BAB 20 KSD_Salah Paham

Pov Dhani

Apa yang harus aku lakukan jika berhadapan dengan Nera. Semoga saja aku bisa jaga image didepannya. Sekarang Nera pasti acuh padaku. Seperti ketika SMP. Jangan sampai sia-sia Istiqomah selama ini.

Allah tidak tidur, pasti mendengar rintihan ku selama ini. Mungkin jika tidak jodoh aku akan diberikan yang terbaik.

Tapi apakah aku bisa mencintai seseorang seperti mencintai Nera. Apakah aku bisa berpaling ya Allah. Tapi sebesar apa cintaku pada Nera engkau yang utama ya Allah, kemudian kekasihmu Muhammad SAW.

Aku rela jika Nera bukan jodohku, asalkan engkau ridho denganku. Semoga engkau mendengar doa-doaku. Aku ingin mencapai suksesku dengan jalanmu.

Aku terus berjalan menuju lab BB. Ruangan yang akan menjadi saksi bisu bahwa aku mencintai Nera meski dalam diam. Entah, apakah aku bisa menggantikan seseorang untuk menempati hatiku jika Nera bukan jodohku. Entahlah.

Sesampainya, aku mengatur nafas supaya tidak terlihat kalut. Neraku yang ceria jadi pendiam.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh". Ku pasang wajah tegas supaya terlihat profesional. Padahal aku sangat galau karena perubahan Nera.

"Wa'alaikumsalam". Hanya salam pendek yang keluar dari mulut Nera. Tanpa menolehku, bahkan tidak berpaling dari Ida sahabat barunya.

Aku mencium bau tidak sedap ketika melihat ketos putri memandang Nera dengan sinis. Sejauh ini aku banyak mendengar Nera sering mendapat ta'ziran karena baku hantam dengan santri lain. Tak lain karena memperebutkan ku.

Apa Nera kelahi mempertahankan cintanya, atau apalah. Seorang Nera tidak pernah menghajar lawan jika lawannya tidak keterlaluan. Apa aku harus menunjukkan kebenaran pada diri Nera. Tapi aku juga takut identitasnya terkuak.

Apa bukan Nera yang selalu nyelonong di antrian, membuat dia kelahi. Dia sangat hobi nyela.

Rapat perdana dengan santri putri tidak perlu bertele-tele. Cukup garis besarnya saja. Intinya juga akan dijelaskan ketika kegiatan berlangsung.

Seusai rapat, aku langsung berangkat sekolah salafiyah bersama Rizky.

"Dhan, kamu tidak bicara sedikit pun dengan Nera?". Rizky sudah memasang wajah kepo.

"Aku saja di abaikan, bahkan tidak mengangkat wajahnya ketika kami masuk".

"Sedetail itu kamu memperhatikannya?". Rizky bertepuk tangan, entah apa maksudnya.

"Acuh, dia kembali acuh denganku. Apa karena jenuh kelahi karena aku?".

"What!!". Rizky terperanjat. "Kamu jadi rebutan gitu, di kalangan putri?".

"Entah, yang jelas dia sering di ta'zir kelahi. Setahuku dia tidak pernah menyerang lawan jika tidak keterlaluan. Itu yang pertama. Yang kedua, apa dia di hajar karena nyerobot antrian".

"Sedetail itu pula kamu memperhatikan".

"Ya, hanya dia wanita seenak udel yang bisa mengelabuhi kepala sekolah".

Aku teringat setengah tahun lalu ketika kelas sembilan awal semester genap.

Flashback On

"Siapa yang mau ke kantin!". Ucap salah satu teman kelas IXA.

"Iya nih, nitip". Kata yang lain.

"Ra, kamu ke kantin apa tidak". Mahen, sahabatku. Dia selalu menitip, atau sebaliknya jika dengan Nera. Mereka memang dekat, namun hanya sebatas kawan.

"Boleh, kita dua ya". Nera begitu semangat. "Siapa yang ingin titip, aku ke kantin". Nera berucap lantang.

Teman sekelas langsung bergerombol dengan catatan masing-masing. Dalam sekejap Nera menyalin menjadi satu kertas.

Nera selalu mendapat antrian depan. Begitu masuk, Nera langsung memilih titipan sesuai catatan.

