Pov Dhani
"Dhan, Nera ikut ekskul pencak silat sama dengan ku."
"Oh ya?" Aku heran saja dengan ucapan Angga, untuk apa Nera melakukannya.
"Iya, sepertinya Nera itu asik orangnya."
"Iya, dia juga suka olahraga."
"Oh, ya!!" Angga sangat antusias. "Kamu tahu? Dia sangat lincah gerakannya, langsung masuk ke otak teorinya, prakteknya juga oke."
"Dia cerdas, tapi belum pernah bisa mengalahkan ku ketika SMP."
"Kok bisa, Nera kalah sama kamu?"
"Hobinya nyontek hasil kerja ku."
"Baguslah, hahaha."
Aku merasa aneh saja, penasaran apa tujuan Nera ikut latihan. Bukankah dia sudah menjadi seorang pelatih, bahkan pelatih atlit sekali pun, mengapa dia mau latihan dari awal? Apa mau jadi tambah bego ya, hahahaa.
Aku suka terkekeh jika mengingat kekonyolan Nera. Jadi rindu, kapan aku bakal bertemu lagi.
"Nera, aku rindu" batin ku.
Bisa gila aku jika memikirkan Nera. Aku siap mendengar kabar jika Nera sudah memiliki kekasih, aku harus sabar. Tapi jika pacarnya selingkuh, aku siap. Kembalilah ke pelukan ku.
...***...
Tak terasa sebulan sudah aku di Ponpes. Iza juga sudah menyelesaikan tugasnya mencucikan baju ku. Rasanya makin hari makin ada-ada saja kejadian yang menimpa ku. Aku juga tidak memiliki banyak kawan dekat, meski semua santri saling sapa aku hanya memiliki Ida, Dahlia, dan Rani yang selalu ada untuk ku. Angga juga semakin akrab saja dengan ku.
Apa kabar ta'ziran untuk ku? Jelas saja aku sering melawan kakak kelas yang membuat ku kelahi sehingga ta'ziran selalu ada untuk ku.
"Pengumuman, mulai nanti selepas isya sudah di mulai ngaos Fathul Qarib" Rinda mengumumkan melalui speaker asrama.
Di luar kamar suara riuh dari santri lain.
"Wah, Gus Ashif sudah kembali."
"Rindu deh, apa kabar gus Ashif."
"Pasti tambah ganteng."
Sebagian besar pujian untuk Gus Ashif.
"Haduhhh, seperti apa lagi ini Gus Ashif" ucap ku lirih sedikit kesal. Sepertinya jika melihat cowok ganteng matanya hijau semua.
"Ganteng, seperti orang Arab, memiliki berewok, idola sekali" mata Rani berbinar .
"Sama pacar mu ganteng mana?"
"Ganteng Gus Ashif, tapi di hati ku tetap Riko dong. Aku tidak masuk dalam kriteria calon Istri Gus Ashif" Riko adalah pacar Rani. Mereka sama-sama atlit karate.
Gus Ashif.
...***...
Seusai jama'ah isya, para santri sibuk menyiapkan kitab ngaji bersama Gus Ashif. Setiap santri sangat semangat menunggu kedatangan beliau.
"Sampai mana ngajinya?" Ku buka kitab Fathul Qarib yang belum ada coretan-nya sama sekali.
"Udah khatam, mulai dari bab awal lagi."
"Tidak setiap tahun khatam kalau ngaji bareng Gus Ashif. Ini kebetulan sekali baru khatam, jadi mulai dari awal."
Derap kaki mulai mendekat dari arah kantor pusat menuju aula. Sesosok yang sangat di nantikan santri putri.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh."
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh."
"Langsung saja. Bismillahirrahmanirrahim, faslun utawi pasal sawiji, iku thoharoh bersuci. Bab pertama menerangkan bab bersuci" Gus Ashif membaca judul ngaji malam ini.
