"Panggilan kepada
Tenera Alivia XBB1
Ida Laila XBB1
Maharani Saputri XBB1
Nawang Sari XBB1
Mayang Sari XBB2
Rita Tila XTB1
Mega Mustika XTB1
Alya Mayheza Mycellina XTKJ3
Magdalena XTKJ3
Rosalina Manullang XTKJ3
Beserta OSIS kelas XI periode sebelumnya, di harap berkumpul di halaman SMK sekarang juga."
Panggilan dari ketua OSIS baru, Marissa di dampingi oleh Mira.
"Ayo Ra, buruan" Ida sudah berdiri mengemas buku-bukunya. Aku masih duduk santai menikmati kebosanan ku.
"Siapa sih, bikin malas saja" keluh ku.
"Marissa" sahut Rani yang sudah menuju pintu keluar bersama Nawang.
"Oh, ya!!" aku ingin sekali bisa berteman dengan Marissa. Aku ingin belajar bahasa asing dengannya.
"Iya, ayo."
Aku bejalan setengah berlari meninggalkan Ida yang sedang merapikan bukunya. "Siapa yang akan membawakan tas mu."
"Iya, ini sudah hampir jam pulang."
"Okey" aku kembali mengambil tas, dan botol yang selalu ada di laci. Asupan amunisi, aku akan mudah dehidrasi jika kurang air mineral.
Tupperware ukuran 2 liter selalu menemani ku ke mana pun. Tapi jika di bawa shiyam (puasa), semua akan baik-baik saja.
"Tunggu Mayang dulu ya" pinta Nawang pada kami.
"Okey."
Nawang Sari dan Mayang sari adalah saudara kembar yang cerdas. Namun di pisah oleh ruang kelas yang berbeda meski jurusan yang sama.
Aku dan yang lainnya menuju halaman SMK. Di dana sudah di tunggu oleh Marissa dan Mira.
Aku berusaha tersenyum pada mereka, aku ingin sekali belajar kepada Marissa.
"Sok ramah sekali si Nera itu, sangat norak" ucap Mira.
"Mungkin ingin menjilat."
"Ini bisa menjadi kesempatan mu mendekatinya dan mengambil Dhani dengan cara halus."
"Okey, akan aku perjuangkan Dhani untuk ku. Toh Nera seperti tidak menganggap adanya Dhani di hatinya. sepertinya Nera juga tidak perduli dengan Dhani. Aku akan mengambil kesempatan emas ini" Marissa tersenyum miring.
Aku yang tidak tahu apa pun bahagia sekali Marissa membalas senyum ku.
Semua yang terpanggil sudah ada di halaman SMK putri.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh" Marissa menebarkan senyum keramahan kepada kami. Dan tatapan itu berhenti sejenak pada ku, senyumnya semakin merekah.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh" sahut kami serempak.
"Langsung saja, kalian yang berkumpul di sini adalah yang terpilih menjadi OSIS periode tahun ini. Untuk bagian yang akan menjadi tanggung jawab kalian bisa di lihat di mading SMK.
Setelah Makan siang silahkan berkumpul di laboratorium Busana Butik. Bagi yang sudah makan siang bisa langsung ke lokasi.
Sekian, terimakasih atas perhatiannya. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh."
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh" kami langsung berkerumun di mading untuk melihat tanggung jawab apa yang akan kami panggul.
Alhasil aku menjadi sekertaris OSIS bersama Mita santri kelas XI TB2.
Aku, Ida dan Rani langsung menuju lab BB, karena kami selalu makan siang ketika ishoma.
"Inti OSIS lagi, sebel banget. Paling pusing kalau di suruh bikin proposal" ku tatap langit-langit ruangan ini.
"Kan bisa lebih dekat dengan Marissa, bisa belajar bahasa asing nantinya" Ida menyemangati ku.
"Kamu mah enek, OSIS Mading tugas yang paling gampang."
"Gimana lagi, sudah di tentukan."
Tak berselang lama, calon kandidat baru sudah berkumpul di lab, begitu juga Marissa dan Mira.
Rapat dadakan ini membahas pergantian OSIS yang akan di laksanakan Sabtu depan. Latihannya akan di lakukan pada Selasa sore.
Aku bingung mana yang harus ku tinggalkan. Antara latihan upacara atau latihan pencak silat. Sama-sama sulit untuk di tinggalkan.
Kalau sekolah salaf aku masih bisa mengikuti meski jarang berangkat sekolah. Berhubung tugas ku banyak, wali kelas salafiyah memberi ku keringanan asalkan hafalan tidak ketinggalan.
"Ran, kamu latihan upacara apa latihan atlit."
"Latihan upacara Ra, kami akan latihan gabungan bersama santri putra" kata Rani.
"What the hell" pekik ku. "Okey, aku akan latihan upacara" entah mengapa hati kecil ku mengajak latihan upacara. Bukan meremehkan atlit, tapi lebih di luar kepala masalah kecil ini.
Aku jadi rindu Dhani, apakah dia benar-benar menikmati kepemimpinan ini, atau hanya keterpaksaan karena voting.
...***...
Pov Dhani
"Jahat sekali kamu Dhan, aku paling tidak bisa membuat proposal" Rizki menggerutu sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Ayolah Riz, semangat. Supaya kamu tidak bosan belajar terus. Kita bakal sering rapat dengan santri putri. Kamu bisa berinteraksi dengan mereka para bidadari" aku menyemangati Rizki.