"Loh, banyak sekali Nera". Kepsek menghadang jalan Nera. "Apa muat perutmu".

"Muat pak, mulutnya banyak".

"Mulutnya?". Kepsek mengangkat alisnya sebelah.

"Oh ya pak, saya ingin ke kamar mandi".

Aturannya, tidak boleh jajan terlalu banyak, karena wajib membawa bekal. Tujuan kepsek supaya anak didiknya rajin menabung.

"Kamu tidak usah mengelak saya sudah paham kamu suka membuat emosi saya. Kamu harus rajin menabung Nera, sebentar lagi masuk SMK banyak biaya".

"Saya rajin menabung kok pak". Nera tersenyum "Di kantin". Setelah kata terakhir Nera ngibrit.

Fl****ashback Off

Nera paling anti dengan ceramahan. Sejatinya, Nera banyak menasehati di organisasi latihan pencak silatnya. Pandai sekali jika bicara. Meskipun dia masih remaja, namun berjiwa dewasa. Ini bukan orang tua berjiwa muda.

Tapi aku suka dengan semua yang Nera lakukan. Dia berani, dan tidak pernah malu mengakui kesalahannya. Dari situ visi misi ku terbentuk. Semua termotivasi dari Tenera Alivia.

...***...

Di asrama putri.

"Da, bantu aku membuat proposal ya, karena baru kali ini aku membuat proposal di ponpes".

"Okey". Ida terlihat malas-malasan. Entah apa yang dipikirkannya.

"Kamu kenapa sih, sepertinya sedang tidak enak fikiran. apa yang membuatmu seperti ini, hmm?".

"Biasalah, aku lagi malas saja. Malas melakukan apa pun, termasuk membantumu. Hahaha".

"Enak saja tidak mau membantu, aku juga tidak akan mencucikan bajumu kalau begitu".

"Jangan dong Ra, aku hanya ingin tidur. Lemas sekali rasanya".

Tak berselang lama Ida sudah mengeluarkan suara ajaibnya. Dengkuran halus namun masih terdengar jika ada tiga orang yang sedang tidur berjajar dengannya.

Akhirnya aku mengerjakan proposal sendiri, yang akan di lihat oleh Mita nanti malam. Dia sedang ada kegiatan, entah apa aku juga tidak kepo.

Dua jam aku menyelesaikan tugas perdana ini. Rasanya sangat lelah. Ida yang tadinya tidur, sudah siap antri mengaji.

Kalau aku jangan di tanya lagi, sholat ashar juga belum. Aku ijin tidak jama'ah dengan alasan membuat proposal. Padahal jika ingin jama'ah juga bisa. Rada malas juga hari ini.

Apakah hari ini hari malas se asrama atau hanya aku dan Ida saja. Tapi siang ini banyak santri yang tidur siang dari biasanya. Suasana sepi membuatku makin konsentrasi menyelesaikan proposalku.

"Da, malam ini aku jaga malam. Kamu tidak ingin menemaniku disana? Aku pasti bosan tidak ada kawan".

Aku berharap Ida ikut, supaya ada kawan bicara tidak seperti jaga sebelumnya. Keberuntungan ada pada Ida, dia berjaga dengan Rani.

"Hmmm, aku pengen sih ikut, tapi bantuin aku bikin laporan ya. Hehe".

"Sudah ada di proposal tinggal di salin saja laporan perkiraan konsumsinya".

"Bukan itu Nera, tapi laporan tugas produktif. Mata pelajaran yang paling menyebalkan".

"Itu masa depan kita, aku saja ingin buka usaha jahit nantinya. Disana masih banyak peluangnya".

"Disini sudah rapat Ra, tidak ada celah bagi penjahit awam".

"Terus kamu mau kemana setelah lulus".

"Ya, kerja. Di PT rokok, apa PT sepatu, bisa juga di konveksi. Tapi ya murah ongkos jahitnya".

"Mending buka sendiri".

"Mending di konveksi, jelas dapet duit. Kalau buka jahitan sendiri bisa-bisa sehari penuh tidak ada yang datang. Soalnya sudah banyak seniornya".

"Jangan mendahului takdir Da".

Ya, jika ada Nera dan Ida yang dibicarakan hanya masa depan saja. Semoga saja masa depan mereka tidak suram. Kata author sambil menghayal.