"Furudhul wudhu i utawi fardhune wudhu, iku sittatun enem piro-piro perkoro, .... ila akhiri hi."
Seluruh santri tidak ada yang bersuara, semua memaknai kitab masing-masing.
Fardhunya wudhu ada enam :
Niat
Membasuh muka
Membasuh kedua tangan sampai siku
Mengusap sebagian kepala
Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
Tertib
"Niat berwudhu di lakukan ketika sedang membasuh wajah, di situlah niat di ucapkan".
"Yang kedua membasuh muka, jangan lupa sambil membaca niat, jangan mengingat-ingat saya terus."
"Cie ."
"Asiiik."
"Makin cintaahhhh."
"Lebay ah!"
"Sudah, lanjut ngaji apa sudahan."
"Ngajiiiiiii" teriak santri bersamaan.
"Sampai jam dua belas pun siap deh Gus, kalau ngajinya bareng Gus Ashif."
"Sudah, lanjut apa sudahan ngajinya." Gus Ashif menegaskan.
"Lanjut" sahut para santri kemudian terdiam.
"Yang ketiga membasuh kedua tangan sampai ke siku."
"Kemudian mengusap sebagian kepala. Mengusap dan membasuh itu ada bedanya. Kalau membasuh itu memakai air yang dapat mengaliri seluruh anggota badan yang wajib di basuh, sedangkan mengusap itu cukup di lakukan dengan sekedar membasahi dengan sedikit air."
"Yang kelima membasuh kedua kaki sampai mata kaki. Kalau mau sampai lutut malah mendapat sunahnya."
"Yang terakhir tertib. Jadi setiap fardhunya tidak boleh di acak. Harus urut."
"Selanjutnya sunah-sunah wudhu , Wallahu alam bishowab."
"Kok sudahan ngajinya."
"Lanjut pertemuan berikutnya."
Sampai di situ, aku sih cuek saja. Yang terpenting sekarang ke ruang makan antri mengambil jatah makan. Karena piring sudah ku bawa ketika akan mengaji bersama Gus Ashif.
"Berapa Mbak" kata Mbak jaga jatah lauk.
"Tiga."
"Siapa saja."
"Aku, Ida, sama Mbak Dahlia."
Setelah mendapat lauk aku langsung menuju di mana Ida dan Dahlia menunggu ku sambil mengipas nasi yang masih berasap.
Tanpa pikir panjang aku langsung menaruh lauk di atas nasi, kemudian santap malam.
"Da, aku punya sesuatu untuk mu."
"Apa?"
"Makanya buruan makannya, nanti ku kasih tahu."
"Apaan sih" Dahlia menimpali.
"Jangan kepo deh Mbak, ini buat Ida bukan untuk mu" sahut ku sekenanya.
"Helehhh, sekarang modelnya rahasia-rahasiaan ya."
"Biar Ida yang memberi tahu, ini privasi Ida."
"Kok kamu tahu."
"Loh, kan aku yang jadi perantaranya."
"Perantara?" Dahlia mengernyit, entah apa yang ada di otaknya.
"Buruan makannya" Ida sewot, lebih tepatnya sudah tidak sabar kejutan dari ku.
Seusai makan aku mempersiapkan buku pelajaran untuk pembelajaran besok pagi. Tak lupa buku binder yang ku jadikan sebagai buku agenda sekolah, alias rangkuman tugas supaya jelas yang mana yang sudah di kerjakan dan mana yang belum.
"Ra kamu punya apa untuk ku."
"Ini" ku sodorkan sebuah kertas untuk Ida.
"Apa ini" Ida membuka lipatan kertas tersebut. "Surat?"
^^^^^^***Ida^^^^^^
^^^Halo Ida, salam kenal. Maaf aku menginginkan mu menjadi penyemangat ku, boleh tidak. Aku ingin ta'aruf dengan mu. Besar harapan ku kamu menerimanya. Karena aku sangat menginginkan mu.^^^
^^^by: Angga***^^^
"Asli gak nih" Ida melirik ku sekilas, namun bibirnya tidak bisa berbohong jika sedang bahagia. Terus saja tersenyum.
