 KSD_Ku Beri Nama "Mas"
3
BAB 3 KSD_LDR Di Mulai
4
BAB 4 KSD_Penjara Suci
5
BAB 5 KSD_Selamat Datang Balekambang
6
BAB 6 KSD_Birrul Walidain
7
BAB 7 KSD_Rindu
8
BAB 8 KSD_Dhani Sialan
9
BAB 9 KSD_Dasar Ponakan Abah
10
BAB 10 KSD_Akhlak Lebih Penting Dari Pada Ilmu
11
BAB 11 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
12
BAB 12 KSD_Di Kasih Hati Minta Jenggot
13
BAB 13 KSD_Tentang Memiliki
14
BAB 14 KSD_ Dhani Menjadi Ultraman
15
BAB 15 KSD_Demi Sebuah Cinta
16
BAB 16 KSD_Benci Dan Cinta
17
BAB 17 KSD_Kehilangan
18
BAB 18 KSD_Berniat Menjadi Diri Sendiri
19
BAB 19 KSD_Berjuang Dalam Diam
20
BAB 20 KSD_Salah Paham
21
BAB 21 KSD_Telepon Dari Fian
22
BAB 22 KSD_Rindu Dayat
23
BAB 23 KSD_Dayat Akan Berkunjung
24
BAB 24 KSD_Ijin Ke Pasar
25
BAB 25 kSD_Kejutan Spesial
26
BAB 26 KSD_Baikan Dengan Iza
27
BAB 27 KSD_Bukan Aku Untuk Mu
28
BAB 28 KSD_Curhatan Iza
29
BAB 29 KSD_Nomor Nera
30
BAB 30 KSD_Masih Nomor Tiga
31
BAB 31 KSD_Dayat Pulang
32
BAB 32 KSD_Liburan Berakhir
33
BAB 33 KSD_Happy Nice Dream
34
BAB 34 KSD_Kiriman Istimewa
35
BAB 35 KSD_Menang Sebelum Bertanding
36
Bab 36 KSD_Juara Umum
37
Bab 37 KSD_Jatuh Sampai Ke Hati
38
BAB 38 KSD_Lomba Mencintai Mu
39
BAB 39 KSD_Elegan Lah Dalam Bercinta
40
BAB 40 KSD_Udang Asam Manis
41
BAB 41 KSD_Bagai Pinang Di Belah Dua
42
BAB 42 KSD_Bocah Tengil Kesayangan
43
BAB 43 KSD_Persetan Dengan Cinta
44
BAB 44 KSD_Mancing Patin Umpan Ayam
45
BAB 45 KSD_Berjuang Dan Bersabar
46
BAB 46 KSD_Rasa Pengkhianatan
47
BAB 47 KSD_Tentang Menghormati
48
BAB 48 KSD_Kembali Ke Pondok
49
BAB 49 KSD_Penjara Suci Lagi
50
BAB 50 KSD_Ngantuk
51
BAB 51 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
52
BAB 52 KSD_Masih Bersama Gus Ashif
53
BAB 53 KSD_Anisa Kepo
54
BAB 54 KSD_Matur Abah
55
BAB 55 KSD_Dhani Pulang
56
BAB 56 KSD_Perjodohan
57
BAB 57 KSD_Hasil Perjodohan
58
BAB 58 KSD_Saringan Dari Kecamatan
59
BAB 59 KSD_Jangan Biasakan Memaki
60
BAB 60 KSD_Kehadiran Reyhan
61
BAB 61 KSD_Kehadiran Dhani
62
Sedetail Itu Cinta Mu?
63
Go Kecamatan
64
Nera Bersedih
65
Berteman Dengan Marissa
66
Nera Viral
67
Ternyata Pacar Ku Bocil
68
Go Provinsi
69
Rahasia Dhani Terbongkar
70
Kembali Ke Asrama
71
Basic English Club
72
Rindu Dhani
73
Merindu
74
Doa Ibu
75
Farewell Party
76
Menjelang Ujian
77
Menjelang Haflah Akhirussanah
78
Rindu Tapi Gengsi
79
Kehadiran Ayah
80
Anak Petani
81
Muwada'ah (Haflah Akhirussanah)
82
Berita Duka
83
Masih Di Rumah Ida
84
Masa Lalu Nera
85
Sopan Santun
86
DP Nafkah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!