Tak berseling lama, aku tidur. Karena pukul 1 dini hari harus bangun menggantikan partner jaga yang sudah jaga dari jam 11.

Paginya, aku sudah siap berangkat sekolah. Ingin sekali lari dari kenyataan. Mengapa sepagi ini Dhani sudah duduk di depan kantor pusat. Apa tidak ada kerjaan lain selain nongkrong.

"Ra, itu Dhani". Ida menyenggol lenganku dengan keras sambil berbisik.

"Terus?".

"Di sapa kek, senyum kek, atau apalah. Harusnya kamu bahagia, pagi sedingin ini sudah ada penyemangat yang nongol". Ida berucap keras kali ini.

"Oh". Hanya itu yang keluar dari mulutku.

Sakit sebenarnya melihat Dhani diam. Padahal ketika SMP dia paling ceria meski aku acuh. Tapi sekarang berubah. Aku ingin berjauhan karena aku bosan kelahi dengan santri lain, tapi dia menganggapnya seperti ini.

Ini sebuah kesalahpahaman yang membuatku semakin kalut. Kekalutan ini juga membuatku membuka identitas yang seharusnya tidak diketahui seorang pun sampai aku lulus.

"Dasar Dhani, cintaku padamu mengalahkan cintaku pada Fian". Batinku sedih. Sedih karena Dhani benar-benar menjauhiku.

"Ra, terimakasih jika kamu sudah menjauhi Dhani, maka peluangku sangat besar". Marissa duduk di sampingku.

"Kata siapa, Nera itu masih pacarnya Dhani". Ida yang menyahut.

"Tapi dia terlihat seperti bertengkar". Marissa tersenyum sinis.

"Aku tidak marahan Marissa, aku hanya memberimu kesempatan. Aku acuh apakah Dhani akan memilihmu atau tetap menjaga cintanya untukku".

"Oh ya?". Marissa tidak puas dengan jawabanku.

Ku tarik lengan Marissa menuju kantor pusat, disana masih ada Dhani dan Rizky.

"Dhan, kamu ngapain disini". Ucapku datar. Dhani terlihat terkejut dengan kedatanganku.

"Ada sedikit urusan, kenapa?".

"Tidak ada apapun, aku hanya ingin tahu apakah kamu mau mencintai Marissa?".

"Kan aku sudah bilang, jika dia mau yang ke empat aku tak masalah".

"Kamu dengar, berarti memang kamu memiliki kesempatan itu, tapi setelahku". Aku tersenyum. Yang jelas hanya pura-pura.

Marissa berlalu begitu saja. Aku masih berdiri keki di hadapan Dhani.

"Kamu apa kabar? apakah masih ingin menjadi istri solehahku, hmm?". Dhani tersenyum penuh harap.

"Tidak, aku tidak akan jika menjadi nomor tiga, aku akan menjadi nomor dua setelah ibumu, tapi tidak untuk Eli".

"Hey, sayangku. Apa kamu hilang ingatan kalau aku memiliki adik perempuan".

Ungkapan ini membuatku mati kutu. Aku benar-benar pikun untuk hal ini. Mengapa aku bodoh. Ini salah satu alasanku acuh padanya.

"Hmm, aku ingin di ratukan setelah menjadi istrimu. Aku akan menghormati orang tua mu dan menyayangi Eli".

"Mulai sekarang jangan acuh begini, aku kalut. Aku tidak semangat, bahkan aku tidak nafsu mandi".

"Nafsu mandi?".

"Ya, buat apa ganteng, buat apa harum, buat apa senyum, kalau istriku saja tak melirikku".

"Lebay".

Aku tersenyum mendengar ungkapan itu. Tapi jika aku ramah lagi dengan Dhani pasti perkelahianku takkan pernah berhenti, begitu juga ta'ziranku.

