BAB 6 KSD_Birrul Walidain

Sudah ada beberapa santri yang datang pagi. Semakin siang suasana asrama semakin ramai.

"Ra, kamu nonton tv saja ya. Aku akan ke depan membantu penerimaan santri yang datang". Rinda memoles wajahnya dengan bedak bayi.

"Iya Mbak" hanya itu yang ku ucapkan.

Kini aku sendiri di dalam kamar. Ada satu santri yang memasuki kamar ku namun hanya meninggalkan tas besar dan keluar lagi. Mungkin isinya baju atau apalah.

Banyak santri keluar masuk kamar ku. Aku cuek saja mereka juga hanya melirik ku sinis.

Ada satu santri duduk di samping ku sambil menangis. Tiba-tiba di hampiri santri yang terlihat Senior.

"Sudah nangisnya. Tidak usah nangis terus nanti Ibu mu tidak tenang di rumah" kata santri Senior.

"Aku ingin pulang saja. Aku tidak mau mondok" sahut santri yang sedang menangis. Mungkin dia di paksa mondok. suaranya terdengar jelas, karena memang tepat di samping ku.

"Ida, Kamu harus tetap mondok. Kasihan Ibu Bapak mu sudah membayar semuanya" Senior memanggil dengan sebutan Ida. Itu nama santri yang menangis.

Tidak ada jawaban dari Ida. Namun terus menangis.

"Mbak, aku titip Adik ku ya. Aku ke asrama ku sebentar" kata si senior pada ku.

"Okey, jangan lama-lama. Kalau kabur aku yang bingung."

"Tidak akan kabur, orang tuanya sudah pulang. Oh ya, nama ku Dahlia" Senior tadi memperkenalkan diri.

"Aku Nera."

Dahlia kembali ke asramanya. Aku kurang tahu di mana letak asrama yang di tempati.

"Ida, kamu kenapa menangis? Kamu di paksa sekolah di sini?" ku usap punggungnya.

Ida hanya mengangguk.

"Sudahlah jangan berlarut-larut. Nikmati saja di sini sementara waktu. Kalau memang kamu tidak betah, dalam waktu satu bulan bisa konfirmasi orang tuamu" kata ku.

Ida hanya mengangguk lagi. Namun tangisannya usai.

Tak berselang lama Dahlia sudah kembali. Ia membawa kantung kresek berisi makanan ringan. Karena plastiknya sedikit transparan.

"Nera, kamu santri baru ya?" Dahlia membuka jajanannya.

"Iya Mbak."

"Kamu dari mana?" Maksud Dahlia aku dari kota mana.

"Kalimantan."

"Ada saudara mu di sini atau di sekitar Kudus Demak?" Ida mulai ikut bicara.

"Tidak ada saudara ku di Wonosobo."

"Dengerin Da, dia tidak ada sanak saudara tapi betah, kamu coba berteman dengannya. Siapa tau jadi betah di sini."

"Iya Mbak" kali ini Ida menyahut. Tidak lagi hanya anggukan kepala.

...***...

Hari semakin larut. Waktu tidur tiba. Aku membentangkan kasur busa yang hanya cukup untuk diri ku. Tiba-tiba ada yang datang.

"Hey Mbak, ini tempat ku tidur. Kamu cari saja tempat lain" kata santri sekamar ku.

Aku menggeser kasur ku.

"Situ temen-temen ku" katanya lagi.

Santri sudah pada memasang kasurnya sendiri-sendiri dan tidak ada celah untuk ku. Aku keluar kamar pun teras sudah penuh. Semalam aku masih tidur nyaman sesuka hati memilih tempat. sekarang sudah berubah.

Aula juga sudah penuh bahkan terasnya juga penuh. Ada beberapa santri membawa terpal besar dan membentangkannya di halaman.

"Ra, kita tidur di halaman saja" ada beberapa santri membawa kasurnya ke terpal dan tidur nyaman tanpa takut jika tiba-tiba datang hujan. Dan Ida mengajak ku.

"Okey" aku hanya mengikuti langkah Ida.

Di tempat yang di maksud Ida sudah ada Dahlia tiduran sambil membaca novel.

"Sini, di bentang kasurnya" Dahlia menyuruh ku. Ida sudah dari tadi membentangkan kasurnya dan tiduran menatap langit.

Aku membentangkan kasur di samping Ida. Ku perhatikan lingkungan di sini. Ada yang sedang tiduran, ada yang bergerombol. Ada yang membaca buku atau kitabnya. Ada juga yang sedang duduk di taman kecil yang tersedia di depan kamar mandi. Sebagian sudah tertidur.