"Kamu harus membantu ku nanti, aku benar-benar tidak handal dalam hal ini. Lebih baik aku menjadi bendahara."
"Duit mulu."
"Hehehe" Rizki terkekeh.
"Apakah Nera terpilih menjadi OSIS?"
"Ya, dia sangat kompeten. Selama SMP selalu menjadi inti OSIS, bahkan di calonkan menjadi kandidat ketos, tapi malah wakilnya yang presentasi" ku jelaskan panjang lebar.
"Sama sepertimu?"
"Ya, sebuah kebetulan."
Aku memang selalu menolak menjadi pemimpin, tapi untuk Nera dia tidak mau berfikir. Wanita cerdas yang sok bodoh. Padahal pandai dalam segala bidang. Kemalasan selalu menjadi nomor satu.
Aku jadi teringat tentang Nera, dia sering kabur ke UKS hanya untuk tidur karena malamnya harus melatih atlit hingga subuh untuk juniornya.
Bahkan aku sering melihat Nera ijin ke kamar mandi di jam pertama, dan aku tidak sengaja melihat dia mengeringkan rambutnya dengan sapu tangan. Kemungkinan besar Nera tidak sempat mandi setelah melatih.
Wajah kantuknya berubah segar setelah itu. Memang rada gila dari oroknya. Untung aku cinta, jadi ku biarkan saja apa pun tingkahnya. Padahal sudah jelas di larang mandi di sekolah, apa lagi dia inti OSIS.
...***...
Tak terasa hari selasa sudah tiba, aku memimpin barisan putra menuju gedung SMK putri. Di sana kami akan melakukan latihan upacara. Kami harus benar-benar serius karena hanya hari ini dan hari Jum'at untuk geladi bersihnya.
Upacara ini adalah penyerahan kepemimpinan OSIS lama kepada OSIS baru, jadi tokoh utama di sini aku dan Marissa. Aku harus bisa jaga jarak kepada santri putri supaya Nera tidak berpaling dari ku.
Apakah aku bisa acuh kepada Nera yang sangat menggemaskan? Apakah aku mampu mengabaikan senyumnya? Bisa gila sebelum latihan nantinya.
Sesampainya di gedung SMK putri, semua sudah duduk di teras lantai satu. Tatapan ku tak berpaling dari Nera yang sedang berdiri menatap ke arah ku.
Sebelum ke SMK putri, aku masuk ke kantor pusat. Gerbang pertama asrama putri, dan ada satu gerbang pembatas antara kantor dan asrama.
"Mbak, ini ada kiriman untuk Tenera Alivia XBB1, orang tua nya tidak bisa datang Jum'at depan" kata ku menyerahkan kardus berisi beraneka ragam. Padahal itu kiriman dari ku. Sudah jelas orang tua Nera di Kalimantan. Tidak mungkin akan mengunjunginya.
"Iya Kang."
"Terimakasih Mbak" kemudian aku berlalu.
"Ketos baru, tidak ramah seperti kak Angga."
"Untung ganteng."
"Ganteng tapi dingin."
"Dasar kulkas."
Itu ocehan yang kudengar sebelum aku benar-benar keluar dari gerbang.
Latihannya sangat serius. Kami hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk menyelesaikannya. Sisa waktu digunakan untuk saling berkenalan dengan sesama OSIS.
Santri putra putri memang di larang keras untuk berkomunikasi. Namun ada beberapa agenda yang mengijinkan untuk berkomunikasi. Seperti sekarang ini.
Aku berusaha seacuh mungkin dengan santri putri.
"Aduh, mana Dhani yang ceroboh itu" Ida melepas landas kata-kata songongnya.
Kebetulan sedang ngobrol dengan Angga, di situ ada aku dan Rizki, juga Nera dan Rani namun hanya saling diam.
Aku hanya melirik sekilas kepada kekasih Angga. Yang akan menjadi adik sepupu ku nantinya. Semoga saja jodoh.
"Pemimpin tidak boleh ceroboh lagi" sahut ku sekenanya. Mampu membuat Nera melirik ku. Hati ku bahagia hanya dengan ini.
"Baguslah, semoga kamu bisa menjadi pemimpin yang bertanggung jawab" akhirnya Nera bersuara, makin mesem-mesem hati ku.
"Ini demi siapa? Aku menerima karena aku sedang belajar menjadi pemimpin mu menuju surga" aku berbisik pada Nera.
"Oh, ya? Apa kamu sedang merayu ku."
Sialan, Nera berucap keras. Membuat Angga dan yang lainnya melirik ku.
"Aku tidak merayu mu, apa kamu lupa tentang ku?" Ku tatap matanya dalam.
"Tidak, aku selalu ingat kamu hanya bocah tengil yang mampu memberikan contekan ketika ujian. Sehingga menyelamatkan nilai ku."
"Baguslah."
"Dan kamu orang paling ceroboh yang mengantarkan ku ke dapur untuk menjalankan ta'ziran perdana ku."
"Aku juga akan mengantarkan mu ke surga bersama anak-anak ku."
Percakapan serius ini tak luput dari pandangan Marissa.
"Aku belum menerima cinta mu."
"Ya, karena kamu memiliki seseorang di sana. Ku tunggu cinta mu."
"Okey, ku tunggu juga anak-anak mu. Hahaha" Nera sangat mudah tertawa lepas.
"Okey, Dil!" Nera menerima uluran tangan ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
ada yang panas... nih hati nya....🤔🤔🤔
2023-11-11
2