Pov Fian
Pagi yang cerah seharusnya aku bahagia, namun sebaliknya. Wanita yang ku damba pergi jauh mengejar cita dan meninggalkan cintanya.
"Apakah Nera mencintai ku? Aku hanya lelaki tua. Usianya jauh di bawah ku."
Aku ragu dengan rasa ku. Apa hanya aku yang mencintainya, atau Nera juga mencintai ku. Aku tidak yakin.
Tingg ..
Mata ku berbinar mendapat pesan WA dari Nera.
[Semangat pagi Sayang]
Aku bahagia, kemarin Nera memanggil ku Mas,sekarang berubah menjadi Sayang.
[Pagi juga, Sayang]
[Sudah sampai mana]
[Aku sudah di Bandara, nanti jam delapan lebih tiga puluh menit akan terbang]
[Hati-hati di sana, ku tunggu kabar sukses mu]
Hati ku sedih meski wajah ku berusaha ceria. terutama ketika aku kerja, tidak mungkin aku akan sedih di depan karyawan ku.
[Okey, tunggu aku pulang. Aku pasti datang untuk mu]
Ya, inikah rasa yang harus ku terima. Baru saja aku mendapatkan semangat baru. Tapi baru sebentar sudah pergi begitu saja.
Apa aku sanggup tidak mencari wanita lain sekedar untuk hiburan atau ku mantapkan setia tidak ada semangat malam. Aku lelaki normal yang butuh perhatian.
Ya Allah, kuatkanlah.
...***...
Di sebrang sana Nera terdiam.
Ayah mengantarkan ku ke sekolah tujuan. Namun sebelum kami ke Jepara aku akan bertemu Kakak dahulu di rumah Kakek. Orang tua dari Ayah.
Aku harus bagaimana, hati ku bimbang dengan Fian. Dia lelaki dewasa, tidak mungkin menghubungi wanita lain hanya sekedar pelampiasan. Tapi aku bisa apa?
Ayah akan ke kamar kecil. Ku tundukkan kepala supaya orang lain tidak bisa membaca kesedihan ku.
"Nera?" suara yang tidak asing, kemudian ku angkat kepala ku.
"Dhani? Kamu mau kemana?"
"Aku mau ke Jawa" Dhani duduk di samping ku.
"Oh!" hanya itu jawaban ku. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ingin ku lontarkan, tapi aku gengsi.
"Kamu tujuan mana Ra?"
"Aku juga ke Jawa."
Aku tidak tahu ini kebetulan atau memang rencana Tuhan. Aku tidak sesedih tadi setelah kehadiran Dhani.
"Ra, aku cek in dulu ya" Dhani berdiri siap menarik kopernya.
"Okey, hati-hati di jalan."
Dhani berhenti dari langkahnya, kemudian menoleh menatap ku sambil tersenyum. "Okey Cantik."
"Hah! dia tidak salah bicara" batin ku.
Hatiku berdebar kencang. Tapi aku sudah memiliki kekasih. Apa benar aku mencintainya?
Ku pegang dada ku. Memang benar aku deg-degan.
Ku tatap Dhani melangkah semakin jauh hingga tak terjangkau oleh pandangan mata ku.
Biarlah, mungkin dia sedang menunjukkan sisi playboy nya. Bukankah semua wanita di rayunya. Ini bukan yang pertama kali dia merayu wanita. Masih ingat betul kalau dia Class Start banyak penggemar dan dia merespon dengan senang hati.
Kedudukan ku sama saja dengan pengemar yang lain.
"Jangan baper ya Ra" ku menyugesti diri ku sendiri. Supaya tidak banyak berharap dengannya. "Sabar Ra, kamu punya hati yang harus di jaga. Dia kekasihmu!" Hati ku menegaskan perasaan ku.
Ayah sudah kembali dari toilet, kami segera cek in karena pesawat yang akan membawa kami sebentar lagi landing.
...***...
Keberangkatan ini ku dilandasi dengan semangat belajar, meski sangat sulit. Aku bertekad belajar Birrul Walidain di sana. Semoga di lancarkan jalannya.
"Ra, Ini di makan dulu. Tadi Ayah membeli di luar" Ayah menyodorkan sebungkus molen mini yang dibungkus kotak makanan.
"Terimakasih Yah" ku terima pemberian Ayah. Tidak hanya itu, Ayah juga memberi ku sebotol teh pucuk dingin.
"Kakak mu sudah di rumah Nenek?" Ayah bertanya pada ku.
"Sudah Yah, tadi sudah di WA."
"Berati kita tidak usah menjemput ke Kalibeber" tukas Ayah.