"Ra, ini yang membuat ku ingin pulang. Tempat tidur juga tidak memadai" cetus Ida.

"Aku malah baru tahu dan kaget juga, ternyata kamarnya tidak muat untuk tidur" ku lirik sekilas wajah Ida yang terlihat sembab.

"Kakak kelasnya juga pada seenaknya. Apalagi yang alumni. Padahal seangkatan tapi karena dia alumni suka manja."

"Manja bagaimana?" aku terduduk di depan Ida. Dia sudah duduk dari awal berbicara.

"Ya begitulah. Seperti berkuasa begitu."

"Oh ya Da, kamu yang betah mondoknya nanti kalau ada yang macam-macam bilang aku saja" kataku mencoba membuat Ida tidak boyong.

Boyong adalah istilah Pondok Pesantren. Bisa di artikan pulang total.

"Heleeh, kamu saja santri baru dan tidak tahu apa-apa, sok mau menjaga ku. Kamu bisa jaga diri sendiri saja sudah Alhamdulillah. Bersyukur aku kalau kamu tidak terluka" kata Ida panjang lebar, sambil tertawa ringan.

"Iya sih, he he" ku garuk kepala ku bagian belakang padahal tidak gatal.

"Sudah ngobrolnya. Ini waktunya tidur kalau tidak tidur di ta'zir" Dahlia ternyata belum tidur. Tepatnya pura-pura tidur.

"Apa itu ta'zir."

"Ta'zir itu hukum" sahut Dahlia.

"Ta'ziran itu hukuman" lanjut Ida.

"Cerdas kamu da" aku bertepuk tangan pelan di depan Ida.

"Tinggal tambah kata an saja di bilang cerdas kamu da, he he" Dahlia terkekeh. "Semua yang tidak nyaman itu tergantung orangnya bukan Pondoknya dan jangan salahkan Pondok atau pengasuhnya. Kita dari berbagai penjuru jadi banyak sifat di sini. Semua butuh tirakat" Dahlia sangat bijak, aku dan Ida hanya manggut-manggut mengerti.

Akhirnya tertidur.

...***...

Pov Dhani

"Le, ayo bangun. Ini sudah subuh" Bu Endang, Ibunya Dhani membangunkan putra sulungnya.

"Dingin Bu Masih ngantuk juga."

"Tapi ini sudah subuh, kamu mau ke Pondok Pesantren nanti telat loh."

"Iya Kak, katanya bakal menemukan cinta di sana. Nanti cintamu di ambil orang baru tahu rasa" Adikku, Eli menimpali.

"Tujuan ku ngaji El, bukan pacaran" sahut ku ketus.

"Cinta Allah maksudnya" Eli berlalu.

"Aduh! Kena lagi ke perangkap Adik ku. Kan tidak lucu kalau seorang Dhani jatuh cinta. Ohhh Nera, kamu sudah memporak-porandakan hati ku. Apa kamu jodoh ku, atau hanya seseorang yang akan membuat ku sakit hati selamanya" batin ku meronta.

Udara sangat dingin, sudah bertahun-tahun aku di Kalimantan sehingga lupa rasanya air pegunungan.

"Dhani!! cepat, nanti sore Ibu mau belanja. Kamu tahu sendiri Ibu hanya diberi cuti empat hari" Ibu berteriak dari dapur.

"Iya Bu, ini baru mau mandi" aku juga sedikit berteriak.

"Astaghfirullah, ngapain saja dari tadi."

"Rindu air gunung Bu, dingin. He he."

Lima menit saja cukup untuk mandi.

Aku memakai seragam yang wajib di pakai ketika kembali ke Pondok. Meskipun ini pertama kali dan aku santri baru, Bu De sudah menitipkan seragam ku kepada Sepupu ku yang mondok di sana. Ini juga rekomendasi dari Sepupu ku.

Setelah sarapan aku dan Angga, Sepupu ku siap berangkat. Barang-barang sudah di kemas ke bagasi mobil.

"Dhan, kamu sudah siap semua?" Angga duduk berdampingan di jok belakang. Pak De mengemudi, dan di samping pengemudi ada Ibu.

"Insyaallah, sudah semua Kak" Dhani mengecek tas selempangnya. Ponsel dan kawan-kawannya.

"Nanti kalau ada yang kurang bisa di cari. Atau pesan di koperasi. Santri putra juga boleh keluar asrama ke warung terdekat sekedar ngopi" Angga menjelaskan pada ku.