Episodes
1 BAB 1 KSD_Jangan Makan Sebelum Berdoa
2 BAB 2 KSD_Ku Beri Nama "Mas"
3 BAB 3 KSD_LDR Di Mulai
4 BAB 4 KSD_Penjara Suci
5 BAB 5 KSD_Selamat Datang Balekambang
6 BAB 6 KSD_Birrul Walidain
7 BAB 7 KSD_Rindu
8 BAB 8 KSD_Dhani Sialan
9 BAB 9 KSD_Dasar Ponakan Abah
10 BAB 10 KSD_Akhlak Lebih Penting Dari Pada Ilmu
11 BAB 11 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
12 BAB 12 KSD_Di Kasih Hati Minta Jenggot
13 BAB 13 KSD_Tentang Memiliki
14 BAB 14 KSD_ Dhani Menjadi Ultraman
15 BAB 15 KSD_Demi Sebuah Cinta
16 BAB 16 KSD_Benci Dan Cinta
17 BAB 17 KSD_Kehilangan
18 BAB 18 KSD_Berniat Menjadi Diri Sendiri
19 BAB 19 KSD_Berjuang Dalam Diam
20 BAB 20 KSD_Salah Paham
21 BAB 21 KSD_Telepon Dari Fian
22 BAB 22 KSD_Rindu Dayat
23 BAB 23 KSD_Dayat Akan Berkunjung
24 BAB 24 KSD_Ijin Ke Pasar
25 BAB 25 kSD_Kejutan Spesial
26 BAB 26 KSD_Baikan Dengan Iza
27 BAB 27 KSD_Bukan Aku Untuk Mu
28 BAB 28 KSD_Curhatan Iza
29 BAB 29 KSD_Nomor Nera
30 BAB 30 KSD_Masih Nomor Tiga
31 BAB 31 KSD_Dayat Pulang
32 BAB 32 KSD_Liburan Berakhir
33 BAB 33 KSD_Happy Nice Dream
34 BAB 34 KSD_Kiriman Istimewa
35 BAB 35 KSD_Menang Sebelum Bertanding
36 Bab 36 KSD_Juara Umum
37 Bab 37 KSD_Jatuh Sampai Ke Hati
38 BAB 38 KSD_Lomba Mencintai Mu
39 BAB 39 KSD_Elegan Lah Dalam Bercinta
40 BAB 40 KSD_Udang Asam Manis
41 BAB 41 KSD_Bagai Pinang Di Belah Dua
42 BAB 42 KSD_Bocah Tengil Kesayangan
43 BAB 43 KSD_Persetan Dengan Cinta
44 BAB 44 KSD_Mancing Patin Umpan Ayam
45 BAB 45 KSD_Berjuang Dan Bersabar
46 BAB 46 KSD_Rasa Pengkhianatan
47 BAB 47 KSD_Tentang Menghormati
48 BAB 48 KSD_Kembali Ke Pondok
49 BAB 49 KSD_Penjara Suci Lagi
50 BAB 50 KSD_Ngantuk
51 BAB 51 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
52 BAB 52 KSD_Masih Bersama Gus Ashif
53 BAB 53 KSD_Anisa Kepo
54 BAB 54 KSD_Matur Abah
55 BAB 55 KSD_Dhani Pulang
56 BAB 56 KSD_Perjodohan
57 BAB 57 KSD_Hasil Perjodohan
58 BAB 58 KSD_Saringan Dari Kecamatan
59 BAB 59 KSD_Jangan Biasakan Memaki
60 BAB 60 KSD_Kehadiran Reyhan
61 BAB 61 KSD_Kehadiran Dhani
62 Sedetail Itu Cinta Mu?
63 Go Kecamatan
64 Nera Bersedih
65 Berteman Dengan Marissa
66 Nera Viral
67 Ternyata Pacar Ku Bocil
68 Go Provinsi
69 Rahasia Dhani Terbongkar
70 Kembali Ke Asrama
71 Basic English Club
72 Rindu Dhani
73 Merindu
74 Doa Ibu
75 Farewell Party
76 Menjelang Ujian
77 Menjelang Haflah Akhirussanah
78 Rindu Tapi Gengsi
79 Kehadiran Ayah
80 Anak Petani
81 Muwada'ah (Haflah Akhirussanah)
82 Berita Duka
83 Masih Di Rumah Ida
84 Masa Lalu Nera
85 Sopan Santun
86 DP Nafkah
Episodes