Kalibeber adalah salah satu kelurahan yang terletak di kecamatan Mojotengah kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Disana ada salah satu pondok pesantren modern. Yaitu Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al-Asy'ariyyah Wonosobo.
Kakak ku mengenyam pendidikan di sana. Di SMK Takhassus Al-Qur'an Wonosobo, yang masih satu yayasan dengan PTTQ Al-Asy'ariyyah.
"Tidak, Kak Dayat bilang setengah jam lagi sampai di rumah Kakek."
"Baiklah."
Aku dan Ayah duduk di ruang tunggu menyaksikan beberapa pesawat landing. Sebentar lagi pesawat yang akan kami tumpangi akan berangkat.
...***...
Tak lama kami menunggu. Setelah kami masuk kedalam pesawat, aku mengirim pesan kepada Fian, jika aku akan terbang.
Aku memperhatikan awan yang menggantung di udara. Kebetulan aku duduk di samping jendela.
Dari Bandar Udara Iskandar Pangkalan Bun, tujuan kami Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani Semarang. Aku sedikit banyak mengambil momen di udara namun tidak menyertakan diri ku.
Hanya menghabiskan waktu lima puluh lima menit dua puluh delapan detik kami landing. Itu announcement dari awak pesawat.
Sekarang tujuan ku ke Wonosobo terlebih dulu, sudah lama tidak bertemu dengan Kakak. Dua tahun silam Dayat pulang hanya sebentar saja.
Begitu keluar dari Bandara, sudah di tunggu oleh supir yang akan menjemput. Tujuan kami langsung ke rumah Kakek.
Selama perjalanan aku tidak tidur, aku menikmati perjalanan sebelum aku terkurung di penjara suci nantinya.
"Yah, masih lama sampai nya?" Ayah memeluk kedua tangannya di depan dada. Terlihat santai menikmati perjalanan.
"Lumayan, kalau ngantuk tidur saja."
"Iya, Yah."
Tidak ada lagi percakapan. Ayah tertidur, aku masih mengabdikan momen di sepanjang perjalanan. Keluarga ku tidak pernah pulang kalau tidak memiliki kepentingan.
Aku terakhir ikut ke Jawa ketika Kakek sedang sakit dan aku harus ikut pulang, itu kenaikan kelas sembilan atau kelas tiga SMP.
...***...
Pov Dhani
"Apa ini mimpi, bukankah itu Nera? Aku rindu tapi aku ragu" ku tatap wajahnya penuh kesedihan.
"Bukankah itu tujuannya, sekolah jauh mengejar cita-citanya. Apa peduli ku" aku ingat, Nera tak pernah ada rasa untuk ku. Cinta ini hanya bertepuk sebelah tangan.
"Samperin saja Kak, Toh rindu" Adik ku tahu saja jika aku menatap Nera.
"Apa yang kamu pikirkan, aku hanya tak sengaja melihatnya" kilah ku.
"Sudahlah buang saja rasa malu mu Kak, sebelum benar-benar tak melihatnya. Bungkus saja wajah mu dengan kresek hitam supaya tidak terlihat merah, ha ha ha."
"Dasar, Adik laknat, tahu saja aku sedang memikirkan Nera" itu hanya candaan saja, sebenarnya Adik ku ini yang paling ku sayang. karna dia Adik ku satu-satunya.
Aku tetap mengikuti saran Adik ku, meski nervous.
...***...
Kurang lebih tiga jam kami sampai di Wonosobo. Kami berhenti di pasar Sapuran Wonosobo. Membeli oleh-oleh untuk orang rumah.
[Kak, aku sudah mau sampai, tapi jangan bilang orang rumah dulu].
ku kirim pesan WA kepada Dayat. Hanya centang dua biru tanpa balasan.
Sesampainya di rumah, Ayah duduk di kursi samping rumah, aku memakai masker dan kacamata hitam menuju pintu utama.
"Assalamualaikum" tidak menunggu waktu lama pintu terbuka, dari keadaannya seperti sedang menunggu ku.
"Wa'alaikum salam" semuanya menatap ku. Ada Dayat di sana.
"Loh kok .....".
"Maaf, mengganggu. Saya dari Sapuran ingin menawarkan produk yang saya bawa" ku potong ucapan Dayat sebelum rencana ku gagal.
"Saya akan menawarkan kacamata anti radiasi yang masih limited edition atau masih langka" sebenarnya ini kacamata pesanan Dayat. Kacamata yang sama dengan yang ku pakai.
"Berapa harganya Mbak" Dayat membuka mulut melancarkan aksi ku. Ternyata mereka tidak mengenali ku.