"Okey" aku manggut-manggut mendengarkan penjelasan Angga.

Selama perjalanan aku mengingat kembali jalur menuju Pondok Pesantren. Aku pernah sekali ke sana menjenguk Angga ketika kenaikan kelas dua. Tepatnya setahun yang lalu.

Ini kedua kalinya aku ke sana, dan berharap menjadi manusia yang berbakti kepada orang tua. Semoga aku bisa belajar Birrul Walidain.

Sesampainya di Pondok aku dan Angga pendaftaran ulang di kantor pusat. Angga sudah hafal dengan alur Pondok Pesantren ini, secara dia sudah empat tahun mondok di sini. Dari SD di ponpes Al-Asy'ariyyah ketika kelas delapan pindah ke ponpes ini.

"Kak, di dalam sana seperti banyak santri" Dhani menunjuk ke arah asrama di belakang kantor pusat.

"Iya, itu asrama MA SMK putri kelas X dan XI."

"Oh."

"Ayo Bu, sudah selesai pendaftarannya" aku dan Angga hanya di temani Ibu. Karena Pak De hanya menunggu di mobil.

Sesampainya di mobil Ibu panik karena ponselnya tidak ada.

"Nak, hp Ibu tertinggal" secepat kilat Ibu kembali.

Tak berselang lama kembali lagi dengan wajah cerah. Sebenarnya itu ponselnya Dhani hanya saja Ibu meminjam karena ponselnya tertinggal di rumah di Wonosobo.

...***...

Di tempat yang berbeda.

"Ra, ke kantin yuk" Ida membenarkan sarung yang di kenakan. Tadinya jauh di atas mata kaki, dan kini harus di bawahnya. Karena kantin ada di luar asrama.

Tidak hanya santri putra, santri putri juga wajib memakai sarung kecuali santri MI atau setara dengan SD.

"Bukannya jajan kemarin masih ya" ku lirik sekilas wajah Ida. Kini sudah terlihat sedikit bersemangat untuk mondok.

"Pengen gorengan, mumpung masih pagi" kata Ida.

"Okey, aku ambil uang dulu."

Di kantin antriannya sangat panjang. Kami rela mengantri demi sebuah gorengan. Di Ponpes semuanya harus antri.

Mandi antri, ambil jatah makan antri, ke kantin antri, salim umi antri, bahkan keluar asrama berangkat sekolah juga harus antri. Semua serba antri.

Gorengan tinggal tiga biji dan ku relakan untuk Ida.

"Terimakasih Nera."

Aku dan Ida kembali ke asrama. Aku hanya membeli sosis so nice dua butir dan roti bantal satu bungkus karena jajan ku masih ada di kolong almari.

Di dalam almari tidak di isi makanan, jika di isi makanan terkesan pelit oleh santri yang lain. Dan satu lagi, kalau semut berbondong-bondong masuk almari juga kita repot sendiri.

"Ra, tadi di panggil ke kantor" Dahlia mengunyah gorengan hasil perjuangan Ida.

"Ada apa aku harus ke sana?" Nera mengangkat alis sebelah kanannya sembari melirik sekilas ke Dahlia.

"Ukur baju."

Tanpa menjawab atau menyanggah, Nera berlalu ke kantor pusat. Sesampainya, sudah di tunggu oleh Bapak Penjahit langganan Ponpes.

Aku di sambut oleh Rinda dan Bapak Penjahit dengan senyum ramah nan sopan.

"Di ukur dulu Ra."

"Iya Mbak" hanya itu jawaban ku pada Rinda.

"Mbak, apa sampean melihat ponsel di atas meja" Ibu-Ibu datang dengan wajah panik.

"Hp apa Bu?" Rinda seperti menyelidik.

"Realmi 7 i berwarna biru muda."

"Oh, ini Bu. Lain kali hati-hati jangan sampai tertinggal" Rinda menyodorkan ponsel yang memiliki ciri-ciri sama yang di sebutkan Ibu tadi.

"Terimakasih nak" Ibu itu kemudian berlalu.

"Ponselnya tidak asing, tapi tidak mungkin jika cassing hp di produksi hanya satu. Kecuali memang pesanan dan pasti akan membayar mahal" batin ku. Karena cassing seperti itu limited edition.

Sesuai pengukuran aku kembali ke asrama.

...***...

Note,

Ceritanya hanya fiksi. Jika ada kekerasan atau hal yang tidak wajar itu hanya pemanis konflik saja. Namun Pondok Pesantrennya nyata adanya.