"Asli dong, memang apa isinya."
"Kak Angga nembak aku."
"Boleh tuh, dia orangnya humoris. Pasti kamu tidak akan menyesal memiliki cowok Kak Angga, orangnya juga tidak membosankan" jelas ku panjang lebar. Berharap Ida menerimanya.
"Oke, akan aku pertimbangkan nantinya. Tapi jika aku menerimanya jangan beri tahu siapa pun."
"Kenapa?"
"Kamu tahu sendiri banyak penggemar. Mampus aku kalau kena keroyok. Aku bukan kamu yang kaya batu, kuat hantam."
"Kalau tidak baku hantam tidak ada kenangan setelah lulus, hahaha."
"Ada saja kamu ini."
"Heh, memang begitu. Terus bagaimana keputusannya di terima apa tidak?"
"Menurut mu?"
"Apa salahnya terima, toh kamu juga jomblo kan."
"Oke, akan aku pikirkan."
...***...
Malamnya di asrama, aku belum bisa tidur. Begitu juga Ida, dia masih memikirkan keputusannya untuk Angga. Dia bimbang dengan keputusan yang akan di ambil.
"Sudahlah Da, jangan terlalu memikirkan penggemar. Yang jelas Angga memilih mu, bukan penggemarnya."
"Iya sih Ra, tapi aku juga tidak yakin bisa menyembunyikan hubungan ku dengan Angga. Apa jadinya diri ku jika mereka akan mengetahui."
"Resikonya ya, pasti bakal ada yang nyinyir, tapi jangan khawatir pasti ada saja yang mendukung kalian."
"Bantu aku jika ada yang menghajar ku."
"Okey, aku standby dua puluh empat jam untuk mu."
"Makasih ya Ra."
"Cepat bikin balasan suratnya, sekarang sudah malam Kamis, Jum'at akan ku sampaikan balasan surat mu untuk kak Angga."
"Iya" Ida memeluk ku erat, aku juga membalasnya dengan tulus. Bagaimanapun, jika kami di takdirkan menjadi alumni Ponpes ini, Ida akan menjadi teman satu-satunya yang mengasihi ku. Karena setahun lagi Dahlia akan lulus.
...***...
Pov Dhani
"Sibuk amat sih Kak, apa yang sedang kamu lakukan sehingga membuat ku tak di hiraukan. Oh, Kakak. Apa yang kamu pikirkan ... ."
Plak!
Terdengar tamparan ringan yang menghentikan puisi lebay milik ku.
"Kenapa sih Kak."
"Kamu itu yang kenapa, mengganggu saja."
"Lagian aku dari tadi di diamkan, kaya nasi yang di kerumuni lalat."
"Aku lagi milih calon ketua OSIS untuk menggantikan ku."
"Yang penting jangan cantumkan diri ku."
"Memang kamu sudah fix akan menjadi calon Ketos, dan aku sedang memikirkan satu lagi sebelum di voting bersama seluruh santri."
"Terserah saja, yang penting jangan salahkan jika sekolah ini jadi kacau."
"Biarlah!" Sahut Angga pasrah.
Seminggu lagi akan di adakan pencalonan calon Ketos. Dan kandidatnya sudah di pilihkan oleh OSIS Senior, yang jelas sudah di pantau sebulan ini dari hari pertama masuk.
"Persiapkan saja diri mu untuk persentasi. Soalnya ini sudah menjadi ketentuan yang paten, antara jadi Ketua atau Wakil."
"Oke, aku tidak akan memikirkannya, biarkan kata-kata keluar dari mulut ku begitu saja."
"Terserah saja lah, asal kamu jangan mempermalukan ku."
"Okey."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™
hahaha bengek 🤣 ngakak guling-guling
2022-11-26
1