Kesetiaan Jef Terhadap Belle

Jef Abellard. Pria itu bukan hanya sosok suami dari aktris besar, tapi juga seorang pengusaha sukses. Hal tersebut mengundang banyak wanita yang ingin mencoba dekat dengannya, sekaligus menjadi istri simpanan pria itu.

Kesibukan shooting istrinya membuat para wanita berbondong-bondong untuk menjadi orang yang menemainya kala sedang di rundung kesepian. Mereka juga siap melayani pria yang memiliki postur tubuh terbilang seksi dan hot jika mau.

Tapi sayangnya, semua wanita yang mendekatinya harus menelan kekecewaan. Sebab kesetian Jef pada istrinya yang terlalu besar membuat para wanita seakan menyerah.

Berbeda halnya dengan Imel, anak dari seorang investor terbesar di perusahaan Jef tidak pernah menyerah apalagi putus asa untuk mendapatkan pria hot tersebut. Ia tetap bersikeras mendekati Jef dengan berbagai cara.

Dan sekarang, Imel kembali menjalankan aksinya. Ia masuk ke dalam ruangan kerja Jef yang di dalam ruangannya tercium bau asap rokok.

"Hai, Jef," sapa Imel dan mendudukan tubuhnya di meja yang ada di hadapan Jef.

Pria yang tengah menikmati resapan rokok di tangannya itu bersikap tak acuh. Rambut yang sedikit acak-acakan miliknya membuat Imel semakin gencar merayu seorang Jef. Ia mengambil alih rokok yang masih tersisa separuh dari tangan Jef kemudian ia hisap.

"Manis," ucapnya seraya menghempaskan asap dari dalam mulutnya ke wajah Jef.

Jef masih bergeming, ia mengambil rokok yang baru lalu menyulatnya.

"Kau begitu menyukai rokok, tapi apa kau juga suka di rokok oleh istrimu, Jef?" pertanyaan dalam tanda kutip yang di lontarkan Imel membuat Jef kini menoleh pada wanita itu.

"Tentu saja," jawab Jef singkat.

"Benarkah? Bukankah kesibukannya tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang denganmu?" tanya Imel memancing.

"Tau apa kau tentang rumah tanggaku?" tanya balik Jef.

"Yang aku tahu kau sangat kesepian. Aku rasa kau membutuhkan wanita untuk mengobati kesepianmu itu. Dan aku siap menjadi obat untukmu." Imel melayangkan tatapan penuh gairraah pada Jef, wanita itu menarik dasi hitam yang terpasang di leher Jef.

"Ayolah, Jef, lakukan untuk satu kali saja! Aku berjanji akan memberi kenikmatan yang memuaskan," rayu Imel.

Jef sama sekali tidak berminat apalagi menanggapi godaan Imel. Ia mengambil korek dan menyalakan apinya pada pergelangan tangan Imel.

"Aaww.." teriak Imel kepanasan. "Kenapa kau melakukan ini padaku, Jef?" tanya wanita itu dengan raut wajah kesal.

"Jika kau terus menggodaku, maka aku memberimu lebih daripada yang kau dapat hari ini," ucap Jef sebelum kemudian pergi keluar dari ruangannya.

Imel mengerucutkan bibirnya kesal, bukan kenikmatan yang ia dapat, justru rasa sakit yang bersumber dari api tersebut.

Sementara di mobil, Jef yang berniat akan pergi ke tempat biasa ia makan siang sejenak mengurungkan niat karena ponselnya berdering mengeluarkan nama My Wife di sana.

"Halo, Belle," ucapnya begitu menjawab panggilan telepon.

"Halo, Jef. Aku hanya ingin mengingatkan agar kau tidak melewatkan makan siangmu," ucap seseorang dari sebrang sana.

Jef tersenyum mendapat perhatian dari wanita tercinta.

"Iya, sayang. Ini aku baru mau jalan ke restoran biasa. Apa kau juga sudah makan?"

"Belum, aku masih harus menyelesaikan satu sin lagi."

"Oh, ya sudah kalau begitu. Jangan melewatkan makan siangmu juga."

"Iya, sayang. Bye."

"Bye..."

Jef menaruh ponselnya ke tempat semula usai sambungan telepon terputus, senyumnya masih terukir jelas di kedua sudut seksi miliknya. Dan senyum itu semakin mengembang saat suara notifikasi pesan masuk dari ponselnya berasal dari Belle.

Jef, hari ini aku akan menginap di lokasi. Nanti kau ajak Kimmy ke rumah orang tuamu untuk memberi keputusan pilihan yang dia berikan, ya. Jangan lewatkan makan malammu juga ya, sayang. Love you.

Perlahan senyum itu memudar, baru saja ia mendapatkan apa yang selama ini rindukan. Tapi kebahagiaan itu lenyap begitu saja.

Ponselnya kembali mengeluarkan notifikasi berasal dari orang yang sama. Pesan tersebut berisi nomer Kimmy.

Selera makan siang pria itu seketika hilang, ia benar-benar mengurungkan niat untuk pergi ke restoran sekarang. Dan hanya sebatang rokok lah yang menjadikannya sedikit lebih tenang.