Updated 86 Episodes

1
BAB 1 KSD_Jangan Makan Sebelum Berdoa
2
BAB 2 KSD_Ku Beri Nama "Mas"
3
BAB 3 KSD_LDR Di Mulai
4
BAB 4 KSD_Penjara Suci
5
BAB 5 KSD_Selamat Datang Balekambang
6
BAB 6 KSD_Birrul Walidain
7
BAB 7 KSD_Rindu
8
BAB 8 KSD_Dhani Sialan
9
BAB 9 KSD_Dasar Ponakan Abah
10
BAB 10 KSD_Akhlak Lebih Penting Dari Pada Ilmu
11
BAB 11 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
12
BAB 12 KSD_Di Kasih Hati Minta Jenggot
13
BAB 13 KSD_Tentang Memiliki
14
BAB 14 KSD_ Dhani Menjadi Ultraman
15
BAB 15 KSD_Demi Sebuah Cinta
16
BAB 16 KSD_Benci Dan Cinta
17
BAB 17 KSD_Kehilangan
18
BAB 18 KSD_Berniat Menjadi Diri Sendiri
19
BAB 19 KSD_Berjuang Dalam Diam
20
BAB 20 KSD_Salah Paham
21
BAB 21 KSD_Telepon Dari Fian
22
BAB 22 KSD_Rindu Dayat
23
BAB 23 KSD_Dayat Akan Berkunjung
24
BAB 24 KSD_Ijin Ke Pasar
25
BAB 25 kSD_Kejutan Spesial
26
BAB 26 KSD_Baikan Dengan Iza
27
BAB 27 KSD_Bukan Aku Untuk Mu
28
BAB 28 KSD_Curhatan Iza
29
BAB 29 KSD_Nomor Nera
30
BAB 30 KSD_Masih Nomor Tiga
31
BAB 31 KSD_Dayat Pulang
32
BAB 32 KSD_Liburan Berakhir
33
BAB 33 KSD_Happy Nice Dream
34
BAB 34 KSD_Kiriman Istimewa
35
BAB 35 KSD_Menang Sebelum Bertanding
36
Bab 36 KSD_Juara Umum
37
Bab 37 KSD_Jatuh Sampai Ke Hati
38
BAB 38 KSD_Lomba Mencintai Mu
39
BAB 39 KSD_Elegan Lah Dalam Bercinta
40
BAB 40 KSD_Udang Asam Manis
41
BAB 41 KSD_Bagai Pinang Di Belah Dua
42
BAB 42 KSD_Bocah Tengil Kesayangan
43
BAB 43 KSD_Persetan Dengan Cinta
44
BAB 44 KSD_Mancing Patin Umpan Ayam
45
BAB 45 KSD_Berjuang Dan Bersabar
46
BAB 46 KSD_Rasa Pengkhianatan
47
BAB 47 KSD_Tentang Menghormati
48
BAB 48 KSD_Kembali Ke Pondok
49
BAB 49 KSD_Penjara Suci Lagi
50
BAB 50 KSD_Ngantuk
51
BAB 51 KSD_Ngaji Bareng Gus Ashif
52
BAB 52 KSD_Masih Bersama Gus Ashif
53
BAB 53 KSD_Anisa Kepo
54
BAB 54 KSD_Matur Abah
55
BAB 55 KSD_Dhani Pulang
56
BAB 56 KSD_Perjodohan
57
BAB 57 KSD_Hasil Perjodohan
58
BAB 58 KSD_Saringan Dari Kecamatan
59
BAB 59 KSD_Jangan Biasakan Memaki
60
BAB 60 KSD_Kehadiran Reyhan
61
BAB 61 KSD_Kehadiran Dhani
62
Sedetail Itu Cinta Mu?
63
Go Kecamatan
64
Nera Bersedih
65
Berteman Dengan Marissa
66
Nera Viral
67
Ternyata Pacar Ku Bocil
68
Go Provinsi
69
Rahasia Dhani Terbongkar
70
Kembali Ke Asrama
71
Basic English Club
72
Rindu Dhani
73
Merindu
74
Doa Ibu
75
Farewell Party
76
Menjelang Ujian
77
Menjelang Haflah Akhirussanah
78
Rindu Tapi Gengsi
79
Kehadiran Ayah
80
Anak Petani
81
Muwada'ah (Haflah Akhirussanah)
82
Berita Duka
83
Masih Di Rumah Ida
84
Masa Lalu Nera
85
Sopan Santun
86
DP Nafkah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!