Hari ini Kimmy memutuskan untuk pergi ke tempat dimana bibinya berada. Dengan membawa tas berukuran lumayan besar di tangannya, ia menaiki ojek online yang sebelumnya telah ia pesan. Perjalanannya cukup jauh, butuh waktu kurang lebih 3 jam untuk sampai di tujuan.
"Ini, pak. Terima kasih," ucap Kimmy memberi ongkos dan menyerahkan helm pada sang Driver saat sudah tiba di lokasi.
Driver tersebut pun pergi. Sementara Kimmy masih mematung di sana, membiarkan cahaya mentari jatuh ke tubuhnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat dimana banyak sekali rumah kumuh dengan bagian dinding yang memakai kardus bekas.
"Bibi Kimmy..."
Lamunan Kimmy seketika buyar, saat mendengar teriakan bocah kecil yang lari ke arahnya.
"Ziel!" seru Kimmy kemudian memeluk tubuh bocah berusia 4 tahunan.
"Bibi Kimmy, kau kemana saja? Kenapa lama sekali tidak pulang bersama kami?"
Pertanyaan dari mulut bocah yang terdengar menggemaskan itu membuat Kimmy sedikit merasa bersalah, namun ia gadis yang pandai mengubah ekspresi.
"Bibi tidak kemana-mana, sayang. Hanya saja, bibi kan sudah tidak bisa tinggal lagi bersama kalian."
Bocah laki-laki bernama Ziel itu menundukkan kepalanya.
"Apa karena rumah kami jelek, ya?"
Kimmy menggeleng cepat. "Bukan, El. Bukan seperti itu."
"Lalu apa?"
Kimmy bingung harus memberi alasan pada bocah berusia 4 tahun itu. Sampai pada akhirnya seorang wanita berkisar 38 tahunan datang bersama putri keduanya. Sedangkan putri pertamanya sudah meninggal, dan jika masih ada usianya 4 tahun lebih muda dari Kimmy.
"Bibi Kimmy sudah pulang?" tanya bocah perempuan yang datang bersama wanita paruh baya itu.
"Lexa.. Bibi.."
Kimmy menjabat tangan wanita paruh baya tersebut yang merupakan bibinya. Serta memeluk bocah bernama Lexa yang berusia 3 tahun lebih tua dari Ziel.
"Bagaimana kabarmu, Kimmy?" tanya Azuma, bibinya.
"Baik. Bagaimana dengan bibi?" Kimmy balik bertanya.
"Seperti yang kau lihat, bibi baik-baik saja," jawab Azuma.
Meski wanita itu mengatakan bahwa dirinya baik-baik, Kimmy tahu betul bahwa bibinya itu jauh dari kata demikian. Selepas itu Azuma langsung mengajak Kimmy masuk ke dalam rumahnya.
"Bagaimana kehidupanmu sekarang, apa sudah lebih baik?" tanya Azuma di ruang tengah yang hanya memiliki ukuran 2x2 meter itu.
"Sebaik apapun kehidupanku, aku tidak bisa tenang jika melihat bibi dan para keponakanku tinggal di sini," jawab gadis itu.
Azuma menghela napas panjang, menatap lekat-lekat gadis yang ia urus sejak usia 1 tahun itu.
"Jangan pikirkan kami, Kimmy. Pikirkan kebahagiaanmu saja!" tutur Azuma seraya menepuk pelan bahu sebelah kiri Kimmy.
"Aku rela menukar kebahagiaanku demi kebahagiaanmu, bibi. Sebab kaulah yang sudah mengasuhku sejak kecil."
Kedua mata Azuma mulai memupuk cairan bening, ia mulai berkaca-kaca.
Kimmy memberikan tas di tangannya itu pada Azuma, sedikit memuat wanita paru baya itu terheran.
"Apa ini?"
"Berikan itu pada rentenir besok, bibi. Sebelum orang itu semakin melipat gandakan jumlah hutangnya."
Azuma sangat terkejut melihat banyak gepokan uang di dalam tas tersebut. Ia mendongakan wajahnya menatap tajam Kimmy.
"Kau dapat uang darimana, Kimmy? Jangan katakan ini yang kau sebut dengan menukar kebahagiaan?"
"Tidak usah khawatir, bibi. Pakai saja, jumlahnya pas 1 Milyar."
Azuma menggeleng cepat dan menjauhkan tas tersebut dari pangkuannya.
"Tidak, Kimmy. Kebahagiaanmu jauh lebih penting!" tolak wanita itu.
"Kebahagiaanku melihat bibi bahagia. Maka jika bibi ingin aku bahagia, pakailah uang ini. Tebuslah apa saja yang sudah di ambil rentenir. Ku mohon!"
Kimmy menggenggam erat-erat kedua buah tangan Azuma, wanita itu mulai menitikan air mata. Sebegitu besarnya pengorbanan Kimmy dan ia tidak pernah menduga sebelumnya.
"Lexa, Ziel, bibi Kimmy pamit pergi dulu, ya. Nanti bibi Kimmy pasti akan menemui kalian lagi," pamitnya usai membicarakan masalah uang dengan Azuma.
Kedua bocah kecil itu mengerucutkan bibirnya, tidak rela jika bibinya harus pergi meninggalkannya lagi. Padahal mereka masih begitu merindukannya.
Kemudian Kimmy menggendong Ziel yang tubuhnya sudah lebih berat dari sebelumnya.
"Ziel, sayang. El kan ingin mainan yang banyak, bukan?" bocah itu mengangguk, namun masih dengan ekspresi yang sama.
"Kalau El ingin mainan banyak, izinkan bibi Kimmy pergi. Nanti bibi akan kembali bersama mainan itu, janji." Kimmy menunjukkan jari kelingkingnya di depan wajah Ziel, bocah itu langsung girang.
"Sungguh? Apa bibi tidak berbohong?"
"Memangnya bibi pernah membohongi El?"
Ziel menggeleng, lalu mengaitkan jari kelingkingnya di kelingking milik Kimmy.
"Aku tunggu, ya. Bibi Kimmy jangan lama-lama!" pintanya kemudian.
"Iya.."
Kimmy pun menurunkan Ziel dari pangkuannya, lalu ganti berpamitan pada Azuma.
"Bibi, aku pergi, ya," pamitnya sambil mencium punggung tangan wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya.
"Iya, hati-hati. Jaga dirimu baik-baik!" pesan Azuma sebelum Kimmy pergi.
"Iya, bibi juga."
Azuma menatap punggung Kimmy, sampai gadis itu hilang di telan kejauhan. Rasanya ia masih berat membiarkan Kimmy jauh darinya. Tapi bagaimanapun Kimmy sudah dewasa, Kimmy berhak dengan dunianya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Ira Wati
begitu mulia hati Kimmy, semoga Kimmy selalu mendapat kebahagiaan
2022-04-28
1
kemi kesi
dilraba
2022-04-09
1
Conny Radiansyah
Kimmy sepertinya wanita baik" dan penyayang
2022-04-07
1