"Harga aslinya dua juta tiga ratus lima puluh lima ribu. Tetapi ini sedang promo anda bisa mengambilnya dengan harga empat ratus lima puluh saja."
"Empat ratus saja Mbak, kalau boleh saya ambil" sepupu ku menanggapi.
"Maaf Mas, sudah diskon. Ini barang asli" sebenarnya hanya seratus dua puluh lima ribu saja membelinya. Dan kacamata biasa yang di jual di pasaran. Mana ada memberi diskon sebesar itu.
"Empat ratus lima puluh ribu saya ambil." Dayat sudah tidak sabar, sepertinya takut kacamatanya di ambil Sepupu ku. Karena ini pesan 2 buah yang sama.
"Okey."
"Tapi ngutang ya mbak, soalnya uangnya di ATM" Dayat memakai kacamatanya.
"Uhuk...uhuk..."
Ayah batuk. Mungkin kedinginan karena udara di Wonosobo sangat dingin.
"Itu suaranya Ahmat" Nenek yang dari tadi hanya menyimak mengeluarkan suara menyebut nama Ayah. Dayat nyengir kuda menatap ku.
Nenek dan Bu De keluar rumah menuju suara Ayah batuk yang lain hanya menunggu di dalam. Ternyata Ayah sudah di depan pintu. Kemudian mencium punggung tangan Nenek.
"Kamu sudah datang Mat, mana Nera" kata Nenek.
Ayah menatap ku sekilas. "Cucu mu sedang menjual kacamata."
Semua yang ada menatap ku terkejut. Tapi tidak bagi Dayat.
"Loh, itu. Itu Nera?" Bu De melepas kacamata dan masker ku, kemudian mencubit pipi ku. "Dasar ya, anak jahil. Coba bilang dari tadi, sudah ada teh hangat di meja" Bu De melepaskan pelukannya dan bersiap ke dapur.
"Ayah sudah duduk di samping ku."
Mereka membicarakan tentang tujuan ku sekolah serta membahas semua kekurangan perlengkapan seperti kasur, selimut, bantal, sepatu, dan lain sebagainya.
"Anaknya Endang juga katanya ingin sekolah di Jepara, tapi tidak tahu di mananya" kata Bu De.
Aku tidak tahu siapa itu Ibu Endang. Saudara atau bukan juga tidak tahu, karena keluarga Ayah banyak sekali di sini.
...***...
Malamnya, hanya ada obrolan ringan dengan keluarga. Aku juga sudah menelpon Ibu memberi tahu jika sudah sampai di rumah Nenek.
[Mas, aku sudah sampai di rumah Nenek]
Ku kirim pesan WA kepada Fian langsung centang dua biru.
[Aku rindu]
[Kapan ke pesantrennya]
Balasan dari Fian.
[Dua hari lagi]
[Jangan nakal di pesantren, ngaji yang bener]
[Iya Mas]
[Aku mau tidur dulu, capek banget]
[Love you]
[Iya Dek. Mas juga mau tidur besok kerja]
[Love you too]
Rindu rasanya baru sehari tak berjumpa. Lagi bahagia-bahagianya kasmaran malah LDR-an.
Semoga Mas Fian bisa dipercaya.
Ya Allah bukakanlah pintu hati Mas Alfian Wijaya. Berikanlah Rahmat dan hidayah-Mu dan jadikan dia sebagai Suami ku kelak.
Amiin ya Allah.
Udara sangat dingin, sehingga aku tertidur di bawah balutan selimut tebal.
...***...
Pengumuman
Teman-teman ponpes Al-Asy'ariyyah itu benar adanya jika ingin menimba ilmu disana tidak hanya ada pendidikan agama saja, ada sekolah umumnya.
Aku juga tidak begitu faham dengan pondok pesantrennya. Untuk informasi lebih cari saja di Google atau bisa langsung di kunjungi.
Ponpes di Jepara aku akan mengambil latar belakang di Ponpes Roudlotul Mubtadi'in Balekambang Jepara. Ponpes modern, atau sering di sebut Ponpes Balekambang.
Dua Ponpes ini benar adanya, namun cerita di dalamnya hanya karangan dan fiksi. Tidak nyata sama sekali.
Bagi kalian yang ingin menimba ilmu di salah satu Ponpes itu bisa dicari di Google. Semuanya lengkap. Kegiatannya juga sebelas dua belas saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Bkh Isty
saudara yang pernah di sana kak..
2022-11-25
0
ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™
Lah kirain emng di kalibeber beneran, aku udah rencana mampir n cari othor nya disana 🤭😂
2022-11-25
1