Jika ingin mondok di Balekambang bisa hubungi author ya.

Nanti ku share brosur pendaftarannya.

Banyak santri berbakat alumni Balekambang.

Episodes
1 BAB 1 KSD_Jangan Makan Sebelum Berdoa
2 BAB 2 KSD_Ku Beri Nama "Mas"
3 BAB 3 KSD_LDR Di Mulai
4 BAB 4 KSD_Penjara Suci
5 BAB 5 KSD_Selamat Datang Balekambang
6 BAB 6 KSD_Birrul Walidain
7 BAB 7 KSD_Rindu
8 BAB 8 KSD_Dhani Sialan
9 BAB 9 KSD_Dasar Ponakan Abah
10 BAB 10 KSD_Akhlak Lebih Penting Dari Pada Ilmu
11 BAB 11 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
12 BAB 12 KSD_Di Kasih Hati Minta Jenggot
13 BAB 13 KSD_Tentang Memiliki
14 BAB 14 KSD_ Dhani Menjadi Ultraman
15 BAB 15 KSD_Demi Sebuah Cinta
16 BAB 16 KSD_Benci Dan Cinta
17 BAB 17 KSD_Kehilangan
18 BAB 18 KSD_Berniat Menjadi Diri Sendiri
19 BAB 19 KSD_Berjuang Dalam Diam
20 BAB 20 KSD_Salah Paham
21 BAB 21 KSD_Telepon Dari Fian
22 BAB 22 KSD_Rindu Dayat
23 BAB 23 KSD_Dayat Akan Berkunjung
24 BAB 24 KSD_Ijin Ke Pasar
25 BAB 25 kSD_Kejutan Spesial
26 BAB 26 KSD_Baikan Dengan Iza
27 BAB 27 KSD_Bukan Aku Untuk Mu
28 BAB 28 KSD_Curhatan Iza
29 BAB 29 KSD_Nomor Nera
30 BAB 30 KSD_Masih Nomor Tiga
31 BAB 31 KSD_Dayat Pulang
32 BAB 32 KSD_Liburan Berakhir
33 BAB 33 KSD_Happy Nice Dream
34 BAB 34 KSD_Kiriman Istimewa
35 BAB 35 KSD_Menang Sebelum Bertanding
36 Bab 36 KSD_Juara Umum
37 Bab 37 KSD_Jatuh Sampai Ke Hati
38 BAB 38 KSD_Lomba Mencintai Mu
39 BAB 39 KSD_Elegan Lah Dalam Bercinta
40 BAB 40 KSD_Udang Asam Manis
41 BAB 41 KSD_Bagai Pinang Di Belah Dua
42 BAB 42 KSD_Bocah Tengil Kesayangan
43 BAB 43 KSD_Persetan Dengan Cinta
44 BAB 44 KSD_Mancing Patin Umpan Ayam
45 BAB 45 KSD_Berjuang Dan Bersabar
46 BAB 46 KSD_Rasa Pengkhianatan
47 BAB 47 KSD_Tentang Menghormati
48 BAB 48 KSD_Kembali Ke Pondok
49 BAB 49 KSD_Penjara Suci Lagi
50 BAB 50 KSD_Ngantuk
51 BAB 51 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
52 BAB 52 KSD_Masih Bersama Gus Ashif
53 BAB 53 KSD_Anisa Kepo
54 BAB 54 KSD_Matur Abah
55 BAB 55 KSD_Dhani Pulang
56 BAB 56 KSD_Perjodohan
57 BAB 57 KSD_Hasil Perjodohan
58 BAB 58 KSD_Saringan Dari Kecamatan
59 BAB 59 KSD_Jangan Biasakan Memaki
60 BAB 60 KSD_Kehadiran Reyhan
61 BAB 61 KSD_Kehadiran Dhani
62 Sedetail Itu Cinta Mu?
63 Go Kecamatan
64 Nera Bersedih
65 Berteman Dengan Marissa
66 Nera Viral
67 Ternyata Pacar Ku Bocil
68 Go Provinsi
69 Rahasia Dhani Terbongkar
70 Kembali Ke Asrama
71 Basic English Club
72 Rindu Dhani
73 Merindu
74 Doa Ibu
75 Farewell Party
76 Menjelang Ujian
77 Menjelang Haflah Akhirussanah
78 Rindu Tapi Gengsi
79 Kehadiran Ayah
80 Anak Petani
81 Muwada'ah (Haflah Akhirussanah)
82 Berita Duka
83 Masih Di Rumah Ida
84 Masa Lalu Nera
85 Sopan Santun
86 DP Nafkah
Episodes

Updated 86 Episodes

1
BAB 1 KSD_Jangan Makan Sebelum Berdoa
2
BAB 2 KSD_Ku Beri Nama "Mas"
3
BAB 3 KSD_LDR Di Mulai
4
BAB 4 KSD_Penjara Suci
5
BAB 5 KSD_Selamat Datang Balekambang
6
BAB 6 KSD_Birrul Walidain
7
BAB 7 KSD_Rindu
8
BAB 8 KSD_Dhani Sialan
9
BAB 9 KSD_Dasar Ponakan Abah
10
BAB 10 KSD_Akhlak Lebih Penting Dari Pada Ilmu
11
BAB 11 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
12
BAB 12 KSD_Di Kasih Hati Minta Jenggot
13
BAB 13 KSD_Tentang Memiliki
14
BAB 14 KSD_ Dhani Menjadi Ultraman
15
BAB 15 KSD_Demi Sebuah Cinta
16
BAB 16 KSD_Benci Dan Cinta
17
BAB 17 KSD_Kehilangan
18
BAB 18 KSD_Berniat Menjadi Diri Sendiri
19
BAB 19 KSD_Berjuang Dalam Diam
20
BAB 20 KSD_Salah Paham
21
BAB 21 KSD_Telepon Dari Fian
22
BAB 22 KSD_Rindu Dayat
23
BAB 23 KSD_Dayat Akan Berkunjung
24
BAB 24 KSD_Ijin Ke Pasar
25
BAB 25 kSD_Kejutan Spesial
26
BAB 26 KSD_Baikan Dengan Iza
27
BAB 27 KSD_Bukan Aku Untuk Mu
28
BAB 28 KSD_Curhatan Iza
29
BAB 29 KSD_Nomor Nera
30
BAB 30 KSD_Masih Nomor Tiga
31
BAB 31 KSD_Dayat Pulang
32
BAB 32 KSD_Liburan Berakhir
33
BAB 33 KSD_Happy Nice Dream
34
BAB 34 KSD_Kiriman Istimewa
35
BAB 35 KSD_Menang Sebelum Bertanding
36
Bab 36 KSD_Juara Umum
37
Bab 37 KSD_Jatuh Sampai Ke Hati
38
BAB 38 KSD_Lomba Mencintai Mu
39
BAB 39 KSD_Elegan Lah Dalam Bercinta
40
BAB 40 KSD_Udang Asam Manis
41
BAB 41 KSD_Bagai Pinang Di Belah Dua
42
BAB 42 KSD_Bocah Tengil Kesayangan
43
BAB 43 KSD_Persetan Dengan Cinta
44
BAB 44 KSD_Mancing Patin Umpan Ayam
45
BAB 45 KSD_Berjuang Dan Bersabar
46
BAB 46 KSD_Rasa Pengkhianatan
47
BAB 47 KSD_Tentang Menghormati
48
BAB 48 KSD_Kembali Ke Pondok
49
BAB 49 KSD_Penjara Suci Lagi
50
BAB 50 KSD_Ngantuk
51
BAB 51 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
52
BAB 52 KSD_Masih Bersama Gus Ashif
53
BAB 53 KSD_Anisa Kepo
54
BAB 54 KSD_Matur Abah
55
BAB 55 KSD_Dhani Pulang
56
BAB 56 KSD_Perjodohan
57
BAB 57 KSD_Hasil Perjodohan
58
BAB 58 KSD_Saringan Dari Kecamatan
59
BAB 59 KSD_Jangan Biasakan Memaki
60
BAB 60 KSD_Kehadiran Reyhan
61
BAB 61 KSD_Kehadiran Dhani
62
Sedetail Itu Cinta Mu?
63
Go Kecamatan
64
Nera Bersedih
65
Berteman Dengan Marissa
66
Nera Viral
67
Ternyata Pacar Ku Bocil
68
Go Provinsi
69
Rahasia Dhani Terbongkar
70
Kembali Ke Asrama
71
Basic English Club
72
Rindu Dhani
73
Merindu
74
Doa Ibu
75
Farewell Party
76
Menjelang Ujian
77
Menjelang Haflah Akhirussanah
78
Rindu Tapi Gengsi
79
Kehadiran Ayah
80
Anak Petani
81
Muwada'ah (Haflah Akhirussanah)
82
Berita Duka
83
Masih Di Rumah Ida
84
Masa Lalu Nera
85
Sopan Santun
86
DP Nafkah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!